The Alchemists: Cinta Abadi

Mejanya sudah penuh



Mejanya sudah penuh

0Saat Aleksis melihat Terry masuk lewat pintu penthouse, ia sangat lega dan segera menghambur memeluk kakaknya. Walaupun mereka bukan saudara kandung dan keduanya sering saling mengganggu, tetapi keduanya sangat saling menyayangi.     

Sejak pertama kali bertemu 8 tahun yang lalu, Terry dan Aleksis sudah memiliki kedekatan batin sebagai saudara.     

"Aku sangat lega kau tidak apa-apa..." kata Aleksis berkali-kali, "Aku tak bisa membayangkan kalau mereka menangkap dan menyiksamu, aku tak akan sanggup bertemu Paman Jean sama sekali..."     

"Sshh... ini bukan salahmu kok..." kata Terry sambil mengusap-usap punggung Aleksis, menenangkannya. "Sebagian karena salahku juga... Rosemary menjadi nekat karena aku mempermainkannya waktu itu. Aku sama sekali tidak menyangka ini akan terjadi..."     

"Iya, tapi kau menciumnya waktu itu karena aku mengganggumu.. Seandainya aku menutup mulut besarku, ini semua tidak akan terjadi..." Aleksis menggeleng-geleng, tetap berusaha mengaku salah.     

"Iya, tapi aku kan lebih dewasa, seharusnya aku tidak terpancing tingkah bodohmu..." kata Terry kemudian.     

"Tapi aku seharusnya tidak bersikap bodoh dengan memancingmu seperti itu, aku kan sangat mengenalmu dan tahu kau itu orangnya kompetitif dan egonya tinggi, pasti mudah sekali membuatmu terpancing melakukan hal-hal bodoh juga..." balas Aleksis.     

Nicolae memutar bola matanya dan menggeleng-geleng melihat kedua kakak beradik itu saling berusaha menanggung kesalahan tapi pada saat yang sama bisa tetap bersikap menjengkelkan.     

"Sudahlah... sekarang kita harus memastikan mereka tidak bisa mengulangi perbuatannya. Bagaimana pendapat kalian?" tanya Nicolae kemudian.     

"Aku tidak mau sampai harus merepotkan Papa..." kata Aleksis sambil mengerucutkan bibirnya. Ia tidak suka sikap over protektif ayahnya, dan peristiwa ini akan membuat ayahnya semakin mempunyai alasan untuk semakin mengungkung anak perempuan satu-satunya itu.     

Lauriel menatap Aleksis dengan pandangan penuh pengertian. Ia sangat mengenal Caspar dan setuju bahwa ia terlalu over protektif.     

"Kau mau kami merahasiakan tentang peristiwa ini dari ayahmu?" tanya Lauriel.     

Aleksis tidak berani mengangguk. Ia adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluarga besarnya. Bukan hanya orang tuanya, tetapi ayah angkatnya - Lauriel, Paman Jean, Paman Aldebar dan Bibi Flora serta Paman Louis semuanya memanjakannya. Tetapi untuk urusan satu ini, ia tak berani meminta Lauriel menjadi kaki tangannya menyembunyikan rahasia dari ayahnya yang galak itu.     

(Galak? Ya, Caspar adalah ayah yang mengerikan kalau mengenai anak perempuan satu-satunya)     

Nicolae hanya bisa bertanya-tanya orang seperti apakah Caspar Schneider itu, karena sepertinya Aleksis sangat segan kepada ayahnya. Selama ini ia melihat gadis itu sangat cuek dan seenaknya, tetapi kini benar-benar tampak tidak berani macam-macam di depan ayahnya.     

"Uhm.. aku bisa melakukan sesuatu kepada mereka..." kata Nicolae akhirnya. "Ini hanya kelompok mafia kecil. Aku bisa membongkar data-data kelompok mereka dan kejahatannya, lalu mengirim semua buktinya kepada polisi. Biar polisi saja yang mengurus mereka."     

Seketika mata Aleksis tampak bercahaya. "Kau bisa melakukannya??? Sungguh? Itu sempurna sekali! Kalau polisi menangkap mereka, aku tidak perlu merepotkan ayahku."     

Nicolae tersenyum melihat Aleksis tampak lega sekali. Ia mengangguk dan mengeluarkan laptopnya lalu mulai bersiap bekerja, "Beri aku waktu satu jam."     

"Wahh... terima kasih! Nicolae, kau yang terbaik!!" Aleksis hampir memeluk Nicolae tetapi membatalkannya karena melihat pemuda itu sibuk.     

"Hmm... bagaimana kalau kita makan dulu?" tanya Terry mencairkan suasana. "Aku tadi tidak jadi makan di Restoran Mandalay, perutku lapar sekali."     

Aleksis mengangguk membenarkan. Ia juga dari tadi tidak bisa makan karena tegang.     

"Sudah terlalu malam untuk memanggil chef, bagaimana kalau kita semua ke Sky Bar saja untuk makan?" tanyanya. "Nico, kau bisa bekerja di Sky Bar?"     

Nicolae mengangguk dan membereskan laptopnya. Mereka berempat lalu segera turun ke lantai 99 dan kemudian naik eskalator ke Sky Bar dari Restoran Moonshine. Suasana di Sky Bar seperti biasa selalu meriah dan dipenuhi tamu yang sedang bersenang-senang.     

Kehadiran empat orang yang sangat menarik perhatian itu hampir membuat suasana menjadi hening saat satu persatu tamu melihat Aleksis yang sangat cantik berjalan masuk dengan langkah riang sambil menarik tangan Lauriel yang berjalan tanpa suara, diikuti Terry yang berjalan dengan tingkah seolah ia pemilik tempat itu, dan Nicolae yang melangkah acuh dan menenteng sebuah laptop di tangannya.     

Tiga orang pria muda yang terlihat begitu tampan dan sempurna mengikuti seorang gadis cantik berambut panjang dan terlihat seperti supermodel masuk ke Sky Bar malam itu membuat suasana menjadi beberapa tingkat lebih eksklusif, padahal Sky Bar Continental adalah restoran paling bergengsi di Singapura.     

Mereka berjalan melintasi meja-meja lain dan semua orang tak dapat melepaskan pandangan dari mereka.     

"Heii... kalian sedang apa di sini?" Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari meja di tengah ruangan. Ketika mereka menoleh, semuanya kecuali Lauriel, segera mengenali Verona yang melambai ke arah mereka. Ia sedang makan malam dengan dayang-dayangnya, dan mereka semua menatap ketiga pria yang ada di samping Aleksis dengan pandangan penuh harap.     

Ketiga gadis itu lalu bangkit dan menghampiri rombongan kecil Aleksis.     

"Kalian mau makan malam? Semua meja di sini sudah penuh. Tapi kami bersedia menerima kalian di meja kami biar kita bisa makan bersama," Verona bahkan mencoba melempar senyum ke arah Aleksis dan berkata, "Demi menghormati Kak Terry dan Kak Nicolae, aku juga menerimamu untuk makan bersama kami."     

Lauriel menatap interaksi di antara kedua gadis itu dan bisa menebak bahwa hubungan mereka tidak baik.     

"Terima kasih, Verona. Tapi kami ada urusan pribadi yang harus dibicarakan, jadi tidak bisa melibatkan orang luar," kata Aleksis dengan sopan. Suasana hatinya sedang baik karena Terry tidak terluka. Lagipula ia ingat, permusuhan dengan sesama gadis di kampus adalah penyebab konflik yang mereka hadapi sekarang ini. Ia tidak mau mendapatkan musuh baru.     

"Tapi aku tidak bohong... semua meja di sini memang sudah penuh. Kami saja tadi harus menunggu dulu setengah jam baru mendapatkan meja kami," kata Verona sambil cemberut. Ia sangat kesal karena untuk pertama kalinya ia mau bersikap ramah kepada Aleksis tetapi gadis itu tidak menghargai niat baiknya. "Aku tidak percaya kau sepicik itu dan masih mencurigaiku yang tidak-tidak!"     

Belum sempat Aleksis menjawab, Manajer on duty yang mengenali Aleksis datang tergopoh-gopoh menghampiri mereka. "Selamat malam Nona Besar... Apa kabar Anda? Anda mau makan malam atau hanya minum dan bersantai?"     

"Kami sangat lapar, Manajer Li," kata Aleksis sambil memasang wajah sedih.     

"Oh, begitu... Silakan ikut saya, Meja Jade seperti biasa kami kosongkan kalau Anda datang."     

Manajer itu mempersilakan mereka duduk di meja paling eksklusif di ujung Sky Bar yang memiliki akses pemandangan ke seluruh Singapura dari lantai 100.     

Bagi Aleksis yang tinggal di penthouse sebelah Sky Bar, pemandangan ini tidak istimewa, karena ia bisa melihatnya setiap hari, terutama dari kolam renang infinity-nya. Apalagi malam ini mereka memang tidak berniat mencari perhatian orang, maka ia menolak dan meminta disediakan meja di sudut yang paling privasi.     

"Uhm... malam ini kami ada urusan yang agak privasi. Bisakah kami makan di ruang privat saja? Masih ada ruang yang kosong?"     

"Oh... mohon Nona tunggu lima menit, saya akan meminta tamu di ruang privat pindah ke Meja Jade, mereka pasti akan sangat senang mendapatkan upgrade ini." Manajer Li memberi tanda kepada pelayan sementara ia bergegas masuk ke salah satu ruang makan privat dan berbicara dengan tamu di sana.     

Dengan sigap seorang pelayan telah datang membawa baki berisi camilan dan berbagai minuman. Keempat orang itu buru-buru mengambil camilan dan masing-masing segelas wine untuk mengisi perutnya yang lapar.     

Sementara itu Verona dan dayang-dayangnya hanya bisa tertegun dengan mulut terbuka. Mereka masih belum tergugah dari syok ketika Manajer Li kembali tidak sampai lima menit kemudian.     

"Baiklah Nona Besar... silakan ikut saya ke sini... Tempatnya sudah siap untuk Anda." Manajer itu mempersilakan mereka mengikutinya.     

Dengan langkah-langkah panjang keempatnya berjalan mengikuti Manajer Li. Mereka semua sudah sangat lapar.     

"Ka... katanya tadi sudah tidak ada meja... " gumam Verona sambil menggigit bibirnya karena kesal. "Tapi kenapa mereka bisa mendapatkan meja terbaik di Sky Bar...???!! Ughhhhhhgggghhhhh!!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.