The Alchemists: Cinta Abadi

Kejutan tidak menyenangkan



Kejutan tidak menyenangkan

Aleksis mengucapkan terima kasih setelah keluar dari mobil dan mencium pipi ayah angkatnya sebelum berlari menuju kelasnya.     

Beberapa gadis sekampusnya yang sempat melihat itu tampak mengerutkan kening dan berbisik-bisik membicarakan Aleksis.     

"Si anak baru itu... setelah dia merubah penampilan, sekarang kekasihnya gonta-ganti. Jadi sebenarnya dia itu sama Kak Terry, Kak Nicolae, Ian, atau orang lain, sih? Kok kesannya jadi murahan banget..." terdengar gosip mulai menyebar di antara mahasiswa.     

Sebenarnya mereka hanya senang menemukan celah untuk menjelek-jelekkan Aleksis, karena gadis itu telah 'merebut' pemuda-pemuda idola mereka dengan begitu saja.     

Terry yang sedang duduk di perpustakaan sambil mengedit beberapa video pendek merasa terganggu dengan banyaknya notifikasi di laptopnya dari media sosial Splitz yang menyebut namanya. Ia membuka grup universitasnya dan melihat lagi-lagi Aleksis menjadi sasaran gosip, kali ini karena ia diantar ke kampus oleh Lauriel.     

Ia hanya bisa geleng-geleng dan merasa kasihan kepada adiknya. Lebih mudah terlahir sebagai laki-laki tampan di dunia ini daripada perempuan cantik. Perempuan menyukai pria tampan, sementara sesama lelaki tidak ada yang iri dan menjelek-jelekkan pria lain hanya karena mereka lebih menarik.     

Sementara dari yang ia lihat, Aleksis selalu menjadi sasaran gangguan lelaki iseng dan target iri hati banyak perempuan. Seandainya Aleksis adalah gadis lemah yang mudah ditindas, tentu ia takkan dapat bertahan seperti sekarang ini. Untunglah adiknya itu sangat pintar dan berkepribadian kuat.     

Apalagi ditambah kenyataan bahwa keluarganya sangat kaya dan berkuasa, Aleksis mendapatkan perlindungan yang memadai, dan tak seorang pun yang mengganggunya dapat pergi tanpa mendapatkan balasan.     

Gosip pagi itu telah merusak mood-nya. Akhirnya Terry memutuskan membuka Darknet dan menghubungi Wolf. Ia rindu bercakap-cakap dengan sahabatnya itu.     

[Ngapain kau hubungi aku di sini? Kau kan sudah punya nomor ponselku.] Masuk pesan dari Wolf ke laptopnya.     

Terry tertegun selama setengah detik dan kemudian menepuk keningnya. Ia tidak ingat bahwa Wolf adalah Nicolae. Dammit!     

[Aku cuma mau tanya kemajuan penelitianmu tentang Rhionen Industries. Itu kan tidak bisa dibicarakan lewat telepon, Bodoh!]     

[Hmm... Sepertinya Alaric Rhionen itu sangat serius. Ia sudah menjawab permintaanku.]     

[Dia mau bertemu denganmu hanya demi mendapatkan jejak Paman Aldebar??? Bukankah dia orang yang sangat tertutup? Hampir tidak ada orang yang melihatnya di luar Rhionen Industries. Bisa dibilang tidak ada orang yang mengetahui wajahnya yang sebenarnya. Dia bisa saja menipumu dan mengirim orang lain.]     

[Aku masih memikirkannya. Aku bisa melacak siapa saja, kecuali dia. Kalau aku berhasil mengetahui identitasnya... ini akan menjadi puncak pencapaian bagi karierku. Tentu saja itu sebelum aku mengetahui tentang kaum Alchemist. Sekarang... aku tahu ternyata ada begitu banyak orang yang tidak dapat kujangkau, seperti misalnya ayah Aleksis. Aku takkan pernah bisa melacaknya...]     

[Apakah dia memberi deadline?] tanya Terry penasaran     

[Hanya satu minggu. Aku akan tanya Ayah apakah aku boleh melacak Aldebar untuk memancing Alaric Rhionen keluar. Kita tahu reputasi Rhionen Assassins seperti apa...]     

Terry tersenyum membaca tulisan Nicolae. Ia lalu cepat-cepat menuliskan balasannya.     

[Kau tidak akan bisa menemukan Paman Aldebar kalau ia tidak ingin kau temukan. Aku tahu reputasimu, Wolf. Tapi Paman Aldebar itu bukan lawanmu.]     

[Benarkah? Wah... aku menjadi semakin tertantang.] balas Nicolae.     

[Alaric Rhionen juga bukan lawan Paman Aldebar. Dia bisa mencoba mencari Paman dan menangkapnya kalau mau, ia tidak akan berhasil.]     

Terry mencoba menahan tawanya saat menuliskan lanjutan pesannya.     

[Paman Aldebar itu punya pengawalan yang jauh lebih mengerikan dari Rhionen Assassins. Dia punya posisi paling penting di dalam klan, sebagai pemegang ramuan keabadian. Keselamatannya adalah prioritas utama klan sedari dulu. Bahkan Paman Caspar saja tidak memiliki pengawalan setangguh dia.]     

[Benarkah?? Aku tidak tahu itu!]     

Terry akhirnya tertawa terpingkal-pingkal mengingat pengalamannya sendiri. Ia juga dulu menganggap remeh Aldebar Schneider saat pertama kali bertemu dengannya di kastil keluarga Schneider.     

Adik Caspar itu tampak nyentrik dengan rambutnya yang panjang tergerai halus, pakaian kunonya yang unik, dan sikapnya yang sangat acuh tak acuh. Tetapi ketika Terry tinggal bersamanya selama beberapa bulan dengan Aleksis untuk belajar tentang alchemy, ia melihat sisi lain dari sang ilmuwan keluarga Schneider itu.     

Aldebar hidup berpindah-pindah dan ia sangat misterius. Di dalam rombongannya selalu ada paling tidak 20 orang pengawal paling mengesankan yang pernah dilihat oleh Terry.     

Gosip yang ia dengar tentang para pengawal ini adalah mereka merupakan para ksatria terbaik dunia yang ditemui Aldebar dalam pengembaraannya selama dua abad terakhir dan diberinya ramuan keabadian, sehingga mereka mengikutinya seumur hidup dan menjadi setia kepadanya.     

Beberapa di antaranya bahkan merupakan ksatria legendaris dunia yang Terry pikir sudah mati dalam buku-buku sejarah. Bahkan walaupun reputasi Rhionen Assassins sangat mengerikan, ia sangat yakin mereka belum tentu bisa macam-macam terhadap Aldebar.     

Ia sama sekali tidak kuatir.     

Terry baru menghapus air matanya akibat tertawa geli ketika membayangkan betapa akan terkejutnya Alaric Rhionen dan para pembunuhnya saat berhasil bertemu dengan Aldebar.     

Ia berharap bisa ada di sana dan menyaksikan para pembunuh itu dibantai, tentu akan menjadi film dokumenter yang sangat mengesankan.     

MATINYA SANG PEMBUNUH. Ia sudah bisa membayangkan judul film dokumenternya nanti.     

"Heii.. kau di sini rupanya!" Tiba-tiba tawa Terry terhenti karena bahunya dipukul seseorang. Ia menoleh dengan wajah marah dan menemukan Nicolae sedang menenteng laptopnya. "Aku mendengar suara tertawamu yang mengerikan itu..."     

"Heh.. jadi dari tadi kau juga di perpustakaan?" tanya Terry heran. Ia menatap laptopnya dan Nicolae bergantian, "Kalau begitu ngapain dari tadi kita chatting lewat Darknet??"     

"Kan kau yang memulai," omel Nicolae. Ia lalu duduk di sebelah Terry. "Sekarang ceritakan kepadaku tentang Paman Aldebar ini. Tadinya kukira dia hanya ilmuwan kaum Alchemist. Ternyata orangnya sangat misterius dan penuh kejutan. Aku menjadi penasaran."     

Terry tersenyum lebar. "Memang dia orangnya sangat misterius. Aku hanya beruntung bertemu dia karena aku ini bisa dibilang keponakannya. Aku ini anak tiri kakaknya."     

"Aku ingin bertemu dia," gumam Nicolae. Ia merasa Aldebar sangat menarik. Ahh... sepertinya semua orang alchemist yang dia dengar sangat mengagumkan. Ia tak sabar ingin bertemu lebih banyak orang seperti mereka.     

"Hmm... kalau kau menikah dengan Aleksis, kau juga akan menjadi keponakannya, dan kau pasti bisa bertemu dengan Paman Aldebar," kata Terry dengan nada jahil. Ia bangkit berdiri, membereskan laptopnya dan menepuk bahu Nicolae keras sekali. "Semangaaaattt!!"     

Nicolae terhenyak mendengar kalimat terakhir Terry. Ia lalu buru-buru bangkir dan mengejar pemuda itu, "Hei, kau bilang kau akan memberitahuku cara mendapatkan hati Aleksis! Kau jangan bohong, ya. Kalau kau bohong, akan kubuat kacau filmmu nanti!"     

Terry hanya tertawa mendengar seruan Nicolae. Ia sangat senang mengetahui betapa pemuda itu tergila-gila kepada adiknya. Sungguh mudah mengendalikan Nicolae dengan cara begini. Sedikit-sedikit ia hanya perlu menjual nama Aleksis, maka pemuda itu akan buru-buru menuruti keinginannya.     

"Pertama-tama kau harus tahu dulu tanggal berapa ulang tahun Aleksis," jawab Terry dengan nada acuh. "Itu yang paling penting."     

"Aku tahu. Dia lahir tanggal 7 Juli... Aku sudah mencari informasinya." kata Nicolae sambil berjalan menjajari Terry. "Ngomong-ngomong kau mau ke mana?"     

"Semua data yang dipakainya untuk masuk universitas ini adalah data palsu. Aleksis lahir bulan Oktober. Aku mau ke kafetaria, aku tadi belum sempat sarapan."     

"Oh ya? Tanggal berapa?" tanya Nicolae keheranan. "Astaga minggu depan sudah bulan Oktober..."     

"Tanggalnya rahasia," kata Terry. Ia senang sekali melihat wajah Nicolae yang berubah kesal. Pemuda itu menyipitkan matanya menatap Terry lekat-lekat. Kalau ia tidak ingat Terry adalah kakak Aleksis, ia pasti sudah memukul Terry dengan ekspresinya yang menjengkelkan itu.     

Tidak putus akal, ia segera mengeluarkan ponselnya, "Ayah... aku mau tanya, kapan ulang tahun Aleksis? Oh.. tanggal 2 Oktober? Terima kasih."     

Sambil tersenyum penuh kemenangan ia melotot kepada Terry yang segera menyadari bahwa ia bukan satu-satunya sumber informasi Nicolae tentang Aleksis. Ia barusan lupa bahwa Nicolae adalah anak Lauriel, dan Lauriel tahu SEMUANYA tentang Aleksis.     

"Aku kan tadi hanya bercanda, kau menanggapinya terlalu serius," komentar Terry sambil tertawa. Ia menepuk bahu Nicolae lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju kafetaria.     

***     

Aleksis berjalan keluar kelas dengan Ian dan Mel serta beberapa mahasiswa lainnya. Mereka sedang membahas tugas dari Profesor Tillman yang harus dikerjakan berkelompok dan Ian menyarankan agar mereka semua mengerjakannya di rumahnya yang megah di Bukit Timah.     

"Boleh, aku ikut kalian saja," komentar Aleksis. "Aku mesti menemui kakakku Terry di kafetaria dulu."     

"Kakak? Terry?" tanya Mel, "Waktu itu dia tidak bercanda?"     

Aleksis menggeleng, "Tidak. Dia memang kakakku. Sampai jumpa besok di kelas!"     

Dengan langkah-langkah panjang Aleksis berjalan menuju kafetaria. Ia harus bertemu Nicolae juga di sana untuk mengambil chip dan ponsel barunya supaya ia bisa mulai menghubungi mereka tanpa harus janjian seperti sekarang.     

"Hei, kau!!! Perempuan brengsek!"     

Langkahnya tiba-tiba terhenti di depan gedung kafetaria. Seorang gadis cantik berwajah sangat marah menghadangnya di pintu masuk. Rosemary tampak aneh karena pakaiannya agak acak-acakan dan rambutnya kusut, Ekspresinya dipenuhi kebencian.     

Aleksis sangat terkejut melihat Rosemary yang dilihatnya pagi ini tampak sangat mengerikan.     

"Ada apa denganmu? Kenapa kau berbuat begini? Apa yang terjadi?" tanya Aleksis keheranan. "Kau sakit?"     

"Kau perempuan mengerikan!!! Kau dikelilingi orang-orang gelap dan mengerikan... Pasti kau simpanan penjahat tingkat tinggi atau pengusaha kaya yang berkuasa... " Mata Rosemary tampak menyala-nyala, "Kami tidak pernah menyakitimu... Ayahku hanya berniat mengirim orang untuk menyembunyikanmu... supaya aku bisa membantu Kak Terry mencarimu.. Kami tidak pernah berbuat jahat kepadamu... Tapi kau.. kau begitu keji dan membantai semuanya..."     

"A.. apa? Apa yang terjadi? Aku tidak melakukan apa-apa...." cetus Aleksis.     

Terry dan Nicolae yang mendengar keributan di luar gedung segera keluar dan mendekati mereka. Rosemary sudah tampak kalap. Ia mencabut sepucuk pistol dari tasnya dan mengarahkannya kepada Aleksis.     

"Tadi malam seisi kelompok ayahku habis dibantai... Termasuk... termasuk ayahku..." Rosemary menggigit bibirnya hingga berdarah. Air mata mengucur dari sepasang matanya yang dipenuhi nyala kebencian, "Siapa lagi kalau bukan kau penyebabnya.... Sekarang kau harus membalas perbuatanmu!!"     

Aleksis dan Terry saling pandang keheranan. Nicolae buru-buru mencari informasi dari tabletnya dan sesaat kemudian matanya terbeliak kaget. Tanpa sadar ia menutup mulutnya dengan punggung tangan.     

Gambar-gambar yang diterimanya cukup membuat mual. Ada sangat banyak mayat...     

Astaga... Rupanya Rhionen Assassin sama sekali tidak mengampuni kelompok mafia ini karena sudah berniat mengganggu Aleksis.     

Pandangannya terarah kepada Aleksis yang berdiri terpaku di tempatnya dengan ekspresi terkejut. Dalam hati Nicolae bertanya-tanya, sejauh apa Aleksis terlibat dengan organisasi hitam itu, dan apakah ia tahu apa yang baru saja mereka lakukan demi dirinya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.