The Alchemists: Cinta Abadi

Jean dan Marion **



Jean dan Marion **

0Marion bangun pagi itu dengan kepala seperti mau pecah. Ini pasti karena kebanyakan minum glow wine, pikirnya.     

Setelah Jean pergi semalam, Marion menghabiskan waktu dengan minum semalaman hingga akhirnya ia tertidur di meja dapur.     

Eh, bukankah aku semalam ada di dapur? Kenapa bisa tidur di kamarku? Marion bertanya-tanya sambil memegangi kepalanya yang sakit. Ia tidak punya riwayat berjalan sambil tidur, jadi rasanya mustahil ia pergi sendiri ke kamarnya.     

Ia memperhatikan pakaiannya pun sudah berganti dengan pakaian baru. Semalam ia memakai piyama berwarna biru, sekarang ...     

Apakah Alicia?     

Marion bangkit dan berjalan terhuyung-huyung keluar kamar hendak memanggil asistennya.     

"Kau sudah bangun?"     

Marion terkesiap mendengar suara Jean memanggilnya dari ruang tamu. Pria itu sedang duduk memangku anjingnya yang paling kecil dan kini menatapnya dengan pandangan lega.     

"Eh...? Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi?" tanya Marion dengan suara serak. "Aku melihatmu pergi tadi malam ... Kenapa kau kembali?"     

Jean mengangkat bahu, "Aku pun tidak tahu. Kurasa aku sudah betah tinggal di sini."     

Marion tertegun mendengar kata-kata Jean yang diucapkannya dengan ringan. Ia tadinya mengira Jean sudah membencinya karena perbuatan yang ia lakukan, dan pergi meninggalkannya... tetapi ternyata pria itu kembali dan tetap menolongnya.     

Marion merasa sangat tersentuh.     

Pelan-pelan ia berjalan mendekati Jean dan duduk di sampingnya. Untuk beberapa saat ia tak sanggup berkata apa-apa.     

"Aku sudah bikin sup hangover. Kulihat tadi malam kau menghabiskan semua glow-wine yang ada sampai muntah, karena itu aku mengganti pakaianmu." kata Jean lembut sambil meletakkan anjing mini shih tzu Marion dari pangkuannya ke lantai dan kemudian meraih kepala Marion, ganti meletakkan kepala gadis itu di pangkuannya. "Kuharap kau tidak keberatan."     

Marion hanya menggeleng. Ia merasa sangat tersentuh atas sikap Jean. Ia lalu membenamkan kepalanya ke pangkuan Jean dan menangis pelan di situ.     

Jean tahu Marion sangat terpukul dan ia menghukum dirinya sendiri akibat peristiwa yang terjadi di Targu Mures dan ia tidak tega mengatakan apa pun yang akan tambah menyakiti hati Marion. Karena itu ia tidak berkata apa-apa.     

Setelah lima menit akhirnya Marion berhasil menenangkan diri. Ia bangun dan tersenyum sedikit sambil menatap Jean, "Terima kasih. Aku mau supnya."     

"Baiklah. Ayo kita ke dapur."     

Ketika Jean bangkit dan bergerak ke arah dapur untuk mengambilkan sup hangover untuk Marion, tiba-tiba saja gadis itu mengejarnya dan memeluk pinggang Jean dari belakang. Keduanya berdiri terpaku di tempatnya.     

Untuk pertama kalinya setelah dua bulan, Marion akhirnya mau bicara secara terbuka kepada Jean, dan hari ini ia bahkan memeluk pria itu.     

Hati Jean seketika dipenuhi kehangatan saat ia menggengam kedua tangan Marion yang memeluknya dari belakang. Pelan-pelan ia memutar tubuhnya dan membuat kedua tubuh bagian depan mereka menempel. Ia dapat merasakan detak jantung Marion yang semakin cepat berpacu dengan detak jantungnya sendiri.     

Keduanya saling menatap. Seumur hidupnya, Marion belum pernah membiarkan dirinya tampil serapuh ini di depan siapa pun ... dan cara Jean menanggapi situasinya yang tidak menguntungkan itu membuat Marion percaya sepenuhnya kepada pria itu.     

Jean tidak pergi walaupun kondisi Marion sedang buruk dan ia tidak menyenangkan. Jean tidak menghakiminya walaupun Marion melakukan kesalahan yang demikian besar dan terus menghukum dirinya sendiri. Jean juga tidak pernah mengambil kesempatan di saat kondisi Marion sedang rapuh.     

Marion merasa ia takkan pernah menemukan pria yang demikian baik dan menghormatinya seperti ini. Tanpa sadar ia memejamkan matanya dan bibirnya sedikit terbuka, saat ia memanggil nama pria yang telah membuatnya jatuh hati sejak beberapa bulan yang lalu ini.     

"Jean ..."     

Jean tersenyum tipis saat mendengar Marion memanggil namanya dengan suara serak. Pelan-pelan ia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu dan memejamkan mata saat bibirnya mencari bibir Marion yang separuh terbuka. Dengan lembut dan sangat hati-hati ia mencium bibir Marion yang tanpa sadar segera mengeluarkan desahan yang membuat dada Jean menjadi panas.     

Jean semakin mengeratkan pelukannya sambil bibirnya melumat bibir Marion dengan penuh cinta. Ia merasa Marion akhirnya menerima kehadirannya di dalam hidupnya dengan membuka semua rahasianya dan hari ini mengundang Jean untuk menciumnya.     

Jean baru menyadari bahwa ia belum pernah merasakan ini dengan perempuan mana pun sebelumnya. Saat lidahnya masuk menjelajah mulut Marion dan tak henti-hentinya menikmati manisnya gadis itu, ia mengerti bahwa ia belum pernah menginginkan seorang perempuan seperti ia menginginkan Marion.     

Ia benar-benar sedang jatuh cinta.     

Mereka berciuman dengan penuh gairah selama beberapa menit lamanya. Ciuman di bibir lalu berpindah ke leher, ke cuping telinga, dan perlahan bergerak ke bahu Marion dan Jean pelan-pelan membuka kancing pakaian gadis itu, menampakkan kulit dadanya yang mulus dan tubuhnya yang selembut marshmallow.     

"Uhmm... " tanpa sadar Marion menahan tangan Jean dan wajahnya menjadi sangat merah. Jean tersenyum lebar melihat Marion yang biasanya seenaknya dan tidak takut apa pun, kini tampak seperti seekor anak kucing pemalu di depannya.     

"Aku sudah melihat semuanya waktu mengganti pakaianmu tadi malam..." bisik Jean dengan nada jahil. "Aku suka dengan apa yang kulihat..."     

"Jean!!" Marion memukul bahu Jean tetapi ia tidak lagi menahan tangan pria itu yang kembali sigap melucuti pakaiannya.     

"Aku mencintaimu," bisik Jean saat seluruh pakaian Marion telah tanggal di lantai dan ia membopong gadis itu ke kamar.     

Kelima anjing Marion bergegas mengikuti kedua tuannya, sehingga Jean terpaksa harus mengusir mereka semua.     

"Hushh... kalian semua di luar dulu. Mama dan Papa sedang ada urusan berdua."     

Untuk pertama kalinya dalam dua bulan itu Marion tertawa. Ia merasa geli karena Jean sudah benar-benar menganggap dirinya majikan baru kelima anjing Marion, dan ia khususnya senang karena anak-anak kaki empatnya semua menyukai Jean.     

"Hmm.. kau tertawa, aku senang mendengarnya," Setelah menutup pintu, Jean kembali ke tempat tidur dan duduk di samping Marion. "Aku rindu mendengar suara tawamu."     

Ia membungkuk dan kembali mencium Marion.     

"Kau tahu ... aku belum pernah jatuh cinta seperti ini," bisiknya sambil membuka kancing bajunya dan melanjutkan ciumannya ke leher gadis itu dan mengigitnya pelan, "Aku memikirkan ini cukup lama di bawah salju saat aku pergi dari sini tadi malam. Aku sadar aku tidak mau kau suruh pergi walaupun kau menyuruhku seratus kali."     

Marion memejamkan matanya, menikmati pernyataan cinta dari Jean dan melingkarkan lengannya ke leher pria itu. "Aku juga mencintaimu. Terima kasih kau tidak meninggalkanku.."     

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu," bisik Jean saat ia naik ke tempat tidur dan melanjutkan cumbuannya lalu memimpin kegiatan bercinta mereka untuk pertama kalinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.