The Alchemists: Cinta Abadi

Pesta Ulang Tahun



Pesta Ulang Tahun

0Suasana di Kastil Medici sore itu tampak meriah sekali. Belasan pelayan berjalan mondar-mandir membawakan minuman untuk tamu-tamu pesta yang sedang menikmati meriahnya suasana.     

Tentu saja ini merupakan peristiwa yang bisa dibilang bersejarah karena Tuan pemilik kastil yang terkenal sangat tertutup dan tidak menyukai keramaian hari ini justru mengadakan pesta yang meriah dengan mengundang orang-orang dekatnya.     

Caspar dan Finland yang baru datang dengan London dan Rune segera menghampiri tuan rumah dan bercakap-cakap saling menanyakan kabar. Mereka sudah beberapa bulan tidak bertemu.     

"Kau sungguh berubah," kata Caspar sambil memeluk Lauriel menyentuhkan kening mereka. "Tidak akan ada yang mengira suatu hari akan ada pesta lagi di Kastil Medici."     

"Yah... tempat ini sudah terlalu lama menjadi sepi," jawab Lauriel sambil tersenyum. "Tetapi ini momen istimewa, anakku akan berulang tahun yang ke-100. Tidak setiap hari kau merayakan satu abad kelahiranmu, kan?"     

Caspar mengangguk. Ia melihat sekeliling, "Jadi Nicolae akhirnya akan pulang? Sudah berapa lama ia pergi?"     

Lauriel mendesah, "Sudah lima tahun lebih... Kurasa dia memang perlu waktu untuk menemukan dirinya."     

Caspar tahu maksud Lauriel. Nicolae patah hati karena gadis yang ia cintai ternyata sudah menikah dan punya anak dari laki-laki lain. Setelah memastikan Aleksis pulang ke rumah keluarganya dan baik-baik saja, akhirnya Nicolae menghilang dan tidak kembali selama bertahun-tahun.     

Ia masih setia memberi kabar kepada ayahnya, tetapi hingga kini ia tidak mau pulang dan memilih bertualang sendirian berkeliling dunia. Lauriel hanya dapat menunggu. Tahun ini, adalah tahun di mana Nicolae akan berumur tepat 100 tahun dan Lauriel menganggap ini dapat menjadi alasan yang tepat baginya untuk membujuk Nicolae agar pulang, karena ayahnya mengadakan pesta ulang tahun yang meriah untuknya.     

Dan akhirnya Nicolae mengalah. Ia tahu Lauriel tidak menyukai keramaian, sehingga jika ayahnya sampai mengadakan pesta demi dirinya, ia harus menghormati niat baik ayahnya dan pulang ke rumah. Ia sadar tentu Lauriel sudah sangat merindukannya.     

Lauriel sengaja mengundang semua keluarga Alchemist lainnya yang ia ketahui memiliki anak gadis yang cantik dan masih single. Ia tidak mengira akan tiba masanya ia berlaku sebagai ayah yang melakukan cara kotor seperti ini untuk membuat anaknya mendapatkan pasangan.     

Lauriel teringat peristiwa 200-an tahun yang lalu saat ia bertemu Putri Luna pertama kalinya. Orang tua gadis itu sengaja mengadakan pesta yang sangat meriah dan mengundang semua pemuda alchemist yang masih single untuk datang, dengan harapan Luna akan tertarik kepada salah satunya.     

Luna memang tertarik kepada salah seorang tamu pesta waktu itu, Lauriel yang datang bersama keempat anak buahnya. Ia bahkan nekat kabur dari rumah dengan menyamar sebagai lelaki untuk mengikuti kru Lauriel kemana-mana.     

Yah... tidak ada salahnya kan? Siapa tahu ada di antara gadis-gadis ini yang bisa menarik hati Nicolae, pikir Lauriel. Ia berharap patah hati yang dialami anaknya sudah berangsur pulih dan ia pulang dengan hati yang baru dan bisa membuka diri untuk gadis lain.     

"Paman Rory, kapan Nicolae akan tiba?"     

Tiba-tiba lamunan Lauriel tergugah saat mendengar suara merdu Aleksis menyapanya. Gadis itu sedari tadi telah membantu mengatur dekorasi pesta dan para pelayan agar semua berjalan dengan sempurna. Aleksis kini berusia hampir 26 tahun dan luar biasa cantik. Duh, semoga saat Nicolae kembali dan melihat Aleksis, hatinya tidak kembali berdarah, pikir Lauriel gundah.     

Aleksis memang gadis yang sempurna. Ia sangat cantik, sangat cerdas dan kehadirannya selalu membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Orang luar akan mengira gadis itu masih berumur 20 tahun dan tidak akan menduga ia telah memiliki dua orang anak yang sangat menggemaskan. Kedua anak itu mirip sekali satu sama lain dan kalau mereka sedang iseng mengenakan pakaian yang serupa, orang-orang akan mengira mata mereka mengalami gangguan dan melihat ganda.     

Seperti biasa Altair dan Vega akan selalu mengekor ibunya kemana-mana. Di mana ada Aleksis, di situ ada Altair dan Vega. Kali ini mereka tidak memakai baju yang sama sehingga Lauriel bisa membedakan yang mana Altair dan yang mana Vega.     

Walaupun berjenis kelamin lelaki, rambut Altair tumbuh hingga ke bahunya dan terlihat sangat indah dengan warna platinum blonde. Ia senang memakai pakaian berwarna terang dan sepintas lalu orang akan mengira ia adalah anak perempuan, seperti saudara kembarnya Vega.     

Kedua anak itu sama sekali tidak mirip Aleksis. Keduanya memiliki kulit pucat dan wajah cantik dengan garis-garis halus yang memberi kesan lembut, dihiasi sepasang mata bulat besar berwarna biru gelap dan rambut pirang platinum yang panjang.     

"Paman?" tanya Aleksis sekali lagi.     

Lauriel sadar ia belum menjawab pertanyaan Aleksis pertama kalinya. Ia hanya menggeleng, "Tidak tahu. Semoga saja dia pulang sebelum pesta ini selesai. Kalau tidak, sia-sia saja pesta ini dibuat."     

"Hahahaha..." Aleksis tertawa mendengar jawaban Lauriel. "Semoga saja ya..."     

Aleksis lalu berdiri di samping Lauriel dan mengamati sekelilingnya. "Apakah ini tandanya Paman akan mengumumkan Nicolae sebagai anakmu? Aku melihat banyak sekali gadis cantik yang datang ke pesta ini."     

Lauriel menoleh dan tersenyum mendengar kata-kata Aleksis yang terlihat sangat mengerti maksud Lauriel mengundang gadis-gadis itu.     

"Benar sekali. Kurasa sudah waktunya." Ia mengunjukkan dagunya ke arah Caspar yang sedang mengambilkan minuman untuk istrinya dan bertanya, "Kapan ayahmu akan mengumumkan kalian? Dia tidak bisa terus-terusan menyembunyikan anak-anaknya dari dunia luar kan?"     

Aleksis hanya mengangkat bahu, "Entahlah... Ayah masih saja over protektif, padahal kami semua sudah dewasa. London sekarang sudah 23 tahun dan akan segera membantunya di perusahaan, Rune juga sudah 21 tahun dan berhasil menciptakan mesin pertamanya. Aku tidak tahu apa yang lagi ayah kuatirkan."     

"Itu karena dia menyayangi kalian," kata Lauriel sambil tersenyum. "Mungkin dia juga akan memperkenalkan kalian ke klan Alchemist kalau kalian berumur 100 tahun seperti Nicolae."     

Aleksis hampir menyemburkan minumannya mendengar kata-kata Lauriel. "Astaga... 100 tahun? Lama sekali."     

"Ya, tidak bisa menyalahkan ayahmu yang over protektif, kau tahu sendiri apa yang terjadi padamu selama ini?" kata Lauriel dengan lembut. Aleksis hanya bisa menghela napas.     

Ia sadar, ia selalu membuat ayahnya cemas. Sejak kecil Aleksis sudah beberapa kali hampir mengalami kematian. Sewaktu ia berumur dua tahun ia hampir mati diracun Alexei, musuh ayahnya, dan ketika ia berumur 12 tahun ia hampir diculik oleh pedagang manusia, dan ketika ia berumur 20 tahun ia sempat mengalami koma akibat kecelakaan setelah hampir dibunuh oleh Rosemary, teman satu kampusnya yang ingin balas dendam karena keluarganya dibasmi oleh Rhionen Assassins.     

Tidak heran Caspar semakin ketat mengawasi Aleksis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.