The Alchemists: Cinta Abadi

Membongkar rahasia



Membongkar rahasia

0"Kenapa kau menangis?" tanya Terry kebingungan. Bagaimanapun cueknya dia di permukaan, tetapi ia sangat menyayangi Aleksis. Sejak masuk ke dalam keluarga Schneider 8 tahun lalu ia telah menghabiskan sangat banyak waktu bersama Aleksis, apalagi karena usia mereka yang dekat membuat keduanya tambah akrab. Lauriel juga sering mengajak Terry bertualang kalau ia membawa Aleksis.     

Ia mendekap gadis itu yang kini menangis tersedu-sedu. "Ponselku rusak... huhuhu... aku sedih sekali..."     

"Sssh... itu kan gampang tinggal dibeli lagi. Aku bisa memesankan yang persis sama dari Amerika," kata Terry sambil mengusap-usap rambut Aleksis.     

Aleksis hanya menggeleng-geleng. Ia masih sedih. Bukan jam ponselnya yang rusak yang membuatnya menangis melainkan chip penghubungnya dengan Alaric.     

Nicolae memperhatikan Aleksis baik-baik. Ia sadar pasti ada sesuatu di jamnya yang sangat berharga bagi Aleksis, bukan sekadar ponselnya sendiri. Ia membuka tabletnya dan menunjukkan kepada Terry video yang tadi berhasil diambilnya.     

Pemuda itu memperhatikan isinya dan seketika mengerutkan kening melihat bahwa memang kemarin saat Rosemary menemukan jam Aleksis, kondisinya masih baik. Seketika wajahnya memerah karena marah.     

"Kenapa dia berbohong kepadaku?" desisnya penuh kemurkaan. Ia paling tidak suka dibohongi seperti itu. Tadinya ia memperlakukan Rosemary dengan baik karena menghargai gadis itu telah bersusah payah mengembalikan jam Aleksis. Ia tidak menyangka Rosemary ternyata merusaknya sendiri.     

Ugh... awas dia, akan kuberi pelajaran," desisnya kesal. Ia menepuk-nepuk bahu Aleksis dan menenangkannya. Gadis itu masih sesenggukan di dadanya.     

Untuk sesaat pemandangan itu menggugah hati Nicolae. Setahunya Terry adalah orang yang menjengkelkan, tetapi ternyata pemuda itu sangat sayang kepada adiknya, walaupun kadang ia terlihat acuh tak acuh.     

"Hmm... boleh kulihat jammu?" tanya Nicolae kemudian. Tanpa menunggu jawaban Aleksis ia mengambil jamnya dari tangan gadis itu. Ia memperhatikan slot berisi chip khusus tadi dan segera mengenali fungsinya. "Hmm... Aku bisa memperbaiki ini, kalau itu bisa membuatmu berhenti menangis."     

Seketika tangis Aleksis berhenti. Ia mendongak dan menatap Nicolae dengan wajah berisi sejuta pertanyaan. "Kau bisa memperbaikinya? Itu kan sudah hancur... mana bisa diperbaiki?"     

Nicolae mengangguk, "Benar, tapi aku bisa menyalin kode di dalamnya dan membuatkanmu chip yang baru, Siapa pun orangnya yang ingin kauhubungi, hanya perlu menunggu sehari. Besok aku akan memberikanmu chip penggantinya."     

"Benarkah kau bisa memperbaikinya? Kau sungguh-sungguh????" Kali ini suara Aleksis terdengar penuh harapan. Sepasang matanya tampak berbinar-binar, membuat hati Nicolae sedikit sakit.     

Pasti chip yang rusak ini adalah penghubungnya dengan si Pangeran Siegfried itu, makanya Aleksis begitu sedih, pikirnya.     

Nicolae mengangguk tegas. Ia menyimpan jam itu ke sakunya lalu bicara kepada Terry, "Kau bawa mobil?"     

"Ya, kenapa memangnya?" tanya Terry.     

"Carl dan Sascha sedang mengejar penjahat yang kemarin hendak menculik Aleksis, aku suruh mereka mengurusinya sampai aku tiba. Sementara ini Aleksis harus diantar pulang. Nanti dari Continental aku akan menyusul Carl dan Sascha menggunakan mobilku sendiri."     

"Kenapa kau tidak bawa mobil?" tanya Terry ketus. Ia masih tak rela bila Nicolae ikut naik mobilnya.     

Sikap judes Terry terhadap Nicolae ini membuat Aleksis menjadi tidak sabaran. Ia segera menepuk tangan kakaknya, "Kakak, kenapa sih kau masih ketus begitu? Bukannya dia ini partnermu sendiri? Pantas saja kau tidak punya pacar dan tidak punya teman, sikapmu terlalu menjengkelkan..."     

"Partner? Kapan aku berpartner dengan orang aneh ini?" cetus Terry sambil mendelik. Nicolae juga tampak sama jengkelnya dengan Terry. Ia tak sudi berpartner dengan Terry, mengapa tiba-tiba Aleksis mengatakan mereka adalah partner?     

Partner dari Hong Kong??     

Aleksis memutar bola matanya dan mendecak kesal. "Bukannya kau itu berpartner dengan Wolf dalam penyelidikanmu?"     

Terry seketika menempelkan telunjuknya di bibir Aleksis, "Pssttt... kenapa sih mulutmu itu besar sekali? Itu rahasia! Aku cerita kepadamu karena kau adikku! Seharusnya kau jangan bilang-bilang di depan orang asing seperti dia ini!"     

"Dia bukan orang asing!" seru Aleksis.     

"Ya ya... aku tahu dia anaknya Lauriel, tapi dia itu kan baru saja masuk ke dalam keluarga kita. Statusnya masih orang asing... belum boleh kita ceritakan semuanya kepada Nicolae. Kau tahu sendiri betapa rahasianya penelitian kami itu...." Terry menggeleng-geleng melihat Aleksis begitu keras kepala.     

"Maksudku dia bukan orang asing... karena dia itu Wolf. Bukankah partnermu itu nama julukannya Wolf???" kata Aleksis dengan nada tidak sabar. "Tadi pagi aku tidak ingat di mana aku pernah mendengar namanya, tapi barusan saat aku melihat tampangmu, aku langsung ingat... Kau pernah bilang partnermu namanya Wolf, dan tadi pagi Nicolae bilang namanya di Darknet adalah Wolf."     

Nicolae seketika terhenyak. "Heiii, Aleksisssss...!! Aku tadi memberitahumu dan ayah nama julukanku bukan berarti kau bisa beritahukan sembarangan kepada orang asing, ya, Aleksis. Itu seharusnya rahasia. Tidak ada orang yang boleh tahu identitasku!"     

Dua detik kemudian kemudian baik Terry maupun Nicolae tampak terpaku. Mereka baru sadar apa yang terjadi.     

Keduanya saling pandang dengan mata terbelalak. Lalu bibir keduanya membuka dengan ekspresi kaget tanpa ada suara... lalu masing-masing mengangkat telunjuknya dan menunjuk yang lain dengan pandangan tidak percaya.     

"Sebentar...." Nicolae menelan ludah.     

"Kau... "Terry akhirnya menemukan suaranya, "Kau... Wolf? Benarkah?"     

"Kau Billie Jean?" Nicolae balik bertanya. "Aku kira kau perempuan...."     

"Ugh..." Terry tampak malu sekali nama samarannya disebutkan di depan Aleksis. Billie Jean memang nama perempuan, tetapi ia menggunakan nama samaran itu sebagai penghormatan terhadap ayahnya, aktor terkenal Jean Pierre Wang, dan kekasih ayahnya, Billie Yves. "Diam, kau!"     

Aleksis menatap mereka berdua bergantian sambil menggeleng-geleng, "Kalian tahu nggak, kalian itu kalau sedang bertengkar mirip suami istri yang sudah menikah puluhan tahun. Kalian sebenarnya cocok sekali, tapi kalian membiarkan ego kalian yang berkuasa dan akhirnya bermusuhan. Lihat saja, kalau kalian tidak tahu identitas masing-masing, kalian ternyata bisa berteman baik bahkan sampai berpartner segala...."     

Terry masih sulit menerima kenyataan bahwa partner yang sangat ia kagumi itu ternyata adalah Nicolae, saingannya dalam segala hal di kampus!     

Sementara Nicolae hanya bisa garuk-garuk kepala. Ia tadinya mengira Billie Jean adalah seorang gadis yang sangat keren karena ia sangat pintar dan sikapnya mirip laki-laki, sehingga mereka bisa bersahabat dekat.     

Siapa yang menyangka, bayangannya akan gadis super keren dan super cerdas itu kini rusak, ternyata Billie Jean adalah seorang mahasiswa laki-laki berusia 22 tahun yang paling menjengkelkan di dunia.     

Tanpa disadari keduanya secara bersamaan menghela napas panjang.     

"Tuh, kalian menghela napas saja bisa bersamaan begitu," goda Aleksis. Ia lalu menggandeng keduanya, satu di tangan kanan, dan satu di tangan kiri, lalu setengah menyeret, menarik mereka ke parkiran. "Nanti kalian bertukar kangennya di mobil saja. Aku mau cepat pulang biar Nico bisa segera memperbaiki chipku."     

Bagai kerbau dicucuk hidung, kedua pemuda idola kampus St. Mary itu mengikuti Aleksis, masih dengan ekspresi syok di wajah masing-masing.     

Astaga.. selama enam bulan terakhir ini, ternyata... aku berpartner dengan musuhku sendiri...     

Kedua pemuda itu bahkan memikirkan hal yang sama, dalam perjalanan menuju ke mobil Terry.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.