The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae bodoh



Nicolae bodoh

0Para penumpang di pesawat yang ditumpangi Terry dan Nicolae tidak pernah tahu bahwa mereka transit satu jam di Roma hanya untuk mengantarkan kedua pemuda itu ke Italia, sebelum kembali meneruskan perjalanan ke Paris.     

Para pramugari yang melayani keduanya di perjalanan tak henti-hentinya menggosipkan kedua pemuda misterius itu. Mereka tidak tahu dengan pasti siapa dua penumpang istimewa di first class yang membuat mereka transit di Roma, tetapi yang pasti mereka bukan orang sembarangan.     

Ketampanan keduanya juga membuat para pramugari berkali-kali mencari alasan untuk lewat di lorong mereka. Setelah kedua penumpang misterius itu turun, suasana di pesawat menjadi sangat membosankan bagi mereka.     

Terry dan dan Nicolae buru-buru membeli pakaian baru di toko fashion di bandara dan setengah jam kemudian keduanya sudah tampil sebagaimana layaknya dua orang tuan muda dari kalangan atas.     

Terry yang menyukai penampilan yang necis dan rapi, mengenakan setelan dengan jas dan sepatu kulit; sementara Nicolae masih suka tampil kasual dengan kemeja dan jeans serta sepatu boot dan mengikat rambutnya dengan pita biru asal-asalan.     

Untuk memburu waktu keduanya segera memesan helikopter pribadi dan terbang ke Kastil Medici agar bisa sampai sebelum pesta usai.     

Di Kastil Medici yang megah dan tengah dipenuhi tamu-tamu pesta yang tampak muda dan rupawan, Lauriel sedang kalang kabut karena sudah hampir jam 9 malam dan anaknya belum juga kelihatan. Ia mencoba menelepon Nicolae tetapi tidak diangkat.     

"Pesta sudah mau selesai... Apa dia benar-benar tidak akan datang?" keluh Lauriel kepada Aleksis. Rencananya ia akan mengakhiri pesta pukul 10 malam, saat matahari terbenam. Di musim panas memang matahari baru terbenam di saat malam seharusnya sudah larut.     

Suasana pesta taman yang diadakan Lauriel sedang meriah-meriahnya dengan pertunjukan musik dan banyak anak muda yang berdansa dengan gembira. Matahari yang sudah mulai menyemburat jingga di kaki langit juga tampak indah sekali. Ini merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan Nicolae sebagai pewaris keluarga Medici, tetapi alas... si empunya pesta belum kelihatan batang hidungnya.     

"Terry tadi bilang mereka ketinggalan pesawat karena badai pasir. Tetapi seharusnya mereka sudah sampai Roma. Mungkin sebentar lagi mereka akan sampai di sini. Paman sabar, dong..." bujuk Aleksis. Ia tersenyum geli melihat Lauriel sama sekali tidak seperti Lauriel yang biasanya pendiam dan acuh. Rupanya ia sangat merindukan anaknya.     

"Mama, Kakek sedang menunggu siapa?" tanya Altair yang mengenakan kemeja putih dan celana pendek berwarna merah muda, orang yang tidak mengenalnya akan mengira bocah berumur lima tahun itu sebagai anak perempuan. "Suara kakek kedengaran seperti buah berry asam."     

Lauriel menoleh dan mengelus-elus kepala bocah itu, "Begitu ya? Kalau kakek cemas, suara kakek rasanya berubah? Kemarin kau bilang kedengarannya seperti buah berry manis."     

Altair mengangguk. Sejak tahun lalu, keluarganya akhirnya menyadari anak ini memiliki synesthesia, alias otaknya memproses bunyi dengan beberapa indra selain pendengarannya. Ia dapat melihat visual atau merasakan bentuk suara yang didengarnya. Maka mereka sudah tidak heran saat melihat bocah itu berkomentar aneh-aneh tentang suara yang didengarnya.     

Saudara perempuannya tidak memiliki kondisi tersebut, tetapi ia sangat menyukai tanaman. Vega senang sekali bernyanyi kepada tanaman-tanaman di rumah mereka, dan entah kenapa keluarganya merasa tanaman yang sering dinyanyikan olehnya tumbuh menjadi lebih sehat dan indah.     

Setiap melihat Vega 'berkebun', Aleksis selalu teringat kepada Alaric yang menyukai tanaman dan memiliki taman bonsai yang indah.     

Aleksis sangat menyayangi kedua anaknya dan baginya mereka adalah anugerah terbaik dalam hidupnya. Ia masih belum dapat bercerita kepada anak-anaknya tentang ayah mereka, karena mengenang Alaric masih membuat hatinya sedih, tetapi Aleksis berjanji kepada mereka bahwa suatu hari nanti mereka akan mendengar tentang ayahnya.     

"Tuan, ada helikopter yang mau mendarat," kata seorang staf kepada Lauriel yang tengah sibuk dengan Altair dan mengupaskan buah untuk bocah itu.     

"Oh... mungkin itu mereka," komentar Aleksis. Ia, Lauriel, dan para tamu segera mengarahkan pandangan mereka ke arah helikopter berwarna hitam yang berputar-putar di angkasa menutupi matahari dan dengan perlahan mendarat di halaman depan kastil, beberapa ratus meter dari pesta.     

Puluhan pasang mata tampak memperhatikan satu persatu penumpang helikopter turun dengan anggun. Para gadis yang menjadi undangan pesta tampak satu persatu mulai tersenyum dan saling berbicara dengan satu sama lain mengagumi dua pemuda yang turun dari helikopter dan berjalan ke arah mereka.     

Terry dan Nicolae memang terlihat tampan sekali dengan pesonanya masing-masing. Terry memiliki wajah yang unik karena ia memiliki darah Asia dan tubuhnya yang tinggi dan penampilannya yang modis rapi membuatnya terlihat seperti bintang film terkenal, persis seperti ayahnya dulu. Nicolae sendiri walaupun hanya mengenakan pakaian kasual dan agak asal-asalan tetap terlihat sangat tampan dan memberi kesan misterius seperti ayahnya.     

Wajahnya yang sangat mirip dengan Lauriel membuat para tamu dapat dengan mudah menebak inilah sang pangeran dari keluarga Medici yang mereka tunggu-tunggu. Begitu Nicolae sampai di dekat ayahnya, Lauriel segera menghampiri Nicolae dan menepis kepala anaknya itu dengan tidak sabar.     

"Dari mana saja kau? Hampir saja ayah menutup pesta ini dengan meminta maaf kepada para tamu karena kau tidak datang," kecam Lauriel. Tetapi sesaat kemudian ia telah memeluk anaknya dengan erat sekali.     

"Ah.. ayah... aku sesak napas. Kau tidak mau aku mati sebelum pesta ini selesai, kan?" kata Nicolae sambil bercanda. Ia tahu ayahnya sangat merindukannya.     

Setelah Lauriel puas memeluk anaknya, Nicolae memandang berkeliling untuk melihat seperti apa pesta yang dibuat ayahnya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-100 itu. Tanpa sadar pandangannya berhenti dan terpaku ketika ia melihat Aleksis yang berdiri di belakang ayahnya sambil tersenyum manis.     

Oh Tuhan... kenapa Aleksis justru bertambah cantik? keluh Nicolae pada dirinya sendiri. Ia terus mengutuki dirinya yang tanpa sadar telah maju menghampiri gadis itu dan kemudian memeluknya dengan hangat.     

Nicolae goblok.     

Kau seharusnya menjauhi Aleksis.     

"Heii... kau tambah cantik," sapa Nicolae kepada Aleksis setelah mencium kedua pipinya.     

Oke, tidak apa-apa, nasi sudah menjadi bubur, sekarang kau juga harus memeluk dan menyapa gadis-gadis lain, perintah Nicolae kepada dirinya sendiri.     

"Ah... ahahaha, kau selalu bisa membuat orang tersenyum," balas Aleksis. "Bagaimana petualanganmu keliling dunia?"     

Kau harus menjawab bahwa kau sangat bahagia dalam petualanganmu keliling dunia, dan begitu pesta ini selesai kau akan kembali bertualang, Nicolae terus memberi instruksi-instruksi kepada dirinya sendiri, tetapi sayangnya dirinya terlalu keras kepala... atau terlalu bodoh.. atau terlalu lemah oleh cinta.     

"Aku senang melihatmu tersenyum," jawab Nicolae.     

Nicolae bodoh, makinya pada diri sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.