The Alchemists: Cinta Abadi

Lauriel yang hangat



Lauriel yang hangat

0Tadinya Nicolae mengira ia akan merasa canggung berhadapan dengan anak-anak Aleksis. Ia bahkan sudah memikirkan alasan untuk menghindari mereka... tetapi kini, saat kedua malaikat kecil itu ada di hadapannya, tanpa sadar dan dengan begitu alami ia telah memeluk mereka erat sekali.     

Rupanya Aleksis melahirkan anak kembar perempuan, pikirnya. Mereka cantik sekali. Sama sekali tidak mirip Aleksis.. yang berarti wajah mereka mirip ayahnya, tetapi Nicolae sendiri heran karena ternyata hal itu sama sekali tidak mengganggunya.     

Ia jatuh cinta kepada kedua anak itu saat pertama melihat mereka.     

"Paman sangat senang bisa berjumpa kalian. Siapa nama kalian?" sapa Nicolae kepada Altair dan Vega dengan suara yang lembut sekali. Wajahnya berbinar-binar menatap keduanya dengan penuh kagum.     

"Aku Altair, Paman. Paman suaranya bagus seperti bintang," puji Altair. Nicolae tertegun mendengarnya. Ia tidak mengerti.     

"Aku Vega." Vega tersenyum maniiiiis sekali.     

Senyumannya mampu melelehkan hati diktator yang paling keras sekalipun, apalagi hati Nicolae yang lembut. Pemuda itu tersenyum lebar sekali hingga wajahnya sakit. Ia sungguh bahagia dikelilingi dua bocah ini.     

Aleksis segera ikut membungkuk dan berbisik ke telinga Nicolae, "Ayahmu memanggilmu, ia akan menutup acara ini. Kau harus mendatanginya."     

Nicolae menghela napas dan kemudian mengangguk. Ia bergegas berdiri dan tanpa sadar masih menggendong kedua bocah itu masing-masing di tangan kanan dan kirinya.     

"Eh...?" Ketiganya saling pandang keheranan.     

"Paman kuat sekali," puji Vega. Ia malah memeluk bahu Nicolae agar posisi tubuhnya menjadi seimbang. Altair mengikuti saudaranya. Kedua bocah itu lalu dengan nyaman bergelendotan pada Nicolae dan dengan semangat memerintahkannya untuk berjalan membawa mereka kepada Kakek Rory.     

"Baiklah, kalian tunjukkan jalannya," kata Nicolae dengan patuh.     

Lauriel yang melihat kedatangan anaknya dengan dua monyet kecil di kedua tangannya tampak menghela napas panjang. Ia tak tahu lagi bagaimana membuat Nicolae melupakan Aleksis kalau sekarang ia justru berakrab-akrab dengan kedua anak gadis itu.     

Aleksis masih tertegun melihat kepergian ketiga orang itu ketika tiba-tiba Kit yang kesal melihat Nicolae pergi begitu saja sudah berjalan ke sampingnya dan berkacak pinggang.     

"Eh, kau masih diam saja di sini? Tidak dengar aku meminta minuman dari tadi? Aku ini tamu, lho... Jangan sampai kau memberi kesan jelek pada tuan rumah," cetusnya dengan nada tinggi. Terry yang kaget melihat adiknya diperlakukan seperti pelayan hendak mengatakan sesuatu, tetapi Aleksis telah mengangkat tangannya dan memberi tanda agar Terry tidak usah ikut campur.     

"Sebentar ya, aku akan memanggil pelayan untuk membawakan minuman ke sini. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya." Aleksis tetap menjawab dengan ramah. Ia lalu mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar beberapa pelayan datang dengan baki minuman.     

Ia tahu tidak ada gunanya bertengkar dengan seorang tamu yang tidak penting seperti gadis ini. Aleksis sudah menganggap dirinya sebagai bagian dari tuan rumah, karena ia membantu Lauriel menyiapkan pesta ini, tentu ia harus bersikap ramah kepada semua tamu.     

Kit tampak tidak puas dengan jawaban Aleksis. Ia masih berkacak pinggang hingga pelayan datang membawakan nampan minuman dan melayani ia dan tamu-tamu lainnya. Ketika Kit mengambil segelas red wine dari nampan, ia berjalan mendekati Aleksis dan seolah-olah dengan tanpa sengaja tersandung lalu menumpahkan wine-nya ke pakaian gadis itu.     

"Heiiii!! Apa yang kau lakukan?" seru Aleksis kaget. Ia menduga gadis menyebalkan itu sengaja menyiramnya dengan red wine, tetapi ia tak dapat membuktikannya. Aleksis sangat kesal karena pakaiannya kini menjadi kotor dan tubuhnya lengket.     

"Kenapa kau masih diam saja di situ? Ayo cepat bersihkan tumpahan wine-nya!" omel Kit dengan kasar. "Kalau kau bekerja untukku pasti kau sudah kupecat sejak tadi."     

Gadis-gadis lain tampak kasihan melihat Aleksis tetapi mereka tidak mau membelanya karena mengira ia hanya seorang staf di rumah keluarga Medici. Terry melotot ke arah Kit dan segera memberikan sapu tangannya agar Aleksis mengelap tangannya yang terkena wine agar tidak lengket.     

"Kau bawa pakaian ganti?" tanyanya dengan penuh perhatian.     

Aleksis menggeleng.     

"Mungkin aku sekalian saja memakai baju pelayan ya..." Ia menatap tajam ke arah Kit yang masih memelototinya. "Karena ada yang mengira aku pelayan di sini."     

Mendengar kata-kata Aleksis yang diucapkan dengan sinis, Kit menjadi tertegun. Ia baru menyadari kemungkinan gadis di depannya ini bukan pelayan di keluarga Medici.     

"Salahkan ayahmu yang masih tidak mau mengumumkanmu," keluh Terry sambil melayangkan pandang ke arah Caspar Schneider yang berdiri di meja utama berbincang-bincang dengan para kepala keluarga undangan pesta sambil menikmati koktail. "Kesinikan sapu tanganku, biar aku bantu membersihkan bajumu."     

Terry lalu mengambil sapu tangannya dari tangan Aleksis dan membantu membersihkan pakaian adiknya. Tamu-tamu yang ada di sekitar mereka menjadi terkesima menyaksikan betapa telatennya Terry membersihkan pakaian gadis yang tadi mereka kira sebagai pelayan itu.     

Mereka hanya bisa menduga-duga apa hubungan di antara keduanya.     

"Perhatian semuanya," Tiba-tiba terdengar suara Lauriel dari panggung kecil yang dibangun di tengah taman untuk acara pesta ini. Semua orang segera mengarahkan perhatian mereka kepadanya. Aleksis mengambil kesempatan itu untuk menyingkir dan mencoba mencari pakaian pengganti untuk dirinya.     

Kit dan para tamu muda lainnya sudah tidak mempedulikan Aleksis dan ikut beranjak ke bagian depan panggung untuk menyimak perkataan Lauriel. Pria itu adalah seorang legenda hidup dan ia terkenal tidak menyukai keramaian apalagi sampai mengadakan pesta.     

Sangat sedikit orang yang pernah melihatnya sehingga kesempatan untuk melihat langsung pria yang mengesankan itu tidak disia-siakan oleh para tamunya.     

Beberapa gadis kembali saling berbisik mengagumi sang tuan rumah.     

"Sebenarnya Lauriel juga sangat tampan. Aku dengar ia pun masih sendiri. Aku tidak keberatan kalau menjadi istrinya," terdengar kasak-kusuk di antara mereka.     

"Ssst... dengarkan Lauriel mau bicara."     

Mereka kembali memperhatikan Lauriel yang tampak serius. Wajahnya memang terlihat sama mudanya seperti semua orang yang ada di pestanya, tetapi mereka bisa melihat kewibawaan dan aura memerintah yang ada pada dirinya sangat besar, berbeda dengan orang-orang lain.     

Inilah Alchemist tertua yang ada di dunia saat ini. Ia telah hidup jauh lebih lama dari semua orang yang ada di dunia. Sikap dan kata-katanya mengundang rasa hormat siapa pun yang mendengarkan.     

"Terima kasih karena kalian telah hadir ke acara pesta ulang tahun anakku yang ke-100. Aku sangat ingin memperkenalkan pewarisku kepada kalian semua. Sebagian dari kalian telah bertemu dengannya, dan sebagian lagi baru pertama kali melihatnya. Inilah satu-satunya putraku, aku sangat menyayanginya, dan ia sekarang resmi menjadi pewaris nama keluarga Medici. Nicolae Medici."     

Nicolae tampil ke samping ayahnya, dan herannya masih dengan dua monyet kecil yang tampak nyaman dalam gendongannya, masing-masing di kiri dan kanan. Sambil tersenyum ia membungkukkan kepalanya sedikit ke arah para tamu. "Terima kasih, Ayah. Selamat sore semuanya. Namaku Nicolae."     

"Anakku ini masih belum mempunyai kekasih," kata Lauriel dengan nada bercanda. Semua tamu tertawa, sementara Nicolae tampak sewot.     

Caspar dan Finland saling bertukar pandang. Demikian juga para anggota Wolf Pack yang hadir, ada Petra, Peach, Esso dan Endo. Neo tidak bisa datang karena istrinya, Billie Yves, sedang hamil anak kedua mereka dan tidak dapat bepergian.     

Lauriel bukan orang yang biasa bercanda seperti ini, sehingga sikapnya cukup mengejutkan orang-orang yang mengenalnya dekat. Selama beberapa tahun terakhir ini ia terlihat mulai berubah menjadi orang yang lebih hangat. Banyak yang mengira ini akibat kehadiran dua bocah kecil dalam hidupnya yang membuat hatinya yang keras menjadi lunak dan pelan-pelan terbuka pada orang lain.     

Bila dulu seorang Aleksis kecil mampu membuat Lauriel kembali memiliki semangat hidup, maka Altair dan Vega membuatnya kembali menjadi pribadi yang hangat dan menyenangkan, seperti sebelum kematian Luna, kekasihnya.     

"Aku sangat bahagia melihat Lauriel yang seperti ini," komentar Petra. Teman-temannya mengangguk haru. Mereka seperti melihat Lauriel di masa lalu yang acuh namun penuh semangat hidup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.