The Alchemists: Cinta Abadi

Dugaan Alaric (2)



Dugaan Alaric (2)

0"Kau pernah mendengar tentang kaum Alchemist?" tanya Alaric sepintas lalu sambil berjalan kembali ke lemari pendingin dan mengambilkan air minum lagi untuk Terry. Dari sudut matanya ia berusaha memperhatikan ekspresi Terry, mencari sedikit saja ekspresi terkejut atau heran.     

Tidak ada.     

Terry memang kaget setengah mati ketika mendengar orang bertopeng di depannya secara sambil lalu menyebut kata 'alchemist', tetapi sebagai seorang aktor yang sangat berbakat ia mampu menutupi keterkejutannya dengan ekspresi yang datar.     

Ia hanya mengangkat bahu, "Pernah. Itu orang-orang dari abad pertengahan yang berusaha mengubah logam menjadi emas, kan? Apa istilahnya ... hmm.. tangan Midas? Memangnya kenapa? Kau mau bilang kalau alchemy sekarang sudah berhasil dan kalian punya banyak emas?"     

Sementara itu di penthouse, Lauriel dan Jean yang mengamati apa yang terjadi hanya bisa menahan napas. Mereka sama sekali tidak menduga assassin yang bercakap-cakap dengan Terry akan menyebut kata 'alchemist'.     

Ini berarti Rhionen Assassins ternyata jauh lebih misterius dari yang mereka bayangkan. Kelompok itu ternyata mengetahui rahasia kaum alchemist! Terlihat dari caranya mencoba mencari informasi dari Terry barusan.     

Mereka berdua lega melihat Terry mampu berakting dengan sangat baik dan bersikap seolah tidak pernah mendengar tentang kaum Alchemist. Jean khususnya bangga pada akting anaknya, sementara Lauriel hanya mengerutkan keningnya dan berpikir keras, dari mana Rhionen Assassins mendengar tentang kaum alchemist dan apa yang harus mereka lakukan untuk memastikan informasi itu tidak tersebar ke pihak lain.     

Ia segera memencet teleponnya dan menghubungi Caspar. Sebagai ketua klan, Caspar harus tahu hal ini.     

Di atas kapal, Alaric hanya menggeleng sambil menyesap wine di gelasnya. "Kami memang punya banyak emas, tapi bukan dari proses alchemy. Aku hanya penasaran ingin mengetahui apa pendapatmu tentang kaum alchemist itu."     

"Bukankah itu pertanyaan yang terlalu random?" tanya Terry. "Kita sedang membicarakan adikku."     

"Benar. Aku barusan terpikir hal-hal random, maafkan. Saat mengetahui bahwa kau adalah anak Jean aku tiba-tiba berpikir bahwa Jean itu terkenal sebagai aktor yang tidak pernah menua. Mengingatkanku akan kaum alchemist. itu saja." Alaric tersenyum sedikit. Ia masih tidak melihat adanya ekspresi terkejut di wajah Terry.     

Entah pemuda itu sangat jago berakting, atau ia memang tidak tahu apa-apa, pikirnya.     

"Ah... aku tidak tahu apa yang terjadi kepadamu hingga daya khayalmu menjadi demikian tinggi," komentar Terry sambil tertawa mencemooh. "Maaf, ya... itu lucu sekali. Mungkin kau terluka di kepala dan sekarang punya imaginasi macam-macam, sampai mengira ada kaum alchemists segala. Kalau ayahku adalah seorang alchemist, aku pasti tahu. Hahaha... Lucu sekali."     

"Kau tidak percaya ada orang-orang abadi di dunia ini?" tanya Alaric sambil menatap Terry yang tampak menggeleng-geleng dan memandangnya seolah Alaric gila. Pandangan cemooh dari Terry sama sekali tidak menggangu Alaric. "Aku pernah bertemu dengan seorang alchemist yang hidup abadi dan ia tidak menua."     

Terry tampak terkejut, "Tidak mungkin! Benarkah? Siapa? Kau bertemu di mana?"     

"Semua ciri-ciri Alchemists yang ada pada dirinya aku temukan pada ayahmu dan kekasihnya Billie," Alaric melanjutkan ucapannya. "Mereka sama-sama tidak menua setelah puluhan tahun dan mereka memiliki mata yang cemerlang."     

Terry yang tadi sudah tampak tertarik kini hanya menghela napas panjang dan kembali memandang Alaric seolah pemuda bertopeng itu sudah gila.     

"Ahh... tadi kupikir kau sungguh-sungguh punya bukti, rupanya tidak." Terry menyilangkan sepasang tangannya di dada, "Di zaman serba teknologi ini sangat gampang mencari tahu kebenaran suatu informasi. Ayahku tampak awet muda karena ia memang pernah melakukan operasi plastik demi tuntutan profesinya. Kau bisa cek sendiri semuanya. Dia dilahirkan 45 tahun yang lalu di Singapura. Dia itu manusia biasa, ayahnya -kakekku- juga masih tinggal di Singapura. Billie juga, dia lahir di Australia dan baru pindah ke Amerika 25 tahun yang lalu. Seisi keluarganya masih di Australia. KALAU operasi plastik bisa membuat ayahku dan Billie dianggap abadi... ahahahha ... aku juga bisa."     

Terry lalu tertawa terpingkal-pingkal.     

Ini adalah panggung dalam kehidupan nyata dan ia harus memainkan perannya sebaik mungkin.     

Ia sama sekali tidak mengira para assassin ini mengetahui informasi tentang kaum alchemist. Ini adalah hal yang gawat. Paman Caspar benar-benar harus mengambil tindakan.     

Sementara itu Alaric yang tadi hampir saja berharap, kini seolah dihempas kembali ke daratan dari langit yang tinggi melihat betapa Terry tertawa geli.     

Ya, kalau dipikir-pikir semua argumen Terry masuk akal, apalagi Terry malah kini menganggapnya gila karena membahas tentang kaum alchemist.     

Alaric memang mendapatkan semua informasi detail tentang Jean dan Billie seperti yang disampaikan oleh Terry. Kedua orang itu memang lahir dari keluarga biasa dan kemudian menjadi selebriti sesudah mereka menjadi dewasa, dan selalu dikelilingi gosip operasi plastik agar tetap awet muda.     

Hmmmh... Alaric kemudian ingat Sophia mengatakan bahwa orang biasa dapat masuk ke dalam kaum alchemist jika mereka menikahi seorang alchemist, karena mereka akan diberikan ramuan keabadian sebagai hadiah pernikahan.     

Sementara Jean dan Billie sama-sama belum menikah.     

Ahh, Alaric ... kau sungguh merindukan Aleksis dan kau sudah membiarkan pikiranmu mengkhayal macam-macam.     

Jean dan Billie tampak awet muda, bukan karena mereka abadi. Itu semua hanya kebetulan. Bukankah kau sendiri bertemu Aleksis saat ia masih kecil? Kau melihatnya saat ia berumur 2 tahun, lalu saat ia berumur 12 tahun. Jelas sekali ia tumbuh seperti manusia pada umumnya.     

Kau juga tahu kaum Alchemist sangat jarang yang menikah dan punya anak. Portia dan Ned saja sudah bersama ratusan tahun dan menikah belasan tahun tetapi tidak memiliki anak.     

Mungkin memang Terry benar, luka di kepalamu membuatmu berkhayal macam-macam hingga mengira Aleksis juga abadi sepertimu.     

Sadarlah... it's too good to be true, Alaric.     

Akhirnya pemuda itu hanya bisa menghela napas. Memang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kalau Aleksis adalah seorang abadi sama seperti dirinya.     

Alangkah sempurna hidup Alaric dan Aleksis. Mereka akan dapat hidup bersama dan saling mencintai selamanya.     

Alaric kemudian sadar, kehidupan selama ini tidak pernah berlaku adil kepadanya, jadi ia tahu bahwa khayalannya ini sudah berlebihan dan ia harus realistis dan tetap menjejak bumi. Yang penting sekarang adalah menyelamatkan Alesksis dan membawanya pergi jauh.     

Kalau Aleksis menerima Alaric tanpa syarat dan sama sekali tidak pernah mempedulikan penampilannya, maka Alaric pun akan menerima Aleksis apa adanya sebagai manusia biasa, dan tetap mencintai gadis itu hingga ia menua dan menghembuskan napas terakhirnya.     

Bukankah itu esensi dari cinta sejati?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.