The Alchemists: Cinta Abadi

Diperas



Diperas

08 JAM SEBELUMNYA     

Ketika pagi menjelang, Sophia, Ned dan Portia dikejutkan oleh Alaric yang sudah siap untuk berangkat. Ia menemui mereka saat mereka sedang sarapan di istana utama untuk berpamitan.     

"Ada apa? Kenapa kau terburu-buru pergi? Bukankah tadinya kau berencana tinggal di sini beberapa hari lagi?" tanya Portia kecewa.     

"Sesuatu terjadi di Singapura dan aku harus segera ke sana," jawab Alaric dengan nada datar. Ia tidak berniat menceritakan secara detail apa yang terjadi, ia hanya ingin secepatnya tiba di Singapura dan mencari Aleksis.     

Ned dan Portia saling pandang.     

"Anakku, aku tahu pasti terjadi sesuatu yang sangat besar hingga kau tergesa-gesa pergi seperti ini, tetapi kau jangan bertindak gegabah. Tidakkah kau bisa merasakan cuaca yang segera akan menjadi memburuk?" tanya Portia dengan suara halus. Ia mengangkat tangan kanannya dan memejamkan mata, "Perkiraanku, akan terjadi badai sebentar lagi. Cukup besar untuk menutup bandara."     

Alaric menggeleng, "Aku tidak tahu..."     

Portia menatapnya dengan pandangan kasihan, "Ah... tentu saja, kau tidak tahu. Kau terbiasa memotong rambutmu."     

Alaric tidak mengetahui bahwa kaum Alchemist tidak pernah memotong rambut mereka, dan bahwa bagi mereka, rambutnya adalah perpanjangan syaraf di tubuh mereka yang membuat mereka dapat menjadi sensitif terhadap alam, dan bahkan bisa memperkirakan cuaca. Ia tidak mengetahui semua ini karena ia tidak tumbuh di kalangan masyarakat Alchemist.     

Sedari muda ia juga terbiasa memotong rambutnya karena ia tidak tahu bahwa di kalangan kaum Alchemists, rambut mereka akan berhenti tumbuh sesuai perintah tubuh masing-masing. Hal inilah yang membuat Alaric tidak memiliki kemampuan yang sama seperti kebanyakan kaum Alchemist yang dapat memperkirakan cuaca dengan baik.     

"Tapi aku harus ke Singapura," kata Alaric hampir seperti bergumam. Ia harus mencari Aleksis.     

"Aku tidak akan mencegahmu. Tetapi kalau ternyata saat kau tiba di bandara, kau tidak diizinkan terbang oleh otoritas bandara, aku mohon jangan ambil risiko." Akhirnya Portia mengangguk.     

"Baiklah." Alaric membungkuk sedikit lalu pergi meninggalkan mereka dengan langkah-langkah panjang. Di dalam mobil menuju bandara ia masih terus menerima laporan demi laporan tentang apa yang terjadi. Pukul 7 pagi di Skotlandia, berarti sudah pukul 3 sore di Singapura, dan sudah begitu banyak hal yang terjadi sejak beberapa jam yang lalu, tetapi tidak satu pun berita yang akurat tentang keberadaan Aleksis.     

"Pavel, aku perlu kontak Wolf," kata Alaric kemudian. Ia menjadi tidak sabar dengan kelambatan kinerja anak buahnya sekarang. Biasanya ia sangat gampang mendapatkan apa yang ia inginkan, tetapi hari ini ia telah berkali-kali harus menyuruh mereka untuk mencari keberadaan Aleksis tetapi tidak ada yang berhasil. Seolah gadis itu hilang ditelan bumi.     

Mungkinkah ayahnya, Kurt Van Der Ven yang menyembunyikannya setelah insiden yang terjadi itu? Alaric tahu sebagai CEO Group Schneider Kurt Van Der Ven sangat berkuasa, hingga ia dapat menghapus semua berita tentang Aleksis di internet.     

Ia tentu tak ingin identitas Aleksis tercium pers dan kemudian dilacak kembali kepadanya, sehingga status Aleksis sebagai anak gelapnya akan terbongkar. Pavel sudah mengumpulkan sangat banyak informasi tentang Aleksis dan semua menunjukkan bahwa Aleksis memang anak Kurt.     

Kali ini Alaric terpaksa meminta bantuan peneliti terbaik yang dikenalnya, Wolf, untuk mencarikan Aleksis baginya. Ia harus tahu bagaimana nasib Aleksis. Kalau semua cara gagal, ia akan mendatangi Kurt sendiri dan memaksanya memberi tahu keberadaan Aleksis.     

***     

Nicolae yang sedang duduk menunggui Aleksis di ruangan perawatan hanya bisa menatap gadis itu dengan pandangan sendu. Memang orang benar saat mengatakan: untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saat mereka semua berhasil lolos dari Rosemary, berkat kesigapan ayahnya, Aleksis ternyata mengalami kecelakaan yang sama sekali tidak terduga dan kini kondisinya kritis.     

Ia telah mendengar dari Lauriel bahwa sebagai orang abadi dengan tubuh yang sempurna, setiap sel tubuh mereka akan terus meregenerasi otomatis dan menyembuhkan setiap bagian yang membutuhkan pemulihan, itulah yang membuat mereka tetap muda selamanya, tetapi Nicolae masih sangat kuatir karena ia tahu separah apa dampak dari cedera batang otak bagi manusia.     

Kalaupun tubuh Aleksis bisa pelan-pelan menyembuhkan diri sendiri, akan perlu waktu sangat lama hingga ia dapat pulih seperti sedia kala.     

Saat ia tengah disibukkan dengan berbagai pemikiran, ponselnya tiba-tiba berbunyi dan Nicolae mendapatkan notifikasi dari Darknet. Ia membuka ponselnya dan menemukan pesan mendesak dari Alaric Rhionen sendiri!     

[Lupakan Aldebar. Aku perlu kau mencarikan gadis ini untukku. Aku akan membayar apa pun yang kau minta, dan aku akan berutang budi kepadamu.]     

Ada foto dan nama Aleksis di layar ponselnya.     

Nicolae tertegun membacanya. Ia menoleh ke arah Aleksis yang terbaring diam di tempat tidur dengan selang infus di lengannya, lalu pada ponselnya.     

Kepalanya segera menghubungkan apa yang terjadi dan kini ia dapat mengira siapa sebenarnya Pangeran Siegfried dan apa hubungan Aleksis dengannya. Ternyata Pangeran Siegfried yang dicari Aleksis adalah Alaric Rhionen sendiri, pimpinan Rhionen Assassins.     

Sekarang semuanya menjadi masuk akal.     

Aleksis mendapatkan pengawalan dua assassins terbaik dari Rhionen Assassins karena pimpinan mereka yang memerintahkannya. Tidak mungkin mereka mau sekadar mengawal seseorang bila bukan karena Alaric. Dan pembantaian yang terjadi atas kelompok mafia ayah Rosemary, pasti atas perintahnya, karena mereka berniat menculik Aleksis.     

Semua yang terjadi hari ini adalah akibat perbuatan mereka. Seandainya mereka tidak membantai keluarganya, pasti Rosemary tidak akan menjadi kalap dan secara membabi-buta menyerang Aleksis di kampus.     

Seketika Nicolae mengepalkan tinjunya. Terry yang duduk di seberang ruangan melihat gelagatnya dan segera menghampiri Nicolae.     

"Ada apa? Kau terlihat marah sekali..."     

Nicolae menghela napas panjang sebelum menunjukkan isi pesan yang baru diterimanya kepada Terry. Pemuda itu sama terkejutnya dengan ia sendiri dan sama-sama mengambil kesimpulan serupa.     

"Berarti memang dia orangnya," kata Terry dengan suara tercekat. Ia menoleh ke arah Aleksis dan pikirannya menjadi kalut, Ia tak habis pikir bagaimana Aleksis bisa terlibat dengan orang demikian sadis dan berbahaya seperti pimpinan Rhionen Assassins...     

"Aku barusan memeriksa internet, memang semua berita tentang Aleksis sudah tidak ada, mungkin karena itulah ia terpaksa meminta bantuanku," kata Nicolae. "Kau tahu apa yang terjadi?"     

Terry mengangkat bahu, "Paman Caspar orangnya sangat privasi, dan ia paling ketat menjaga informasi tentang anak-anaknya. Pasti dia yang memblokir semua berita tentang Aleksis di luar sana."     

"Oh... " Nicolae menjadi semakin kagum kepada Caspar. Ayah Aleksis itu ternyata jauh lebih berkuasa dari dugaannya. Ia tak sabar bertemu Caspar yang sekarang sudah dalam perjalanan menuju Singapura.     

"Apa yang akan kaulakukan?" tanya Terry. "Sebenarnya ini bisa menjadi kesempatan untuk melepaskan Aleksis dari cengkeramannya. Aku takut adikku telah dicuci otak olehnya, sehingga Aleksis selalu membelanya. Kau tahu, sampai kemarin Aleksis masih berusaha melindunginya?"     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Nicolae.     

"Kau bisa mengirimkan hasil diagnosis dokter kepadanya dan mengatakan bahwa tidak ada kemungkinan bagi manusia biasa untuk selamat dari cedera batang otak separah ini, dan bahwa kau turut berduka cita," kata Terry tegas.     

"Kau ingin aku mengatakan kepadanya bahwa Aleksis mati?!" tanya Nicolae.     

"Tidak. Aku ingin kau mengirim kepadanya hasil diagnosis Aleksis, biar ia mengambil kesimpulan sendiri, dan katakan bahwa kau turut berduka cita." Terry mengangkat bahu, "Ia akan mengambil kesimpulan sendiri bahwa memang tidak ada manusia biasa yang dapat selamat dari cedera batang otak. Ia tidak tahu bahwa Aleksis bukan manusia biasa. Jadi kalau suatu hari nanti Aleksis sembuh dan Alaric tahu, ia takkan menyalahkanmu, karena ia sendiri yang mengambil kesimpulan yang salah. Kau hanya memberikan informasi yang dimintanya."     

Terry tahu betapa berbahayanya Rhionen Assassins, dan ia tidak mau membayangkan apa yang akan dilakukan Alaric kepada mereka jika ia merasa dibohongi. Ini adalah pilihan yang aman.     

Nicolae akhirnya mengangguk dan membalas pesan Alaric.     

[Aku akan memberikan informasinya jika assassinmu yang melakukan pembantaian tadi malam menyerahkan diri ke polisi. Kalian yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di St, Mary University hari ini.]     

Sebelum ia bisa memencet tombol SEND, Terry buru-buru merebut ponselnya.     

"Jangan begini, kau akan membuatnya curiga, kenapa kau begitu peduli tentang apa yang terjadi di St Mary, dan nanti bisa jadi ia akan dapat menghubungkan antara kau dan Aleksis," katanya cepat. "Aku tahu kau sedang kalut, tapi menghadapi orang berbahaya seperti Alaric Rhionen ini, kau jangan kehilangan ketenanganmu."     

"Lalu apa saranmu?"     

Terry kemudian mengganti pesan balasan Nicolae untuk Alaric dan memencet tombol SEND.     

***     

Alaric merasa sangat gusar. Portia benar saat mengatakan cuaca akan menjadi sangat buruk. Badai dan kabut yang cukup tebal membuat jarak pandang terlalu dekat dan pesawat tidak dapat terbang. Ia terpaksa harus menunggu hingga cuaca cukup cerah untuk dapat berangkat.     

Dengan gelisah ia berjalan mondar-mandir di lounge, membuat stafnya keheranan. Mereka tak pernah melihat bosnya demikian kalut. Pasti ada hal yang sangat buruk terjadi. Pesan yang kemudian masuk dari Darknet membuatnya menghentikan langkahnya dan dengan saksama membaca balasan dari Wolf.     

[Rhionen Industries dan Rhionen Assassins telah melakukan banyak kejahatan. Aku sudah menemukan gadis yang kau cari, tetapi aku pikir bayarannya harus sangat mahal. Kalau gadis ini sepertinya sangat penting bagimu, aku ingin kau memilih dia atau Rhionen Assassins. Kalau kau ingin mendapatkan informasi tentangnya, aku ingin kau menyerahkan Rhionen Asassins kepada ku dengan memberiku semua data mereka. Aku tidak akan menawarkan dua kali.]     

Alaric tertegun membaca pesan dari Wolf.     

"Berani-beraninya hacker brengsek itu memerasku!" desis Alaric dengan suara pelan yang dipenuhi kemarahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.