The Alchemists: Cinta Abadi

Aleksis pulang



Aleksis pulang

0Begitu Nicolae memberi tahu Lauriel, Caspar dan Finland bahwa Aleksis sudah bersedia bertemu mereka, ketiganya tidak membuang waktu segera menuju ke rumah pemuda itu untuk menemui Aleksis.     

"Aleksis!!!" Begitu pintu dibuka, Finland segera menghambur memeluk anaknya yang sudah dua bulan kabur dari rumah. "Mama sangat merindukanmu..."     

Ia sudah melihat perut Aleksis yang membesar, tetapi dalam sekejap Finland berhasil menata hatinya dan sama sekali tidak menyinggung hal itu. Ia memeluk Aleksis dengan penuh kasih sayang dan mengusap-usap kepala anaknya.     

"Mama..." Aleksis hanya bisa menangis tanpa air mata di bahu ibunya. Air matanya telah kering karena ia menangis terus selama dua bulan terakhir ini.     

Caspar dan Lauriel yang masuk menyusul Finland hanya bisa berdiri termangu. Mereka sudah menyadari kondisi Aleksis yang kini tengah hamil dan untuk sesaat mereka tak tahu apa yang harus dilakukan.     

Nicolae hanya menggeleng pelan, memberi tanda agar kedua pria itu tidak mengatakan apa pun yang akan membuat Aleksis sedih. Lauriel menatap anaknya dalam-dalam dan menghela napas.     

Ia tahu betapa Nicolae sangat menyukai Aleksis, bahkan, jika melihat betapa ia melindungi gadis itu sampai sekarang dan menjadi perisai bagi Aleksis setiap saat, Lauriel menyadari bahwa mungkin Nicolae sebenarnya telah jatuh cinta kepada gadis itu.     

Sungguh sangat disayangkan Aleksis telah menikah dengan orang lain dan bahkan kini sedang mengandung anaknya...     

Akhirnya mereka membiarkan Aleksis dan Finland bertangisan sampai puas, barulah Caspar dan Lauriel memperoleh giliran mereka.     

Ketika Lauriel memeluk gadis itu, Aleksis semula tampak agak ragu untuk membalas pelukannya... Ada kemarahan yang masih berkobar di dadanya..     

Tetapi saat ia menatap sepasang mata Lauriel yang dipenuhi kedukaan, rasa marah di hati Aleksis segera tersapu angin yang sangat dingin dan ia pun akhirnya balas memeluk Lauriel dengan haru. Ya... bisa dibilang semua ini adalah kesalahannya sendiri.... Ia tidak seharusnya membebankan semua kesalahan kepada Lauriel. Lauriel adalah ayah angkatnya yang rela melakukan apa pun demi kebahagiaan Aleksis...     

18 tahun lalu waktu Aleksis diracun orang jahat, bahkan Lauriel rela mati untuk menetralkan racunnya.     

Selama 20 tahun hidupnya, Aleksis telah mendapatkan kasih sayang Lauriel yang berlimpah dan ia selalu dimanjakan. Tentu kesedihan Aleksis kini adalah kesedihannya juga... sehingga kini Lauriel menjadi sangat berduka     

Aleksis tak sanggup menatap sepasang mata biru hijau yang diselimuti kesedihan itu...     

Tiba-tiba dalam hatinya Aleksis menjadi takut kalau Lauriel kembali kehilangan semangat hidup dan memutuskan mengambil kematian.     

Ia memeluk Lauriel semakin erat.     

"Maafkan aku yang sudah pergi, Paman... Aku hanya perlu waktu menenangkan diri..." Aleksis mencium pipi Lauriel dan menghapus air mata yang mulai membasahi mata Lauriel. Ia sadar betapa Lauriel juga sangat terpukul akibat peristiwa yang terjadi. "Aku mohon, maafkan aku..."     

Lauriel hanya mengangguk, tidak mampu berkata-kata. Mereka kemudian diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.     

Nicolae yang penuh pengertian membuatkan minuman panas untuk semuanya dan mereka duduk bersama sambil menikmati teh dan pelan-pelan mulai bercakap-cakap untuk mencairkan suasana.     

"Kabar baru datang dari Rhionen Industries...."     

Kelimanya terkejut mendengar suara dari TV yang menyala tiba-tiba.     

Nicolae telah mengatur notifikasi agar TV menyala otomatis saat memuat berita tentang beberapa topik yang sedang menjadi bahan penelitiannya dan ia lupa mematikannya. Selama beberapa tahun terakhir ia memang menyelidiki Rhionen Industries dan telah mengatur semua TV dan komputernya untuk mengumpulkan berita tentang mereka.     

Ia bahkan sampai pindah ke Singapura dan berpura-pura menjadi mahasiswa agar bisa mendekati kantor Rhionen Industries yang baru. Selama dua bulan terakhir, saat ia pulang ke Bucharest tidak ada berita tentang mereka sehingga Nicolae melupakan pengaturan otomatisnya tersebut.     

Kini tiba-tiba saja, di saat yang demikian tidak tepat, TV-nya menyala dan menyampaikan berita tentang Rhionen Industries, di depan ayahnya dan Aleksis.     

Nicolae buru-buru mencari remote untuk mematikan TV, tetapi Aleksis telah menahan tangannya. Mata gadis itu terpaku pada layar TV di dinding dan airmatanya mengalir kembali saat ia melihat wajah-wajah yang familiar di sana.     

"Rhionen Industries akhirnya mengumumkan bahwa keempat anak Tuan Alaric Rhionen akan mulai menggantikan beliau dan mengambil alih perusahaan setelah terjadinya kecelakaan tunggal yang mengakibatkan kematian beliau dua bulan yang lalu. Masing-masing pewaris salah satu grup perusahaan terbesar di Eropa ini akan memimpin divisi yang berbeda dan mereka akan berdiam di empat cabang perusahaan, yaitu di Rumania, di China, Singapura, dan di Inggris. Mischa Rhionen, Takeshi Rhionen, Kai Rhionen, dan Rosalien Rhionen adalah empat anak Tuan Rhionen yang selama ini hidup low profile dan baru menampakkan diri ke publik minggu ini. Publik sangat tertarik dengan keluarga ini karena keluarga Rhionen dari dulu terkenal sebagai keluarga yang sangat menyukai privasi dan tidak pernah tampil ke muka umum. Banyak orang sebenarnya dikejutkan dengan kabar ini, karena mereka tidak pernah mengetahui siapa saja anggota keluarga pemilik Rhionen Industries, hingga kematian sang ayah."     

Lauriel tertegun melihat empat wajah yang dikenalnya. Ternyata keempat assassins itu adalah anak Alaric Rhionen sendiri dan kini mereka mengambil alih perusahaannya.     

"Aku tidak tahu Alaric Rhionen punya anak," kata Caspar, tanpa sadar. Ia sudah lama mendengar sepak terjang Rhionen Industries tetapi bahkan ia tidak tahu banyak tentang pria pemiliknya, hingga akhirnya mereka berseteru karena masalah Aleksis.     

"Mereka anak-anak angkatnya," jawab Aleksis tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. "Ia sangat menyayangi mereka. Aku mengenal Mischa dan Takeshi, tetapi yang dua lagi aku belum pernah bertemu."     

"Oh... anak angkat," Caspar mengangguk-angguk, "Pantas saja mereka tidak mirip."     

Caspar hendak mengatakan tadinya ia mengira Alaric Rhionen juga seorang playboy karena anak-anaknya berbeda kebangsaan, ia mengira pria itu memiliki banyak istri yang berbeda kenegaraan sehingga anak-anaknya berbeda ras. Penjelasan Aleksis membuatnya sedikit lega.     

"Iya, dia itu orang baik, dia memelihara anak-anak itu sejak mereka masih kecil dan ia merawat mereka seperti anaknya sendiri..." kata Aleksis sambil mengigit bibirnya. Ia sangat sedih karena justru Alaric takkan dapat melihat dan merawat anak-anak kandungnya sendiri. Pikiran itu membuat dadanya terasa sangat sesak. "Aku sedang mengandung anak-anak Alaric yang sebenarnya."     

Finland kembali memeluk anaknya dan mengusap air mata Aleksis yang hampir jatuh, "Tidak apa-apa, Sayang. Ada mama di sini... kita akan mengurus dan membesarkan anakmu bersama-sama..."     

"Anak-anak?" tanya Caspar keheranan. Ia menatap Nicolae dengan pandangan terkejut.     

"Uhm... Aleksis mengandung anak kembar," kata Nicolae pelan.     

"Oh..." Caspar dan Lauriel saling bertukar pandangan. Wajah mereka tampak bahagia sekali. Ini berita mengejutkan, tetapi mereka sangat senang saat mengetahui Aleksis mengandung. Ini artinya mereka akan segera menjadi kakek!     

"Di keluargaku tidak ada riwayat kembar," bisik Caspar. "Di keluarga Finland juga tidak ada..."     

"Kau tahu kedua adikku yang sudah meninggal itu kembar," balas Lauriel, "Tapi aku kan hanya ayah angkat Aleksis, tidak ada hubungan darah sama sekali."     

Mereka hanya bisa menatap ke TV dan segera menduga kemungkinan Aleksis mengandung bayi kembarnya karena suaminya memiliki gen kembar dalam keluarganya.     

Caspar dan Lauriel hanya bisa menarik napas.     

Saat semua orang tidak memperhatikan, Nicolae diam-diam mematikan TV dan segera membatalkan semua notifikasinya.     

Hal ini tidak boleh terulang lagi, pikirnya.     

"Baiklah... kalau begitu.. kita pulang sekarang ya, Sayang. Biarkan Mama membantu mengurusimu agar semuanya sehat dan kehamilanmu berjalan lancar. Mama ingin cucu-cucu mama terlahir sehat," bujuk Finland.     

Ia tak pernah membayangkan akan menjadi seorang nenek di usianya yang belum 45 tahun. Melihat kondisi Aleksis seperti ini hatinya merasa sangat terpukul. Tetapi demi anaknya, ia berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya dan tetap bersikap tenang. Aleksis sudah cukup tertekan karena kehilangan Alaric, pikirnya.     

Akhirnya Aleksis mengangguk pelan. Finland segera memeluknya dan tidak membuang waktu segera membantu anaknya bangun dan bersiap untuk pulang.     

"Terima kasih atas segalanya, Nic..." Aleksis memeluk Nicolae sebelum ia mengikuti ibunya keluar dari apartemen Nicolae. "Maaf, aku selalu merepotkanmu."     

"Kau TIDAK PERNAH merepotkanku," balas Nicolae, "Aku akan datang menjenguk beberapa hari lagi. Kau baik-baik saja di rumah ya..."     

"Tenang saja dia akan baik-baik saja, aku kan dokter. Aku akan memastikan Aleksis tetap sehat," kata Caspar cepat. Ia menepuk bahu Nicolae dan mengikuti istri dan anaknya keluar sambil memerintahkan stafnya membawakan barang-barang Aleksis.     

Lauriel yang keluar terakhir memeluk Nicolae dan kemudian menatapnya lama sekali, sebelum akhirnya ia juga pergi. Ia merindukan anaknya, tetapi saat ini baginya lebih penting untuk mendampingi Aleksis karena kondisi gadis itu yang masih sangat rapuh.     

Nicolae mengerti arti tatapan ayahnya. Ia tahu Lauriel bersimpati kepadanya yang harus menerima kenyataan bahwa gadis yang dicintainya sudah menikah dengan orang lain dan akan segera melahirkan anak-anaknya.     

Setelah mereka semua keluar, Nicolae menutup pintu dan duduk di sofanya dengan tubuh lesu. Selama dua bulan ini ia pun merasa sangat sedih tetapi tak pernah menampakkannya di depan Aleksis. Ia tak mau gadis itu merasa terbeban melihat Nicolae juga sedih, karenanya di depan semua orang Nicolae seolah bersikap seolah tidak ada apa-apa.     

Tanpa sadar ia membenamkan wajahnya ke kedua tangannya. Ia tadi berjanji akan menjenguk Aleksis, tetapi sesungguhnya Nicolae tahu ia takkan sanggup bertemu Aleksis lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.