The Alchemists: Cinta Abadi

Kesepakatan Terry dan Nicolae



Kesepakatan Terry dan Nicolae

0Terry hanya bisa merengut mendengar kata-kata Nicolae.     

"Aku jadi penasaran apakah Pangeran Sigfried sikapnya ramah dan menyenangkan, sehingga adikku tergila-gila kepadanya..." cetusnya dengan sikap pura-pura acuh.     

Nicolae seperti tersadarkan bahwa pemuda di sebelahnya ini adalah kakak biologis dari gadis yang disukainya. Tanpa sadar ia menutup laptopnya dan menatap Terry sambil tersenyum, "Kau mau minum teh buah atau chamomile?"     

Terry melipat tangan di dada dan melengos. "Tidak usah sok baik sekarang. Kau lanjutkan saja tugasmu."     

Nicolae harus menahan diri agar tidak memukul Terry. Ia tak habis pikir bagaimana bisa ia bersahabat dengan orang menjengkelkan begini? Walaupun di dunia maya... tetap saja.     

"Terserahmu. Dapurnya ada di sebelah sana kalau kau mau bikin minuman."     

Nicolae kembali menekuni laptopnya. Sesaat kemudian ia menepuk keningnya sendiri, lalu membuka marketplace dan memesan sesuatu.     

"Apa itu?" tanya Terry yang mengintip dari balik bahunya. "Chip komunikasi? Pelacak? Gelang mutiara? Kok random banget sih barang-barang yang kau beli?"     

"Chipnya untuk memperbaiki chip di jam Aleksis yang rusak. Pelacak untuk dipasang di gelangnya, supaya lebih mudah mengetahui keberadaan Aleksis kalau terjadi apa-apa dengannya," jawab Nicolae. Tadinya ia malas menjelaskan, tetapi otaknya terus mengingatkan bahwa ia sedang berbicara dengan kakak Aleksis, maka ia harus bersikap baik.     

"Oh... kau berencana melacak adikku?" tanya Terry sambil menatap Nicolae lekat-lekat. Ia tampak berpikir sejenak, kemudian menyipitkan matanya dan berbisik pelan, "Kau tidak boleh sampai ketahuan."     

Nicolae mendesah lega mendengar kata-kata Terry. Tadinya ia mengira Terry menentang rencananya untuk melacak Aleksis, tetapi ternyata pemuda itu malah mendukungnya.     

Nicolae sama sekali tidak berniat membuntuti Aleksis, tetapi di titik ini ia merasa bertanggung jawab untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Para pengawalnya terbukti tidak berhasil melakukan tugas mereka dengan baik.     

"Syukurlah kau mengerti," kata Nicolae, kali ini suaranya sudah terdengar ramah. Semakin lama ia semakin bisa bersikap baik di depan Terry, karena merasa pemuda itu sebenarnya mendukungnya.     

"Uhm, tapi jangan taruh pelacaknya di gelang mutiara ini, adikku tidak menyukai perhiasan. Aku cuma lihat baru-baru ini dia memakai kalung baru, seumur hidup aku tak pernah melihatnya memakai kalung atau gelang atau cincin. Waktu kecil dia pernah memakai cincin hadiah dari Lauriel, tetapi sekarang sudah hilang. Katanya dia tidak mau menghilangkan perhiasan lagi, makanya dia tidak akan memakai perhiasan apa pun."     

"Kalung?" Nicolae samar-samar ingat melihat Aleksis memang memakai kalung dari kulit sederhana di lehernya dengan liontin logam. "Menurutmu kalung itu adalah pemberian dari Siegfried?"     

Terry mengangguk. "Benda itu pasti cukup berharga baginya, ia takkan melepaskannya. Kalau kau memberinya perhiasan baru, dia akan menerima demi bersikap sopan, tapi nanti benda itu akan hilang di antara barang-barangnya yang banyak."     

"Oh..." Setitik rasa cemburu timbul di hati Nicolae. Ia tahu apa yang dirasakan Aleksis kepada Pangeran Siegfried itu adalah obsesi anak-anak yang dipelihara hingga dewasa, hingga terasa lebih dalam dari yang sebenarnya.     

Ia sudah mendengar dari ayahnya bahwa dulu Aleksis hanya bersama Siegfried selama seminggu, dan Aleksis sekarang juga baru semingguan berada di Singapura.     

Kalaupun ia sudah bertemu Siegfried, hubungan mereka pasti masih sangat baru. Ia merasa masih memiliki harapan untuk menunjukkan kepada gadis itu bahwa obsesi semata tidak akan bertahan. Cepat atau lambat Aleksis akan dapat melihat semua kelebihan Nicolae dan memberinya kesempatan.     

Apalagi ia merasa Lauriel dan Terry juga mendukungnya untuk mendapatkan hati Aleksis, Nicolae merasa semakin mantap untuk mengejar gadis itu. Saat ini prioritasnya adalah melindungi Aleksis dan melacak orang-orang yang ingin menyakitinya.     

"Alat pelacaknya sebesar apa?" tanya Terry kemudian.     

"Sebesar biji beras," jawab Nicolae.     

"Hmm... aku bisa mencari jalan untuk meminjam kalungnya..." kata Terry setelah berpikir sejenak. "Kau siapkan saja semuanya, biar aku yang memikirkan caranya."     

Nicolae mengangguk dan buru-buru menyelesaikan pembeliannya. Saat ia hendak membatalkan gelang mutiara yang ada di keranjang pemesanannya, sesuai anjuran Terry, matanya melihat iklan sebuah cincin berlian yang cantik sekali di sudut kanan bawah website yang sedang dibukanya.     

Terry yang melihat itu dari sudut matanya buru-buru melambai-lambaikan tangannya di depan Nicolae. "Untuk apa kau membeli perhiasan? Aku kan sudah bilang kalau adikku tidak suka memakai perhiasan."     

Nicolae mendesah, "Sayang sekali."     

"Lagipula kau pikir ada berlian yang bisa membuatnya terkesan di dunia ini? Lauriel sudah memberikan kepadanya berlian-berlian terbesar dan termahal dalam sejarah, yang disimpannya di peti harta di dasar laut di Karibia." Terry menambahkan. "Orang seperti Aleksis yang memiliki segalanya dalam hidup, tidak akan dapat dibuat terkesan dengan sekadar barang-barang mahal..."     

"Lalu apa saranmu?" tanya Nicolae akhirnya.     

Terry batuk-batuk kecil, "Sebenarnya aku bisa memberimu beberapa ide. Ayahku pernah memberikan hadiah ulang tahun yang sangat berkesan bagi ibuku... ibuku adalah ibunya Aleksis. Menurut ibuku itu adalah hadiah terbaik dalam hidupnya. Bayangkan, waktu itu ibuku sudah menikah dengan Paman Caspar dan memiliki segalanya, tetapi ia menganggap hadiah dari ayah adalah hadiah terbaik yang pernah ia terima!"     

Nicolae tampak sangat tertarik. "Hmm.. baiklah, aku mendengarkan. Kau mau dibayar dengan apa untuk informasi itu?"     

Terry menatap Nicolae dengan ekspresi seolah merasa terhina, "Kau pikir aku ini orangnya selalu berpamrih dan meminta bayaran, ya?"     

"Iya," jawab Nicolae singkat.     

"Baiklah, kalau kau memaksa," kata Terry sambil mengangkat bahu, "Aku sebenarnya perlu aktor pemeran utama untuk film pendek yang sedang kubuat, dan menurutku -walaupun aku sebenarnya tidak rela- kau adalah orang yang paling tepat memerankannya. Tapi aku tidak bisa membayar, semua anggaranku sudah habis untuk alat dan membayar aktor lain."     

"Apa??? Kau mau aku main film-mu?" tanya Nicolae dengan ekspresi tidak percaya. Ia menyipitkan mata, "Pasti ini trikmu untuk menarik banyak penonton wanita...."     

Tepat sekali, memang itu tujuan Terry meng-casting Nicolae yang tampan ke dalam film-nya. Pemuda itu bahkan sudah terkenal walaupun ia bukan seorang selebriti.     

"Kau mau tahu apa hadiah yang diberikan ayahku atau tidak?" desak Terry.     

Akhirnya Nicolae mendengus dan mengangguk. "Tapi aku hanya mau syuting di hari Senin."     

"Sip." Terry langsung membuka laptopnya dan mencorat-coret sebuah dokumen, lalu menyerahkan stylusnya kepada Nicolae. "Tanda tangani kontraknya di sini, nanti aku beri tahu semuanya."     

Dengan enggan Nicolae membaca cepat isinya dan memastikan tidak ada yang aneh-aneh, "Kenapa ada pasal 'bersedia melakukan apa saja yang diminta sutradara, termasuk melakukan adegan sedikit panas'? Hei, kau ini bikin film apaan? Bukan film porno, kan?"     

"Tenang, hanya adegan romantis yang tidak akan membahayakan reputasimu." Terry terus menyodorkan stylus kepada Nicolae. "Aku akan memberikan bonus untukmu, akan kuberi tahu beberapa rahasia adikku dan apa saja hal-hal yang disukai dan dibencinya."     

Akhirnya Nicolae luluh juga dan menandatangani dokumen yang diminta Terry setelah berpikir agak lama.     

"Bagus sekali. Nah, kau lanjutkan urusanmu, aku akan mulai mengkoordinasi kru-ku untuk mulai syuting hari Senin depan. Tadi kau sedang mencari data kelompok penjahat yang mati tadi, kan?"     

Nicolae tampak cemberut tapi ia menuruti kata-kata Terry dan melanjutkan penelitiannya. Sepuluh menit kemudian ia berseru tertahan.     

"Astaga! Ini adalah orang-orang dari kelompok mafia lokal... Mengapa mereka mengincar Aleksis?? Apakah Aleksis menyinggung salah seorang anggota mafia baru-baru ini?"     

"Mafia?" Terry ikut keheranan mendengarnya. "Apakah mereka sangat berbahaya? Kita harus segera melaporkan ini kepada Lauriel!"     

Nicolae menggeleng keheranan dan bergumam. "Astaga, Aleksis... kenapa dari dulu kau selalu mengundang bahaya...?"     

Dalam hatinya ia semakin bertekad untuk melindungi gadis itu, entah kenapa sejak masih kecil, nasib Aleksis selalu diintip oleh bahaya. Tidak heran ayahnya bersikap sangat over protektif dan hingga kini belum memperkenalkan putrinya ini ke dunia luar.     

Nicolae kemudian teringat niatnya untuk menyelidiki keluarga Meier dan mencari tahu bagaimana nasib mereka. Ia masih ingin membalas perbuatan mereka kepada Aleksis dulu yang pernah mengancam nyawa Aleksis dengan meracuninya.     

Terry sudah sibuk menelpon krunya dan mengatur rencana syuting. Nicolae bisa mendengar suara riuh penuh semangat orang-orang di ujung telepon ketika mereka mendengar Terry mengatakan bahwa Nicolae setuju untuk bermain di film pendek mereka.     

Nicolae berusaha tidak menghiraukan Terry dan teman-temannya yang sudah mendiskusikan bagaimana mereka dapat mengeksploitasi ketampanan dan kepopuleran Nicolae dalam film mereka. Ia sibuk menelusuri semua jaringannya untuk mendapatkan informasi tentang Alexei Meier dan Sophia Meier.     

Tiba-tiba masuk notifikasi dari salah satu platform di Darknet yang dilanggannya dari Pavel yang tadi pagi sudah ditolaknya.     

[Wolf, Alaric Rhionen dari Rhionen Assassins ingin mengontrakmu untuk menemukan Aldebar. Sebutkan hargamu. Apa pun permintaanmu akan diberikan.]     

Alaric Rhionen? Keningnya berkerut.     

Nama belakangnya sama seperti Rhionen Assassins dan Rhionen Industries. Siapa orang ini? Sepertinya ia sangat berkeras ingin menemukan Aldebar, walaupun Wolf sudah menolak.     

Tiba-tiba dada Nicolae berdebar. Jangan-jangan... ia sudah berhasil memancing ikan besar keluar dari balik kegelapan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.