The Alchemists: Cinta Abadi

Kau akan menyesal!



Kau akan menyesal!

0Nicolae berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam restoran untuk mencari Terry. Ia tampak sangat lega ketika melihat pemuda itu sedang membolak-balik buku menu di sudut ruangan dengan Rosemary duduk di depannya, mengamati Terry dengan pandangan kagum yang kentara.     

"Terry!" panggil Nicolae cepat. Terry mengangkat wajah dan saat melihat kekuatiran Nicolae, ia mengerutkan keningnya. Rosemary juga menoleh dan hampir mengomel karena acara makan malamnya diganggu, tetapi ketika ia melihat Nicolae yang datang, wajahnya seketika berubah cerah.     

Ia tak menyangka dua pemuda paling populer di kampus ada di tempat ini bersamanya. Ia tersenyum dan mempersilakan Nicolae duduk.     

"Hallo, Kak Nicolae... Mau ikut makan malam bersama kami?" tanyanya ramah. Nicolae merasa mual melihat Rosemary yang bermuka dua dan hampir saja ia mengamuk di tempat, tetapi karena ingat mereka berada di tempat umum, ia berusaha menahan diri.     

"Hmm... aku tidak mau mengganggu kalian," kata Nicolae.     

"Eh... aku sih tidak keberatan. Kak Terry bagaimana?" tanya Rosemary sambil menoleh kepada Terry. Pemuda itu keheranan, tetapi dengan acuh ia hanya mengangkat bahu. "Nah... Kak Terry tidak keberatan. Aku senang sekali melihat kakak berdua bisa berdamai."     

Terry dan Nicole saling pandang. Sesuatu di mata Nicolae membuat Terry sadar ada sesuatu yang salah dengan Rosemary. Ia memutuskan untuk mengikuti rencana Nicolae saja. Nicolae memesan makanan dengan cepat diikuti oleh Terry. Setelah Rosemary juga memesan makanannya dan pelayan meninggalkan mereka, ketiga orang itu kembali berbincang-bincang.     

"Aku sangat senang melihat kakak berdua bisa ada di sini. Ternyata gosip itu salah," kata Rosemary sambil tersenyum lebar.     

"Gosip apa?" tanya Terry.     

"Uhm... Kakak berdua digosipkan sebagai saingan dan saling membenci. Ternyata itu hanya kabar bohong."     

"Oh... itu memang kabar bohong. Kami ini teman baik. Buktinya Senin nanti aku akan bermain di film yang dibuat Terry." Nicolae nyengir ke arah Terry, "Aku tidak sabar beradu akting dengan Aleksis di film barumu."     

"Eh..?" Terdengar suara keheranan Terry yang tidak ingat menawarkan Nicolae untuk beradu akting dengan adiknya, tetapi ia segera menyadari Nicolae sedang ingin memancing Rosemary. Terry kemudian segera mengangguk. "Oh, iya... hari Senin ya."     

"Benar. Aleksis cantik sekali. Aku sangat menyukainya..." komentar Nicolae sambil melirik Rosemary.     

Gadis itu tampak menyesap minumannya seolah tidak terpengaruh obrolan mereka, tetapi Nicolae melihat jari-jarinya memegang gelasnya dengan terlalu kencang hingga buku-buku jarinya memutih. Rosemary menyembunyikan rasa tidak senang karena nama Aleksis disebut terus-menerus.     

"Oh, ya... aku jadi ingat, Rosemary. Di mana kau menemukan jam Aleksis?" tanya Terry kemudian. "Kami perlu menemukan chip di dalamnya yang kemungkinan jatuh di tempat itu."     

Rosemary mendongak agak terkejut karena namanya disebut, "Eh... aku menemukannya di depan gerbang kampus."     

"Apakah kau menemukannya waktu jam itu sudah rusak?" tanya Terry lagi.     

"Apa maksud pertanyaan Kakak?" Rosemary balik bertanya, "Aku menyimpannya untuk kukembalikan kepada Aleksis, tetapi aku tak dapat menemukannya, karena itulah aku mencarimu."     

"Kau tidak menjawab pertanyaanku," kata Terry mulai tidak sabar. "Jamnya tidak rusak waktu kau menemukannya, kenapa sekarang sudah rusak?"     

"Aku tidak melakukan apa-apa. Jam itu sudah rusak ketika kutemukan," bantah Rosemary.     

Nicolae memutar matanya dan menggeleng-geleng. Ia mengeluarkan tabletnya dan memutar video CCTV yang diambilnya dari kamera kampus. "Aku melihat semuanya. Jam itu baik-baik saja saat kau menemukannya. Aku tidak mengerti kenapa kau mesti merusaknya."     

Rosemary menaruh gelasnya dan menggigit bibirnya dengan kalut. Ia sadar dirinya sudah ketahuan, tetapi ia masih berusaha mencari dalih, "Uhm... sebenarnya jam itu terjatuh saat aku buru-buru pulang ke asrama, dan ada mobil yang melindasnya... Aku tidak bermaksud merusaknya..."     

"Kenapa kau sangat membenci Aleksis? Apa salahnya kepadamu?" tanya Nicolae dengan gusar.     

"A.. aku tidak membenci Aleksis... " kata Rosemary berkeras, "Sejak aku tahu dia adiknya Kak Terry, aku tidak membencinya... Aku menyukai Kak Terry, buat apa aku menjahati Aleksis? Lagipula dia itu teman sekamarku di asrama."     

"Kau tidak mengirim orang untuk menculik Aleksis?" tanya Nicolae blak-blakan. Terry membelalakkan matanya mendengar perkataan Nicolae. Ia tidak tahu orang-orang suruhan mafia itu dikirim oleh Rosemary.     

Siapa gadis ini sebenarnya? pikirnya dalam hati.     

Rosemary tampak sangat kaget karena Nicolae menuduhnya terang-terangan. "Ka... Kakak menuduhku apa barusan?"     

"Kau sangat membenci Aleksis karena dia cantik dan populer dan dekat dengan Terry, maka kau ingin menyingkirkannya." Nicolae menyipitkan matanya menatap Rosemary dengan tajam, "Atau kau merasa marah kepada Terry karena mempermainkan perasaanmu minggu lalu dan ingin membalaskannya kepada Aleksis..."     

Rosemary menekap mulutnya dengan syok, kepalanya menggeleng-geleng, "A... aku tidak begitu..."     

"Sudahlah, jangan mengeluarkan air mata buaya, Terry pasti tahu kau itu berbohong, dia sudah bergelut dengan akting selama bertahun-tahun," komentar Nicolae. Ia lalu menoleh kepada Terry, "Aleksis bilang orang yang hendak menculiknya itu adalah anggota mafia lokal. Rosemary anak kepala mafia sini, dia yang meminta ayahnya untuk mengirim orang menculik Aleksis untuk membalas dendam kepadamu karena kau mempermainkan perasaannya..."     

BRAAK...!     

Terry menggebrak meja tanpa sadar, saking marahnya ia mendengar keterangan Nicolae. Ia menatap Rosemary dengan pandangan murka, "Kau...? Kalau kau marah aku mempermainkanmu, seharusnya kau datang kepadaku, jangan mengganggu adikku!!"     

Rosemary tersentak mendengar nada suara Terry yang begitu murka. Selama ini ia belum pernah melihat Terry marah, dan ia sangat terkejut melihat Terry tampak mengerikan kalau ia sedang murka begini. Tubuhnya menjadi gemetaran saat tangisnya pelan-pelan terdengar mengisi udara.     

"A.. maafkan aku, Kak.. a.. aku tidak bermaksud jahat kepada Aleksis..." Rosemary menggigit bibirnya dengan ekspresi menyesal, "Tadinya aku hanya ingin menarik perhatianmu... Saat Aleksis menghilang, aku ingin menjadi orang yang menolongmu menemukannya... "     

"APA MAKSUDMU?!!" Kali ini Terry sudah berteriak, tidak mempedulikan pandangan orang-orang di sekitar mereka.     

"Maafkan aku... Aku sudah berpesan kepada ayah untuk memastikan agar Aleksis baik-baik saja. Niatku hanya menyembunyikannya selama dua hari... dan.. dan nanti aku akan membantumu mencarinya..." Kini tanpa dapat ditahan lagi Rosemary sudah menangis terisak-isak. "Aku ingin kau berhutang budi kepadaku, dan memperhatikanku.... huhuhu..."     

Nicolae dan Terry sama-sama mendesis kesal. Di satu sisi Nicolae lega karena Rosemary tidak berniat menyakiti Aleksis maupun Terry... tetapi di sini lain ia sangat kesal mengetahui gadis itu seenaknya hendak menculik Aleksis hanya agar Terry memperhatikannya.     

"Maafkan aku... Kak Terry.. Maafkan aku... aku khilaf." tangis Rosemary, "Waktu kau menciumku dan memintaku menjadi kekasihmu, aku pikir kau serius. Aku sangat bahagia waktu itu. Ketika Aleksis memberitahuku bahwa kau hanya main-main, aku baru sadar bahwa kau bahkan tidak ingat namaku, kau tidak pernah menganggapku ada... Karena itulah... karena itu aku mengambil jalan pintas ini... Maafkan aku.. Aku tidak akan pernah mengulanginya lagi.. Tolong, jangan membenciku...."     

Terry berdiri dengan kesal, mengeluarkan uang dari dompetnya dan melemparnya ke meja. Ia lalu menarik Nicolae keluar dari Restoran Mandalay diiringi pandangan keheranan tamu-tamu restoran.     

Rosemary menangis tersedu-sedu di meja melihat perlakuan Terry kepadanya. Beberapa detik kemudian ia seperti tersadar, ia segera bangkit dan mengejar kedua pemuda itu.     

"Kak Terry..!! Kau sungguh keterlaluan. Kau tidak henti-hentinya menghinaku..." serunya dengan suara marah. "Kau akan menyesal karena telah menyakiti hatiku... Berikutnya aku tidak akan bersikap baik lagi...!"     

Terry menghentikan langkahnya saat mendengar ancaman Rosemary. Ia berbalik dan menghampiri gadis itu, lalu menatapnya dekat sekali dengan pandangan sangat tajam, "Kau berurusan dengan orang yang salah. Aku tidak akan pernah menyukaimu. Mundurlah secepatnya, dan pergi jauh-jauh. Kalau tidak, kau yang akan menyesal."     

Ia lalu berbalik dan kembali berjalan keluar dengan langkah-langkah panjang. Nicolae mengikutinya dengan diam. Dalam hati ia sangat terkesan melihat ternyata kalau marah Terry bisa terlihat sangat mengerikan.     

"Kau yang akan menyesal! Lihat saja nanti!" jerit Rosemary.     

Ia berdiri terpaku di tempatnya dengan wajah sangat marah. Sesaat kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon, "Ayah... aku perlu bantuan ayah lagi."     

***     

"Kau tahu dari mana Rosemary anak mafia itu?" tanya Terry saat mereka sudah di dalam mobil Nicolae. Pemuda itu menyalakan mobilnya dan segera keluar dari tempat parkir kembali ke Hotel Continental.     

"Dari Aleksis. Kalau kau ingin tahu dia tahu dari mana, kau tanyakan saja sendiri." Nicolae mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Lauriel, "Ayah... aku sudah bersama Terry di sini. Bisa aku bicara kepada Aleksis?"     

"Ini aku." Segera terdengar suara lega Aleksis di ujung telepon. "Kak Terry baik-baik saja?"     

"Terry tidak apa-apa. Kau bisa ngobrol sendiri dengannya."     

"Hei, Aleksis, aku baik-baik saja." Terry segera mengambil alih ponsel Nicolae. "Nicolae bilang kau tahu Rosemary adalah anak mafia, siapa yang memberitahumu?"     

Aleksis mengerucutkan bibirnya. Ia tak mau menjawab karena ada Lauriel di sampingnya, akhirnya ia buru-buru mengalihkan pembicaraan, "Hati-hati di jalan ya, aku tunggu di penthouse! Bye!"     

Terry dan Nicolae saling pandang dan mendesah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.