The Alchemists: Cinta Abadi

Nasib Alaric



Nasib Alaric

0Membunuh suami Aleksis?     

Lauriel perlu waktu beberapa detik untuk memahami apa maksud perkataan anak angkatnya itu, dan kemudian ia terhenyak kaget. Ia sama sekali tidak mengira Aleksis dan Alaric Rhionen sudah menikah. Bukankah mereka baru bertemu dua minggu?     

Apa yang terjadi hingga dalam waktu demikian singkat keduanya sudah terlibat begitu jauh?     

Kini ia mengerti mengapa Alaric rela melakukan apa pun demi Aleksis. Rupanya ia memang sangat mencintai gadis itu.     

Nasi sudah menjadi bubur. Walaupun ia tidak menyetujui hubungan Aleksis dengan Alaric, tetapi seandainya Lauriel mengetahui bahwa mereka benar-benar tulus saling mencintai dan bahkan sudah menikah, mungkin ia akan menahan diri dan tidak akan mengincar Alaric.     

Lauriel menatap Aleksis yang tampak sangat membencinya, sorot mata Lauriel menjadi sangat sedih. Hal terakhir yang ingin ia lakukan dalam hidup adalah membuat Aleksis menangis. Ia sangat menyayangi gadis itu.     

"Aleksis ... Paman tidak tahu. Maafkan aku..." bisiknya perlahan.     

Aleksis hanya membuang muka, sama sekali tidak mau memandang Lauriel.     

"Aku tidak mau melihat mereka. Bawa aku pergi dari sini," bisiknya kepada Nicolae. Pemuda itu mengangguk dan segera membantunya berdiri. Ketika Aleksis kembali terjatuh karena kakinya belum kuat menopang tubuhnya, akhirnya Nicolae membopong gadis itu keluar.     

"Kita mau ke mana?" tanya Nicolae saat mereka sudah melewati pintu depan.     

"Aku mau pergi jauh dari sini...." kata Aleksis sambil memejamkan mata. Ia tidak mau bertemu siapa pun. Ia tahu sebentar lagi ayah dan ibunya akan tiba, dan ia pun tidak mau bertemu mereka.     

"Bailklah..." Nicolae menaruh Aleksis dengan hati-hati di bangku belakang mobilnya lalu duduk di belakang kemudi. "Kita akan pergi dari sini."     

Ia tahu saat ini Aleksis perlu waktu sendirian untuk meluapkan kesedihannya, tetapi karena kondisinya yang masih sangat lemah ia tak dapat pergi. Tinggal di rumah ini pasti akan membuatnya semakin tertekan karena melihat orang-orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas kematian Alaric.     

Karena itulah Nicolae berusaha sedapat mungkin menolong gadis itu. Ia takut Aleksis akan berlaku nekat kalau mereka terus mendesaknya.     

***     

Mischa terus mencari di sepanjang Sungai Mures keberadaan tubuh ayah angkatnya. Ia mengerahkan semua anak buahnya untuk menyebar dan menyisir satu persatu setiap sudut dan membalik setiap batu.     

Teriakan seorang anak buahnya dari arah muara sungai membuatnya terhenyak dan segera berlari ke arah asal suara. Ketika ia tiba, orang-orangnya telah mengelilingi sesosok tubuh berbaju hitam yang terbaring kaku di balik sebuah batu besar. Keadaannya sangat mengenaskan.     

Sekali pandang Mischa sudah bisa memperkirakan berapa banyak darah yang hilang dan berapa tulang yang patah. Kalau manusia biasa yang mengalami ini, pasti tubuhnya sudah remuk dan tak dapat dikenali lagi.     

"Segera turunkan helikopter medis kemari," perintahnya kepada pilot helikopter yang sedari tadi berputar-putar di atas mereka.     

Dalam waktu 10 menit saja tubuh Alaric sudah dibawa dari jurang itu ke kastilnya di mana telah menunggu belasan dokter dan tenaga medis lainnya.     

Keesokan harinya semua anggota Rhionen Assassins yang berada di Eropa telah berkumpul di kediaman Alaric. Beberapa yang lain, yang masih ada di belahan dunia lain, sudah dalam perjalanan. Mischa sebagai satu-satunya assassin berlevel naga di antara mereka, selain Alaric, memimpin teman-temannya untuk berunding, membahas langkah apa yang harus mereka ambil.     

"Tuan diserang dan keadaannya sangat kritis. Saat ini ia belum keluar dari bahaya, dan dokter mengatakan harapan hidupnya kurang dari 1%," kata Mischa dengan suara tenang. Penampilannya tidak lagi flamboyan seperti biasanya. Alih-alih mengenakan warna merah muda kesukaannya, mulai hari ini ia selalu mengenakan warna hitam, sebagai tanda berduka atas kondisi ayah angkatnya.     

"Apakah ini orang-orang yang sama?" tanya Pavel dengan wajah marah.     

"Sepertinya iya... Aku tidak ada di sana. Aku hanya mendapat perintah untuk berjaga karena musuh tiba, tetapi ketika aku datang dengan bala bantuan tuan sudah jatuh ke jurang."     

"Lalu Nona Aleksis?" tanya Pavel lagi. Ia mulai menduga-duga bahwa gadis itu ada hubungannya dengan semua ini. Kalau Alaric tidak membawa Aleksis ke rumahnya, tentu hal ini tidak akan terjadi. Ia sekarang penasaran apakah Aleksis memang ada di pihak tuannya atau malah sengaja menjebak Alaric ....     

"Nona Aleksis tidak ada. Aku menduga ia dibawa oleh orang yang sama yang melukai Tuan." Mischa terdengar sangat lelah, "Kita bisa memikirkan balas dendam nanti. Saat ini prioritasku adalah memastikan Tuan selamat dari keadaan kritisnya."     

Semua mengangguk setuju.     

"Pavel, kau sudah biasa membantu mengurusi Rhionen Industries, jangan sampai semua rencana tuan menjadi berantakan hanya karena ia tidak ada. Kau harus memastikan semua proyeknya berjalan dengan lancar," kata Mischa kemudian. Pavel mengangguk.     

"Aku akan butuh bantuan," kata Pavel. "Kalau kau bisa ikut mengurusinya, aku akan sangat senang. Bagaimanapun kau adalah salah satu pewarisnya."     

Mischa mengangguk pelan. Memang di antara 15 assassin di kelompoknya; ia, Takeshi, Kai, dan Rosalien adalah pewaris Alaric Rhionen. Mereka dididik olehnya sejak masih kecil dan menyandang nama belakangnya sebagai anak-anak angkatnya.     

Dengan kondisi Alaric yang kritis dan mereka tidak tahu apakah ia akan selamat, mereka terpaksa harus mulai turun tangan dan memastikan proyek dan cita-cita Alaric tetap dapat berjalan.     

Setelah satu bulan berlalu, dokter-dokter mulai angkat tangan. Mereka mengatakan bahwa semua organ dalam pria itu terlalu rusak untuk dapat pulih kembali. Ancaman dan teriakan dari Takeshi dan Pavel hanya membuat mereka mengkerut ketakutan, tetapi tidak seorang pun berani menjanjikan bahwa pasien hampir mati di pembaringan itu akan dapat bangun kembali.     

Setelah Mischa dan adik-adiknya berunding, mereka mengambil keputusan untuk mengumumkan kematian Alaric Rhionen dan mengambil alih bisnisnya.     

Pavel segera mengambil tindakan dan menghubungi para partner Rhionen Industries dan mengabari bahwa bisnis akan tetap berjalan dan anak-anak Alaric Rhionen akan mempertahankan semua proyek mereka yang sudah berlangsung.     

Sophia yang menerima pemberitahuan itu terkejut bukan kepalang. Sudah beberapa bulan ia tak dapat menghubungi Alaric tetapi ia menduga itu karena sepupunya sibuk atau tak ingin berbicara dengannya. Saat mendengar pemberitahuan kematian Alaric dari Pavel, dengan buru-buru ia segera mendatangi Pavel di Bucharest dan memaksanya menceritakan apa yang terjadi.     

"Beri tahu aku apa yang terjadi!! Alaric adalah sepupuku dan aku berhak tahu!" desaknya begitu ia melangkah masuk ke kantor Pavel yang luas. Pandangan matanya yang tajam membuat Pavel tak berdaya dan menceritakan apa yang terjadi, bahwa Alaric dijebak kelompok orang tak dikenal dan dibunuh di rumahnya sendiri.     

Sophia merasa terpukul karena ia tidak mengira Alaric akan mengalami nasib sedemikian buruk. Semua karena seorang wanita!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.