The Alchemists: Cinta Abadi

Menjebak Alaric (1)



Menjebak Alaric (1)

0Lauriel tertegun. Ia tahu ia seharusnya tidak tertipu wajah lembut dan tubuh mungil tawanannya yang sebenarnya merupakan seorang pembunuh sadis, karena ia dapat membunuh seenaknya hanya untuk membuktikan pendapatnya, seperti yang ia lakukan kemarin terhadap Neo. Tetapi Lauriel sama sekali tidak mengira Rosalind begitu keras hati dan nekat.     

Kini penggunaan veritaserum pun percuma, pikirnya, karena Rosalind sudah tidak bisa bicara. Walaupun mereka memaksa menyambung lidahnya dengan operasi dan pengobatan dari Lauriel, ia tidak akan pulih sepenuhnya dan akan memerlukan waktu lama.     

Gadis itu sekarang sudah tidak berguna. Ia harus memikirkan apa yang harus mereka lakukan kepadanya.     

Ia bangkit berdiri lalu menoleh ke arah Marion, "Mana tawanan satu lagi?"     

"Ada di ruangan sebelah." Marion berjalan keluar dan Lauriel mengikutinya.     

Rosalind hanya memandangi kepergian keduanya dengan perasaan terguncang. Ia berhasil menghentikan mereka. Sekarang ia harus memikirkan cara untuk kabur dari sini.     

***     

Endo tiba setelah jam makan siang dan Lauriel segera memberi instruksi apa yang harus dilakukan. Setelah apa yang terjadi pada Rosalind, kali ini Lauriel tidak mau kecolongan. Ia tidak perlu menggunakan veritaserum untuk mendapatkan keterangan dari Takeshi jika ia dapat menggunakan cara yang tepat.     

"Insiden tadi membuatku harus mengubah rencana," kata Lauriel dengan suara serius, "Yang jelas kita tahu bahwa Alaric Rhionen sedang menuju ke Singapura dan satu-satunya petunjuk kita sekarang adalah kedua anak buahnya ini. Rosalind sudah mendengar banyak dariku dan ia tidak boleh kita lepaskan. Tetapi Takeshi ... hmmm, kita bisa memanfaatkannya untuk membawa kita kepada Alaric."     

Endo mendengarkan baik-baik perintahnya. Ia dan Marion saling pandang dengan sorot mata tegang. Mereka tak menyangka bahkan saat rencana pertamanya gagal, Lauriel masih dapat dengan mudah membuat rencana cadangan.     

"Baiklah, kalau begitu semuanya kuserahkan kepada kalian," kata Marion sambil berlalu.     

"Sebentar," Lauriel memanggil Marion tiba-tiba. Gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik.     

"Ada apa?" tanyanya.     

"Aku membawakan ini untuk membantu penyamaranmu." Lauriel mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku jaketnya dan menyerahkannya kepada Marion. "Aleksis selalu memakainya."     

Marion membuka bungkusan itu dan menemukan sebuah kalung bertali kulit dengan liontin dari perak. Ia tidak ingat Aleksis pernah memakai kalung ini di berbagai foto dan video yang ia pelajari. Ahh, mungkin kalung ini adalah perhiasan yang baru ia peroleh.     

Apakah ...? Sesaat keningnya berkerut.     

Marion bisa menduga kalung itu ada hubungannya dengan Alaric. Ia menoleh kepada Endo dan menyerahkannya kepada pemuda itu. "Mungkin lebih baik kau yang pegang dulu."     

Endo segera mengerti maksud Marion dan mengangguk sambil menyimpan kalung itu baik-baik. Setelah Marion pergi dan Lauriel menyembunyikan diri, Endo masuk ke dalam ruangan tempat Takeshi ditahan untuk mengurusnya.     

Kedua tangan Takeshi diikat dengan rantai ke langit-langit, sementara kakinya dirantai ke lantai. Sikapnya tampak seacuh biasanya, walaupun jelas anak buah Max telah menyempatkan diri menghajarnya karena menjadi komplotan penembak yang menyerang bos mereka.     

Takeshi bersikap seolah-olah siksaan yang diterimanya tidak ada artinya. Bagi para anggota Rhionen Assassins, tubuh mereka boleh hancur, tetapi semangat jangan patah. Lagipula Takeshi terbiasa hidup menderita sewaktu kecil sebelum ia bertemu Alaric dan mengikutinya.     

Ketika melihat Endo masuk ke dalam ruangan ia hanya tersenyum sedikit dan kemudian membuang muka. Ia tidak sudi memberi orang-orang ini perhatiannya.     

Ia belum pernah tertangkap sebelumnya, tetapi itu bukan berarti ia tidak siap dengan risiko ini. Orang-orang sepertinya hidup dalam waktu pinjaman. Mereka bisa mati kapan saja.     

Itu bukan hal yang patut dibesar-besarkan.     

Endo berjalan mendekati Takeshi dan mencengkram dagunya untuk memaksa pemuda itu memandangnya. Takeshi sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa pun.     

"Aku tidak suka membuang waktu," kata Endo, "Kekasihmu melakukan kesalahan sangat bodoh dengan menyerang adikku, dan kini kalian harus membayarnya."     

Takeshi sama sekali tidak bereaksi. Ia malah memejamkan matanya dan bersikap seolah-olah Endo tidak ada di ruangan itu. Endo diam-diam mengagumi kekerasan hati kedua assassin ini, baik Rosalind dan kini Takeshi.     

Sepertinya akan sangat sulit menghancurkan moral mereka. Tetapi Endo adalah seorang petualang abadi yang sudah menjelajah bumi selama ratusan tahun dan ia juga dididik oleh Lauriel. Ia tahu apa yang harus dilakukan.     

"Setelah kami menyiksa kekasihmu, kami menemukan informasi sangat menarik yang ternyata jauh lebih berharga daripada nyawa kalian semua di Rhionen Assassins digabungkan," Endo melanjutkan kata-katanya dan ia puas melihat kening Takeshi berkedut tanpa sadar.     

Pemuda itu pasti sangat terkejut karena Endo menyebut Rhionen Assassin, organisasi pembunuh yang seharusnya hanya diketahui segelintir orang saja. Endo tersenyum melihat reaksi Takeshi lalu melanjutkan kata-katanya.     

"Kami punya orang yang diinginkan oleh bosmu, Alaric Rhionen."     

Takeshi membuka matanya mendengar Endo menyebutkan nama ayah angkatnya.     

Si ... siapa mereka ini? Sepertinya mereka tahu sangat banyak! pikirnya gusar. Apakah mereka juga menahan Aleksis??     

"Kami ini pebisnis, dan kami tahu Tuan Rhionen punya sangat banyak uang. Aku bisa melupakan perbuatan kekasihmu yang melukai adikku dan menganggap ia sudah menerima ganjarannya. Bahkan aku tidak keberatan untuk membebaskanmu supaya kau bisa memberi tahu Tuan Rhionen bahwa kami memiliki sesuatu yang ia inginkan."     

"Tuan Rhionen tidak menginginkan apa pun dalam hidup ini. Ia punya segalanya," dengus Takeshi. "Perbuatan kalian sia-sia."     

Endo tersenyum tipis. Ia lalu mengeluarkan kalung Aleksis yang tadi diterimanya dari Lauriel dan mengunjukkannya di depan wajah Takeshi. Ia senang melihat ekspresi terkejut tawanannya.     

Ternyata benar. Kalung ini ada hubungannya dengan Alaric Rhionen. Takeshi pasti pernah melihatnya.     

"Sekarang kau percaya kepadaku?" tanya Endo dengan nada sinis. Ia menepuk-nepuk pipi Takeshi dengan sikap menghina. "Kami sudah menyelidiki kalian dan kami tahu kalian yang membasmi kelompok mafia Sungai Hitam dua bulan lalu. Tadinya, demi teman-temanku di Sungai Hitam, aku berniat membalas dendam kepada kalian, tetapi dari kekasihmu kami mendapatkan banyak informasi yang lebih menguntungkan. Rhionen Assassin ternyata ada di belakang Grup Rhionen Industries yang selama ini memiliki reputasi bak dewa penyelamat di tingkat dunia. Padahal kami tahu siapa kalian sebenarnya ... hahahaha. Dan kami langsung menyadari bahwa kami bisa mengubah nasib buruk pembantaian kelompok Sungai Hitam sebagai berkah. Berkah bagi kami tentunya..."     

Takeshi semakin penasaran siapa laki-laki di depannya ini dan mengapa bisa tahu demikian banyak tentang mereka. Ia tidak percaya Rosalind berhasil dipaksa buka mulut. Tetapi kalau bukan dari gadis itu, bagaimana bisa orang-orang ini mengetahui semua ini?     

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Takeshi akhirnya.     

Ia menyerah, Ia tahu betapa pentingnya Aleksis bagi Alaric dan ia tak dapat membiarkan orang-orang ini menyakiti gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.