The Alchemists: Cinta Abadi

Dugaan Alaric (1)



Dugaan Alaric (1)

0'Alaric' (Pavel) tersenyum mendengar kata-kata Terry. Rhionen Assassins tidak membutuhkan bantuan siapa pun, apalagi sekadar tim keamanan yang hanya terbiasa mengawal seorang aktor. Tetapi ia menahan diri dan tidak berkata apa-apa.     

"Itu tidak perlu, kami akan mencari dan menyelamatkan Aleksis secepatnya," kata 'Alaric' kemudian. "Kau tidak usah kuatir."     

Entah kenapa Terry merasa kurang yakin dengan ucapan pria di depannya itu. 'Alaric' tidak terdengar sungguh-sungguh. Apa yang mereka sembunyikan? pikirnya.     

"Kalau begitu, antar aku kembali ke daratan," Terry menarik napas panjang. "Aku harus melaporkan kehilangan adikku ke kantor polisi. Aku tadi ikut ke sini murni karena aku penasaran pada sosok Pangeran Siegfried yang sering dibicarakan adikku. Sekarang kita sudah bertemu, aku tidak perlu bertanya-tanya lagi."     

Mata Alaric yang mengenakan topengnya di depan Terry berkilat. Ia ingin tahu apa pendapat kakak Aleksis tentang dirinya yang kini diperankan oleh Pavel. Seulas senyum tersungging di bibirnya melihat ekspresi kurang suka dari Terry. Ia sudah menduga Terry keberatan. Tentu saja, semua orang normal tidak akan rela melihat adik yang disayanginya menjalin hubungan dengan orang yang mereka anggap tidak pantas untuknya.     

Hal ini membuat cinta Alaric kepada Aleksis semakin bertambah-tambah. Gadis itu sama sekali tidak mempedulikan hal-hal fisik dan material. Aleksis pun mengira dirinya sudah berusia 40-an dan berwajah rusak, namun gadis itu tetap mencintainya tanpa berubah.     

Pavel yang sedang menyamar sebagai Alaric mengangguk mendengar permintaan Terry untuk diantar kembali ke daratan. "Tentu saja, sebentar lagi kapal akan kembali ke daratan. Terima kasih atas kedatanganmu. Anak buahku akan memastikan kau kembali ke mobilmu dengan tidak kurang suatu apa."     

Ia lalu membungkuk sedikit dan keluar dari ruang tamu menuju ke ruang nakhoda. Terry hanya memandang punggungnya yang berlalu dengan pikiran yang bertambah resah. Kai, Takeshi, dan Mischa mengangguk ke arah Terry lalu ikut 'bosnya' keluar. Tinggallah si pemuda bertopeng yang kemudian duduk di sofa dan menatap Terry sambil bersedekap.     

Inikah si anak buah yang akan memastikan aku kembali ke mobilku? pikir Terry. Sepertinya begitu, karena para assassin yang lain sudah keluar.     

Karena tidak ada yang dapat ia lakukan selain menunggu, akhirnya Terry ikut duduk dan balas menatap pemuda itu, tetapi hanya sebentar. Ia tak mau dianggap tidak sopan karena menatap wajah orang yang cacat berlama-lama.     

"Kau haus?"     

Terry terkejut saat akhirnya mendengar pemuda bertopeng itu bicara kepadanya. Suaranya lembut dan penuh perhatian seperti bicara kepada seorang anak kecil, sama sekali tidak seperti yang ia bayangkan akan suara seorang assassin.     

"Eh...?" balas Terry keheranan.     

"Aku mau minum. Mau kuambilkan apa?" tanya pemuda itu lagi.     

"Oh, air putih dingin saja, terima kasih," jawab Terry kemudian.     

Pemuda itu mengangguk. Ia mengambil air dari lemari pendingin dan menyerahkannya kepada Terry, sementara ia menuang wiski untuk dirinya sendiri. Mereka kembali duduk dalam diam.     

Terry bukan orang yang biasa diam berlama-lama. Setelah beberapa saat ia akhirnya tidak tahan dan bertanya kepada pemuda di depannya, apa yang menjadi keresahannya sedari awal. Pemuda itu kelihatannya memiliki kedudukan lebih tinggi dari para assassin tadi dan sikapnya sedari tadi sangat baik kepada Terry. Mungkin ia akan bersedia memberi informasi tentang Aleksis...     

"Apa sebenarnya hubungan kalian dengan adikku?" tanya Terry akhirnya. "Kau tentu tahu bahwa sebagai kakak aku mengkhawatirkan dengan siapa adikku bergaul."     

Pemuda bertopeng itu mengangguk, "Aku mengerti."     

"Jadi?" Terry bertanya lagi, karena melihat pemuda itu bersedia bercakap-cakap dengannya.     

"Hmmm. Aleksis adalah orang penting bagi tuan kami," jawab pemuda itu dengan sabar. "Dia adalah gadis yang sangat mengagumkan dan tuan sangat mencintainya."     

PRANG!     

Tanpa sadar gelas di tangan Terry jatuh ke lantai dan pecah. Ia sudah menduga ini, tetapi tetap saja mendengarnya langsung dari anak buah Alaric Rhionen membuatnya terkejut dan marah. Aleksis tidak boleh menjalin hubungan cinta dengan orang yang memiliki latar belakang demikian hitam, apalagi sepertinya mereka tidak sepadan.     

Alaric sama sekali tidak heran melihat sikap Terry. Ia memberi tanda kepada pelayan yang masuk untuk segera membereskan pecahan-pecahan gelas itu dan ia tidak berkomentar apa pun tentang peristiwa yang baru saja terjadi, tetap bersikap seolah tidak ada apa-apa.     

Ia mengerti kalau Terry dan kemungkinan besar seisi keluarga Aleksis tidak akan merestui hubungan mereka. Di titik ini ia juga sudah tidak terlalu peduli. Ia akan membawa Aleksis jauh dari keluarganya dan mereka tak usah memikirkan lagi apa pendapat keluarga gadis itu.     

Ia juga menyadari ini adalah salah satu alasan mengapa Aleksis sangat berkeras untuk tidak memberi tahu keluarganya tentang dirinya. Kalau Terry mengetahui Aleksis telah menikah, mungkin bukan hanya gelas tadi yang pecah. Pemuda itu pasti akan marah.     

"Kau mau minuman yang lebih keras?" tanya Alaric kepada Terry yang duduk terpaku menatap pecahan gelasnya.     

Terry hanya menggeleng, "Tidak, aku harus menyetir."     

"Hmm..."     

Alaric ingat di berbagai foto yang dilihatnya saat Aleksis dan Terry bersama, keduanya tampak sangat akrab. Tentu hubungan persaudaraan mereka sangat erat.     

Ia sudah mendapat informasi bahwa Terry adalah anak biologis Jean saat menjadi donor sperma yang ia lakukan 23 tahun yang lalu. Semua data tentang Terry sejak ia baru lahir di rumah sakit, lalu kehidupannya sedari kecil bersama Sylvia dan Kendrick Chan lalu hingga saat ia menjadi yatim piatu di usia 15 tahun sudah dibaca oleh Alaric.     

Ia sangat tertarik ingin mengetahui kapan Terry bertemu Aleksis dan mengetahui bahwa mereka bersaudara. Dan apakah Aleksis juga memiliki hubungan dengan Jean dan Billie? Alaric menduga Jean dan Billie adalah kaum Alchemist saat melihat foto-foto mereka yang tidak menua. Sebagai adik Terry tentu Aleksis seharusnya pernah bertemu Jean.     

Apakah Aleksis juga memiliki hubungan dengan Jean dan kaum Alchemist lainnya? Ataukah semua orang itu saling terkait?     

Alaric ingat Kurt van Der Ven yang diduganya sebagai ayah Aleksis juga bekerja untuk Schneider Group, dan pemilik Schneider Group adalah Caspar Schneider ... ketua klan Alchemist sendiri.     

Ia memperhatikan sepasang mata Terry yang berwarna cokelat cemerlang. Apakah jangan-jangan Terry juga seorang Alchemist seperti Jean ayahnya?     

"Aku tidak tahu Aleksis memiliki kakak, kalian tidak mirip," akhirnya Alaric bertanya sepintas lalu setelah menghabiskan minumannya.     

Terry tahu pertanyaan ini akan datang saat ia diundang untuk bertemu pimpinan Rhionen Assassins, dan ia sudah menyiapkan jawabannya.     

"Kami memang tidak mirip dan kami tidak tumbuh bersama. Kebetulan ibunya dulu mendonorkan sel telurnya yang kemudian menjadi embrio yang dipakai orangtuaku untuk menghadirkan aku ke dunia. Kami juga tidak tahu bahwa kami bersaudara hingga 8 tahun lalu."     

Delapan tahun lalu?     

Alaric ingat ia bertemu Aleksis kecil di Singapura delapan tahun yang lalu. Apakah itu saat Terry pertama kali bertemu dengan Aleksis dan mengetahui hubungan persaudaraan mereka? Ahh...     

Alaric teringat kepada ibu Aleksis, wanita separuh Asia yang dilihatnya memasuki lobi Hotel Rendezvous delapan tahun lalu untuk menjemput Aleksis. Ia ingat bahwa wanita itu wajahnya sangat mirip dengan Aleksis.     

Itukah wanita yang menjadi simpanan Kurt Van Der Ven? Kelihatannya dia bukan wanita seperti itu...     

Ataukah Alaric yang selama ini salah menduga? Informasi awal yang didapatkannya menyebutkan Aleksis adalah keponakan Kurt, tetapi ada gosip dan berita tambahan yang menyebut Aleksis sebenarnya adalah anak gelap Kurt. Bagaimana kalau gosip itu salah?     

Apakah jangan-jangan Aleksis, Terry, Jean, Billie dan semuanya itu adalah bagian dari kaum Alchemist?     

Seketika mata Alaric tampak berkilau.     

Ia tak pernah memikirkan ini sebelumnya. Apakah mungkin Aleksis adalah ...?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.