The Alchemists: Cinta Abadi

Anjing, Kucing, dan Tikus



Anjing, Kucing, dan Tikus

0Nicolae sangat marah saat melihat sayembara untuk menangkap dirinya tersebar di Darknet. Beberapa temannya yang setia segera membantu menghapus semua jejaknya, tetapi tetap saja ia menjadi kesal dan terpaksa harus semakin berhati-hati.     

Dalam waktu kurang dari 30 jam ada yang berhasil menemukan apartemennya di Robertson Road dan hal itu membuat Nicolae sadar bahwa sayembara itu bukan main-main. Untung saja ia tidak meninggalkan jejak atau petunjuk apa pun di sana.     

"Astaga... semua ini sangat membingungkan," Nicolae mendesah berkali-kali. Di satu sisi, Wolf Pack sedang memburu Rhionen Assassins, dan di sisi lain Rhionen Assassins sedang memburunya.     

Mereka seperti anjing yang mengejar kucing dan kucingnya mengejar tikus. Nicolae sangat berat mengakui hal ini tetapi sekarang ia sungguh-sungguh merasa seperti tikus.     

Ia berharap ayahnya dan tim-nya bisa segera mengatasi Rhionen Assassins dan membuatnya lepas dari kejaran.     

"Kakak, ayo makan." London masuk dan mengajak Nicolae makan malam bersama, menggugah pemuda itu dari lamunannya.     

Selama dua bulan terakhir ini kedua adik Aleksis telah menjadi sangat akrab dengan Nicolae karena mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Rune yang sangat menyukai teknologi terutama selalu menempel kepada Nicolae setiap saat dan meminta diajari berbagai trik untuk dapat menguasai informasi di jagad virtual.     

Kehangatan adik-adik Aleksis membuat Nicolae sangat kerasan di rumah mereka di Swiss dan untuk pertama kalinya ia merasa seperti kembali menemukan keluarganya yang telah lama meninggal.     

"Baiklah, ayo kita makan," Nicolae berjalan ke ruang makan sambil menggandeng London. Remaja satu itu telah tumbuh menjadi sangat tinggi di usianya yang baru 17 tahun. Wajahnya sangat mirip dengan ayahnya dan demikian juga sifat-sifatnya.     

Saat London nanti menjadi dewasa, bisa-bisa ia dan ayahnya akan dianggap kembar oleh orang yang melihat mereka sepintas lalu. Lucunya lagi mereka berdua juga lahir di tanggal yang sama.     

"Bagaimana pelajaran kalian?" tanya Nic di ruang makan sambil menyantap hidangan yang disediakan pelayan untuk mereka. Ia tahu London dan Rune masih mendapatkan banyak tugas dari Paman Aldebar selama ia tidak ada.     

Sontak wajah kedua remaja itu menjadi murung. Tugas-tugas dari Paman Aldebar menghabiskan sangat banyak waktu mereka. Keduanya sampai tidak sempat untuk bermain dengan kumpulan domba mereka.     

"Kak Nico, kapan Kak Aleksis akan bangun?" tanya Rune mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau mengingat-ingat tugasnya.     

"Kakak tidak tahu, mungkin beberapa bulan lagi, mungkin besok ... apa pun bisa terjadi. Tetapi yang jelas aktivitas otaknya sudah membaik. Kondisi fisiknya pun kuat. Kalian bisa terus membaca untuknya atau mengajaknya bicara," jawab Nicolae. "Aku yakin semua kemajuannya ini akibat perhatian dari kalian juga."     

"Hmmm... " Rune tampak menjadi sedih, "Aku sangat merindukan Kak Aleksis."     

"Aku juga," kata London menimpali.     

Sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga besar Schneider, Aleksis sangat disayangi semua orang, dan ia adalah cahaya bagi orang tua dan saudara-saudaranya. Nicolae mengerti kesedihan mereka dan ia pun sangat berharap Aleksis segera bangun.     

***     

Dua hari berlalu dan tidak ada satu pun orang yang berhasil menemukan Wolf, membuat Alaric sangat marah. Beberapa kali ia menerima laporan jejak Wolf di Singapura, lalu di Romania, bahkan Swiss, tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, tidak ada yang berhasil menemukan hacker misterius itu.     

Sungguh Wolf memang pantas menyandang gelarnya itu, pikir Alaric. Seandainya saja hacker sialan itu bukan di pihak musuh, tentu ia akan sangat berguna.     

"Tuan, uang tebusan siap untuk ditransfer dan semua permintaan yang lain juga sudah selesai disiapkan," kata Pavel kemudian.     

"Baiklah. Mari kita dengar apa kata mereka," kata Alaric.     

Tepat 48 jam setelah pesan pertama, mereka mendapatkan tuntutan terakhir dari orang-orang yang menawan Aleksis. Gadis itu akan dilepaskan bila Alaric Rhionen datang ke sebuah alamat yang disebutkan mereka dan uangnya dikirim ke akun bitcoin yang diberikan. Mereka hanya diberi waktu 45 menit.     

[Aleksis ada di rumah sakit Stamford. Kalau kalian tiba di depan Gedung Mandalay dalam waktu 45 menit ia akan kami biarkan di rumah sakit. Tetapi kalau kalian terlambat, sudah ada dokter yang siap memberinya suntikan mati dan Alaric Rhionen bisa datang menjemput mayatnya.]     

Ugh...     

Orang-orang itu sangat tahu bagaimana memaksa Alaric untuk menuruti keinginan mereka. Alaric memang tak berdaya. Ia tak sanggup membayangkan jika Aleksis sampai dibunuh oleh para penculiknya.     

Ia mungkin akan menghancurkan seluruh Singapura demi memusnahkan orang-orang itu. Ibaratnya demi membunuh semut yang menggigitnya, ia takkan segan-segan membakar seluruh sarangnya.     

Awas kalau mereka sampai menyentuh sehelai saja rambut istrinya!     

***     

Saat mendengar sendiri dari pemuda bertopeng itu bahwa Alaric Rhionen mencintai Aleksis, Lauriel sadar bahwa ia dapat dengan mudah menguasai Rhionen Assassins dan menangkap Alaric. Cinta memang bisa sangat merugikan, kalau musuh mengetahui kelemahan kita. Dan hal itulah yang kini dimanfaatkan oleh Lauriel.     

"Kau yakin Alaric justru akan datang ke rumah sakit?" tanya Marion saat berbaring di ranjang rumah sakit dengan penampilan seperti Aleksis dan siap memainkan perannya.     

"Iya, aku yakin dia justru akan mengirim anak buahnya untuk berpura-pura sebagai dirinya, sementara ia akan datang ke sini untuk menjemput Aleksis. Baginya prioritas utama tentu adalah Aleksis," jawab Lauriel. "Karena itulah aku akan di sini mengawasimu."     

"Hmm.. baiklah."     

"Kita memberinya waktu 45 menit, aku yakin dalam waktu kurang dari itu ia akan sudah tiba di sini dan mencoba membawamu pergi. Kau jangan lengah."     

"Uhm... Lauriel, bagaimana kalau kau memberiku obat tidur saja? Kalau aku pingsan tentu akan lebih susah bagi mereka untuk membawaku," kata Marion sesaat kemudian. "Aku memikirkan kemungkinan terburuk seandainya mereka berhasil menerobos kemari, kita harus dapat memperlambat gerak mereka untuk membawaku pergi, agar bisa memberi waktu bagi Endo dan Neo mengejar."     

"Baiklah," Lauriel setuju. Ia mengeluarkan sebutir pil kecil dari dalam kantung obat-obatannya. "Ini seharusnya cukup untuk membuatmu tidur sebentar agar ia tidak curiga."     

Marion buru-buru meneguk obatnya dan memberi tanda oke. "Baiklah, misi dimulai. Sampai jumpa sebentar lagi."     

"Aku akan melindungimu, jangan kuatir," Lauriel menepuk bahu Marion dengan lembut dan keluar dari ruangannya.     

Mereka sudah bersiap-siap menangkap Alaric Rhionen di rumah sakit. Walaupun perintahnya jelas, agar Alaric datang ke Gedung Mandalay, Lauriel menduga pimpinan Rhionen Assassins itu justru akan berusaha ke rumah sakit dan menyuruh anak buahnya menggantikannya ke Gedung Mandalay.     

Ha. Kau tidak akan bisa mengecoh kami, pikir Lauriel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.