The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae dan Aleksis di kampus



Nicolae dan Aleksis di kampus

0Aleksis menatap Nicolae dengan kagum. Hanya begitu saja? Nicolae meretas data semua kamera di kampus dan bisa menemukan penjahat yang ingin menculik Aleksis? Ia membuat hal itu terlihat sangat mudah.     

Kalau begitu, seharusnya Nicolae juga bisa menemukan jam ponselnya, pikir Aleksis.     

Gadis itu segera menghadap Nicolae dan memasang senyum tercantiknya.     

"Nic... kau mau membantuku mencari jamku?" Sepasang mata indah Aleksis yang berbinar-binar bagaikan anak anjing akhirnya membuat Nicolae luluh. Ia mengangguk lalu mengutak-atik tabletnya dan dua menit kemudian menunjukkannya ke arah Aleksis.     

"Dia yang mengambil jammu."     

"Oh.. aku kenal dia! Aku akan langsung menemuinya di asrama," kata Aleksis. Ia melihat video di tablet Nicolae menunjukkan Rosemary berjalan ke tempat Aleksis terakhir berdiri sebelum ditarik Nicolae masuk ke dalam mobil. Gadis itu tampak keheranan lalu membungkuk dan memungut sesuatu dari tanah.     

Ia memungut jam ponsel Aleksis, mengamatinya sebentar seolah sedang berpikir, lalu beranjak pergi.     

"Carl, kita langsung ke asrama saja ya. Aku mesti mencari Rosemary," kata Aleksis. "Semoga dia masih di kamar."     

"Hmm... kenapa kita tidak mengecek jadwal kuliahnya saja?" tanya Nicolae, "Kalau kita ke asrama dan ternyata dia sedang kuliah di kampus, nanti jadi bolak-balik."     

"Tapi aku tidak tahu jadwal kuliah Rosemary, kami beda jurusan," kata Aleksis.     

Nicolae menghela napas dan mengetuk kening Aleksis pelan, lalu menunjuk pada tabletnya seolah mengingatkan gadis itu bahwa ia mampu mengetahui informasi apa saja yang diinginkannya dengan ketukan jari-jarinya.     

"Tuh, kan... Dia ada kuliah sampai jam 10 di Gedung C." Nicolae melirik jam tangannya, "Sepertinya sudah terlambat kalau mau bertemu dia sekarang, sebaiknya kau masuk kelas saja dulu, nanti sepulang kuliah jam pertama kau bisa menemuinya. Dia tidak ada kuliah lagi habis itu. Kau bukannya ada kelas Profesor Rodriguez?"     

Aleksis membelalakkan matanya lagi, "Ka... kau juga tahu jadwal kuliahku?! Apa sih yang tidak kau tahu?"     

Nicolae menepuk kening Aleksis lagi dan kemudian menunjuk tabletnya lalu menggeleng-geleng.     

Ugh... Aleksis sadar Nicolae benar. Lebih baik ia masuk ke kelas dan minta maaf kepada Ian karena kemarin tidak jadi datang memenuhi undangan pestanya, lalu setelah selesai kelas pertama ia bisa buru-buru menemui Rosemary.     

"Kau ada kelas hari ini?" tanya Aleksis kemudian.     

"Tidak ada. Aku ini mahasiswa tingkat akhir, aku cuma ke kampus untuk mengajar mata kuliah umum dan memamerkan ketampananku kepada mahasiswa baru," jawab Nicolae cuek.     

Sebenarnya ia sangat senang bekerja di perpustakaan kampus karena ia sudah mengatur keamanannya agar ia dapat bekerja dengan bebas di sana, ditambah lagi tempat itu sangat tidak menarik perhatian, sempurna untuknya menyembunyikan diri.     

Tetapi ia tidak berniat memberi tahu semua itu kepada Aleksis, mengingat ternyata gadis itu punya hubungan cukup dekat dengan pimpinan Rhionen Assassins. Entah sedekat apa, ia belum tahu. Tetapi Nicolae tak ingin mengambil risiko.     

"Ugh... dasar narsis," omel Aleksis. Ia mengamati wajah Nicolae yang tampan dan harus mengakui pemuda itu memang pantas menjadi pujaan gadis-gadis di kampus, bahkan di media sosial di luar grup universitas mereka. Bisa dibilang kepopulerannya sudah setara dengan selebriti lainnya.     

Mereka tidak bicara apa-apa lagi hingga akhirnya tiba di kampus. Begitu mobil berhenti Aleksis buru-buru melompat keluar sebelum Carl membukakan pintu mobil untuknya. Ia tahu dirinya sudah terlambat lima menit untuk kelas Profesor Rodriguez.     

"Oh ya... uhmm... mengenai yang tadi ... " Ia berbalik sebentar dan memegang tangan Nicolae yang baru keluar mobil menyusulnya, "Nic... tolong jangan bilang Paman Rory dulu ya ... Aku akan bilang sendiri kepadanya. Aku hanya perlu menyelesaikan satu urusan dulu. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya."     

Nicolae mengerutkan kening pura-pura tidak mengerti, "Bilang apa kepada ayahku? Aku kan tidak tahu apa-apa."     

"Oh, Nic... kau memang yang terbaik!" Saking gembiranya, Aleksis mendaratkan ciuman di pipi kiri Nicolae lalu kembali melanjutkan larinya ke arah Gedung B.     

Pemuda itu berdiri tertegun di samping mobil, dan perlahan tangannya meraba pipinya yang tadi dicium Aleksis.     

Gadis ini memang meluap-luap dan impulsif, dan dengan begitu saja mencium pipi Nicolae tanpa memikirkan dampaknya kepada pemuda itu.     

Benar-benar seperti badai. Datang dan pergi seenaknya dan meninggalkan jejak berantakan. Sama seperti pagi ini ia meninggalkan Nicolae begitu saja setelah membuat hatinya berantakan.     

Carl dan Sascha hanya melirik ke arah Nicolae dengan pandangan bersimpati. Mereka memang belum pernah bertemu Pangeran Siegfried, tetapi kini mereka sudah dapat mengira betapa mengesankannya kekasih Nona Besar mereka itu. Namun kalau dipikir-pikir, sebenarnya 'sepupu jauh' Nona Besar ini juga oke, pikir mereka.     

Ia memenuhi semua syarat sebagai lelaki idaman. Tubuhnya tinggi besar dan kokoh, wajahnya sangat tampan, ia juga sangat cerdas dan memiliki kemampuan meretas tingkat tinggi dan kemampuan berkelahinya tidak kalah dari seorang assassin level naga dari Rhionen. Yang terpenting... ia sangat melindungi nona besar mereka. Ia bahkan sekarang menahan perasaannya sendiri dan tidak akan mengadukan Nona Besar kepada keluarganya karena terlibat dengan seorang pembunuh...     

Keduanya hanya bisa menghela napas. Kalau mereka yang harus memilih siapa di antara dua 'kekasih' Nona Besar yang lebih baik, tentu mereka akan dengan cepat memilih Nicolae, tetapi mereka kan belum pernah bertemu yang satu lagi.. rasanya tidak adil kalau menilai hanya sepihak.     

"Kenapa kalian berdua mendesah begitu?" tanya Nicolae sambil mengerucutkan bibirnya. Ia mengerti apa yang ada di dalam pikiran keduanya. Bisa dibilang, sebagai sesama lelaki, mereka sudah saling paham apa yang terjadi.     

"Tidak apa-apa, Tuan Nicolae. Uhuk.. uhuk... Kami akan segera mengejar penjahat itu. Kami tidak bisa menghubungi Nona karena ponselnya masih hilang, apa nanti kami menghubungi Tuan untuk menjemput pulang?"     

Nicolae mengangguk. Ia menuliskan nomor ponselnya di kertas lalu menyerahkannya kepada Carl. "Aku akan di perpustakaan. Kalian segera laporkan kepadaku perkembangannya."     

Keduanya mengangguk bersamaan lalu minta diri, sementara Nicolae berjalan malas-malasan ke arah perpustakaan. Sepanjang jalan, gadis-gadis yang melihatnya lewat segera berbisik-bisik, ketawa cekikikan, atau malah ada yang terang-terangan menyapanya dengan genit.     

"Nicolae!! Apa kabar?"     

"Hallo, Nicolaeee..!!"     

Selama bertahun-tahun Nicolae sudah terbiasa dengan perlakuan penggemarnya seperti itu. Sebenarnya menurut pengalamannya, wanita dewasa cenderung lebih elegan dalam berusaha menarik perhatiannya. Tetapi sejak ia menyamar sebagai mahasiswa di sini, ia mengalami gadis-gadis muda yang masih baru lepas dari masa remaja mereka yang bersikap genit dan terang-terangan menggodanya. Apalagi kalau mereka sudah bergerombol dalam kelompok.     

Selama ini ia tidak mempedulikan perbuatan mereka dan menganggapnya sebagai kenakalan anak remaja, karena bagaimanapun ia jauuuuh lebih tua dari mereka. Tingkah mereka yang berlebihan itu biasanya tidak dipedulikannya. Tetapi entah kenapa hari ini ia merasa terganggu.     

Ia membandingkan gadis-gadis itu dengan Aleksis yang anggun dan tidak pernah menggoda lelaki. Kenapa sih gadis-gadis itu tidak belajar dari Aleksis? Mereka pasti akan lebih menarik kalau tidak ribut dan cekikikan begini, pikirnya.     

Ia hanya mengangkat tangan ke arah mereka dan melanjutkan perjalanan ke dalam perpustakaan.     

Hm... ia akan menyelidiki siapa Pangeran Siegfried itu sebenarnya. Ia memang tidak akan mengadukan Aleksis kepada ayahnya, tetapi ia harus berjaga-jaga jangan sampai kecolongan kalau nanti terjadi sesuatu kepada Aleksis, ia harus tahu apa yang sedang terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.