The Alchemists: Cinta Abadi

Musuh yang tak diduga



Musuh yang tak diduga

0Aleksis sangat bahagia ketika dapat mendengar suara Alaric di telepon. Dalam hati ia bersyukur karena Takeshi menemuinya dan dengan penuh pengertian memberikan ponselnya agar ia dapat menghubungi Alaric.     

Ia takkan memberi tahu Nicolae bahwa ia tidak lagi membutuhkan chip darinya. Ia sebenarnya takut kalau Nicolae memasang penyadap di chip itu untuk menyelidikinya. Memang sih... kelihatannya Nico tidak akan berbuat hal serendah itu, tetapi Aleksis tidak mau ambil risiko.     

Dalam perseteruan antara Terry dan Nicolae dengan Rhionen Industries, Aleksis terjebak di tengah-tengah. Ia kini harus memikirkan cara bagaimana agar ia dapat mendamaikan mereka, atau minimal melindungi Alaric agar Nicolae tak dapat menemukan jejaknya.     

"Aku sedang bersama Pangeran Siegfried Kecil," kata Aleksis dengan suara bersemangat, Ia lalu menaruh ponsel Takeshi di depan mulut anjingnya lalu menggelitiki Pangeran Siegfried Kecil agar bersuara, "Hallo Pangeran Siegfried Kecil... ini Pangeran Siegfried Besar ada di telepon... ayo menggonggong yang riang..."     

Alaric tertawa mendengar tingkah antik Aleksis dan anjingnya. Ia sangat merindukan keduanya.     

"Jangan dipaksa. Aku tahu anjingmu lebih suka membuka mulutnya untuk makan daripada untuk mengeluarkan suara."     

"Haha.. kau benar." Aleksis menarik anjingnya masuk ke dalam lobi lalu duduk di salah satu sofa yang paling nyaman.     

"Kau baik-baik saja?" tanya Alaric. Ia sangat lega mendengar suara Aleksis masih seceria biasanya. Ternyata gadis itu tidak bisa mengangkat teleponnya karena jamnya rusak, bukan karena ia bersama pria-pria lain yang lebih tampan darinya.     

"Iya, aku baik. Maaf, ada kesalahpahaman antara Takeshi dan Mischa dengan Nico... Tapi aku dengar mereka sudah memburu penjahat yang sebenarnya."     

"Siapa Nico itu? Aku belum pernah mendengar tentang temanmu yang ini..." Entah kenapa Alaric agak terganggu mendengar cara Aleksis menyebut nama Nicolae dengan begitu akrab. Ia ingat pemuda itu memang terlihat sangat dekat dengan Aleksis.     

"Kami baru berteman. Dia baik kepadaku, kemarin kebetulan dia yang menemukan orang-orang yang membuntutiku sebelum Takeshi dan Mischa menyadarinya." Aleksis sama sekali tidak menyadari nada suara Alaric yang berubah. "Dia juga mau membantuku memperbaiki chip akses di jamku yang rusak. Tapi sekarang aku sudah tidak perlu."     

"Dia terdengar pintar, dan sepertinya dia orang yang mengagumkan. Aku dengar dari Mischa, ia juga cukup tangguh dan bisa melukai Mischa," kata Alaric lagi. Dalam hati ia menegur dirinya sendiri yang mulai merasa cemburu. Seharusnya ia tidak peduli dan bisa bersikap seperti tidak ada apa-apa, tetapi ia masih ingat foto yang dikirim anak buahnya tadi, yang menunjukkan keakraban Aleksis dan Nicolae.     

"Ya, dia memang laki-laki yang dikagumi banyak orang. Kalau kau buka media sosial Splitz, kau bisa lihat betapa populernya dia."     

"Hmm.." Alaric sudah tahu karena tadi ia menjelajah Splitz untuk mencari informasi tentang Nicolae.     

"Aku dengar salah seorang penjahat yang hendak menculikku sudah mati. Apakah itu perbuatan orangmu?" tanya Aleksis kemudian.     

"Benar, Takeshi yang menghabisinya. Aku tidak tahu kenapa perseteruan mahasiswa biasa harus melibatkan mafia, tapi yang jelas kali ini mereka memilih korban yang salah," kata Alaric.     

"Mafia? Siapa mafianya? Perseteruan mahasiswa bagaimana?" tanya Aleksis tak mengerti. "Apakah ada anak mafia di kampusku?"     

"Hmm... sebenarnya gadis ini tidak mau mengakui ayahnya yang mafia dan memilih tinggal di asrama, tetapi entah kenapa kemarin dia datang kepada ayahnya dan meminta bantuan untuk menculikmu. Setidaknya itulah informasi yang didapat Takeshi." Alaric mengerutkan keningnya dan mencoba mencerna situasi, "Dia pasti sangat marah kepadamu hingga mengambil cara sejahat itu."     

Mahasiswa yang marah kepada Aleksis... dan tinggal di asrama? Rosemary-kah???     

Aleksis menutup bibirnya sambil mendesah tertahan. Ia sama sekali tidak menyangka... Rosemary akan menjadi sedendam itu kepadanya karena Terry mempermainkan cintanya, dan karena Aleksis memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi...     

Rosemary anak seorang bos mafia? Dadanya bergidik membayangkan ia hampir tinggal sekamar dengan gadis yang terlihat baik itu. Dalam hati ia bersyukur mereka segera mengetahui siapa Rosemary sebenarnya sebelum Terry terlanjur terlibat dengannya lebih jauh.     

Sebentar... Kalau tidak salah tadi Terry bilang akan bertemu Rosemary untuk makan siang bersama. Apakah mereka jadi bertemu? Sekarang sudah hampir malam...     

"Ugh... sebentar, aku harus menelepon kakakku, ada hal darurat yang harus aku bicarakan," kata Aleksis terburu-buru. "Aku SANGAT SENANG bisa mendengar suaramu kembali. Bisakah nanti kita bicara lagi?"     

"Tentu saja. Jaga diri baik-baik. Aku akan mengirim pengawal lain untuk menjagamu."     

"Ehh... tidak usaaahhh... Ayahku akan datang setelah mendengar peristiwa kemarin, dia sudah menyiapkan pengawalan tambahan. Aku tidak mau dia curiga. Situasinya masih rumit antara kita... Kau mengerti maksudku?"     

Alaric mengerti yang Aleksis maksudkan adalah bahwa mereka menikah diam-diam dan ia masih belum dapat memberi tahu keluarganya. Alaric tidak ingin membuat istrinya bersusah hati, karenanya ia terpaksa setuju.     

"Tapi apakah pengawal dari ayahmu bisa diandalkan?" tanyanya kuatir.     

"Bisa kok, lagipula di sini ada Nicolae," jawab Aleksis buru-buru. "Oh... aku lupa bilang, Nicolae adalah anak Paman Rory. Kau ingat pernah bertemu ayah angkatku, kan? Paman Rory juga sedang ada di Singapura. Aku ada di tempat paling aman di dunia."     

Alaric terdiam. Ia ingat pria yang ditemuinya 17 tahun lalu di kereta menuju Chiang Mai saat ia pertama kali bertemu Aleksis. Jadi Nicolae adalah anak pria itu? Pantas saja hubungannya dengan Aleksis sangat akrab.     

Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak.     

"Hmm... baiklah. Kau bisa menelponku sebelum kau tidur malam ini. Aku ingin mendengar kabarmu. Jam berapa pun itu aku akan mengangkatnya," kata Alaric akhirnya.     

Aleksis senang sekali mendengarnya. Ia merasa Alaric mulai berubah dan menjadi semakin perhatian. Tadinya Alaric sudah berjanji akan menelepon satu kali sehari, saat pagi di Inggris, tetapi kini ia yang meminta Aleksis untuk meneleponnya sebelum gadis itu tidur.     

"Yeayy!!" Tanpa sadarnya Aleksis berseru kegirangan. "Aku pasti akan meneleponmu. Jaga diri baik-baik ya, Sayangku. Nanti malam kita bicara lagi. Aku mencintaimu."     

"Aku mencintaimu," balas Alaric sebelum menutup teleponnya dan tersenyum sendiri.     

Sophia dan Portia jelas melihat bibir Alaric membentuk kata-kata 'I love you' saat menutup teleponnya dan tersenyum. Keduanya saling pandang lagi.     

"Alaric sudah mempunyai seorang istri," kata Sophia dengan nada tidak senang, "Perempuan itu manusia biasa."     

"Oh..." Portia mengamati Alaric dan jelas menemukan bahwa pemuda itu tampak bahagia setelah berbicara di telepon dengan istrinya.     

Hati Portia menjadi terpecah. Di satu sisi, ia tak setuju bila alchemist murni menikah dengan manusia biasa, apalagi keluarganya sendiri, tetapi di sisi lain ia menyadari keponakannya ini tampak bahagia dan terlihat mencintai istrinya yang manusia biasa itu.     

***     

Aleksis buru-buru naik ke penthouse dan meminta Lauriel menghubungi Terry untuk mencari tahu keberadaannya. Setelah belasan deringan, Terry tidak juga mengangkat teleponnya.     

"Coba hubungi Nico... tadi kan mereka bersama-sama..." kata Aleksis dengan panik. Ia berharap Terry tidak sedang bersama Rosemary.     

"Ada apa, Ayah?" tanya Nicolae saat ia mengangkat telepon dari Lauriel.     

"Ini aku, Aleksis... Terry ada di mana?" tanya Aleksis cemas. "Aku tak bisa menghubunginya."     

"Dia pergi menemui Rosemary - untuk mencari tahu apa motifnya merusak jammu. Karena urusan tadi, mereka menjadwal ulang pertemuan mereka menjadi makan malam." Nicolae bisa mendengar nada mendesak dalam suara Aleksis. "Ada apa?"     

"Rosemary itu anak mafia!! Dia yang meminta ayahnya mengirim anak buah untuk menculikku. Dia dendam kepada kami karena Terry mempermainkan cintanya... Dia itu penggemar berat Terry dan minggu lalu Terry mengisenginya... Aduh... bagaimana ini." Aleksis menjadi sangat kuatir, "Kau tahu dia pergi ke mana? Bisa kau suruh Carl dan Sascha mencarinya? Aku tidak mau terjadi apa-apa kepada kakakku. Rosemary itu bukan gadis biasa ...!! "     

Nicolae segera menyadari kegawatan situasi mereka. Bukan hanya Aleksis yang terancam, tetapi Terry juga. "Aku tahu Terry ada di mana. Aku akan segera menyusulnya ke sana bersama Carl dan Sascha."     

"Tolong cepatlah.. Terry tidak mahir bela diri, selama ini ia selalu diselamatkan oleh mulut besarnya, tapi kali ini aku tidak yakin itu berguna..." kata Aleksis.     

"Tenang saja. Kau bisa mengandalkanku," kata Nicolae cepat. Ia hampir menutup teleponnya, ketika tiba-tiba teringat bahwa ia belum memberi tahu Aleksis tentang mafia lokal yang mengincarnya, tetapi ternyata gadis itu malah tahu lebih banyak dari dirinya. "Kau tahu Rosemary anak mafia dari siapa?"     

Aleksis tidak mau menjawab pertanyaannya, "Tolong kakakku..."     

"Hmm... baiklah. Kau tidak usah kuatir." Akhirnya Nicolae menutup telepon dan segera berlari keluar apartemennya menuju ke mobilnya di tempat parkir basement. Sambil setengah berlari ia menelepon Carl. "Carl segera ke Restoran Mandalay di Sentosa. Terry dalam bahaya."     

Ugh... semoga tidak terjadi apa-apa dengan Terry, pikirnya.     

Bagaimanapun Terry adalah Billie Jean, sahabatnya dan kakak dari Aleksis, gadis yang ia sukai. Mereka sudah hampir seperti keluarga. Nicolae tak mau terjadi apa-apa dengan keluarganya yang baru ditemukannya ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.