The Alchemists: Cinta Abadi

Terry bertemu Alaric



Terry bertemu Alaric

0Perasaan Terry mulai menjadi tidak enak ketika melihat arah perjalanan mereka yang menuju ke perairan. Apakah mereka akan menahannya di salah satu gudang di pelabuhan atau jangan-jangan...     

Ia hanya bisa bertanya-tanya ke mana sebenarnya tujuan mereka sambil berharap Marion dan Neo tetap dapat memantaunya, dan melindunginya jika terjadi apa-apa.     

Pertanyaannya terjawab ketika mobil Mischa berhenti di parkiran dermaga dan ia keluar bersama Kai. Terry parkir di samping mobil mereka dan ikut keluar. Mischa memberinya tanda agar mengikuti mereka dan berjalanlah ketiganya beriringan ke dermaga.     

Ada begitu banyak kapal besar dan kecil yang sedang parkir di Harbourfront dan dengan mantap Mischa segera menuju ke salah satu kapal terbesar di sana. Ketiganya naik ke kapal dan beberapa saat kemudian kapal itu melaju ke tengah lautan dengan gerakan yang anggun.     

"Sial! Mereka melepaskan diri dari kita," keluh Marion saat Endo menghentikan mobilnya di tempat tersembunyi. Ia sama sekali tidak mengira Rhionen Assassins akan membawa Terry ke tempat yang tidak bisa mereka jangkau. Kalau ia melanjutkan pengintaian dengan drone atau mengejar dengan speedboat, musuh akan tahu bahwa dari tadi mereka dibuntuti.     

Ia dan Endo bertukar pandang dengan resah. Kali ini mereka kecolongan.     

"Lauriel, kami kehilangan mereka. Kita hanya bisa mengandalkan Terry saat ini, kami tidak bisa mengikuti ke air," kata Marion kepada Lauriel lewat telepon. "Maafkan aku, aku salah perhitungan."     

***     

Terry sudah tidak merasa takut setelah ia naik ke atas kapal karena ia disambut dengan sangat ramah oleh para pelayan di kapal. Sama sekali tidak ada kesan menakutkan atau bahkan dingin. Kapal besar ini sangat mewah dan terlihat lebih seperti rumah yang nyaman.     

Apakah ini kapal milik Alaric Rhionen? Apakah Terry akan segera bertemu dengannya? Ia sudah tidak sabar. Di kancing bajunya tersembunyi kamera micro yang dapat mengirim gambar sedari tadi kepada Lauriel di penthouse. Mereka pasti bisa bernapas lega melihat Terry diperlakukan dengan baik oleh Rhionen Assassins. Ayahnya juga tidak perlu terlalu cemas.     

Mereka naik ke geladak yang luas dan ditata seperti sebuah ruang tamu yang sangat elegan. Dalam hati Terry kagum karena ia belum pernah menaiki kapal semegah ini. Bahkan kapal milik Caspar tidak sebesar ini, pikirnya.     

"Selamat datang, Terry Chan. Terima kasih sudah datang kemari."     

Sesosok tubuh tinggi besar berpakaian serba hitam bangkit dari sofa ketika Terry melangkah masuk ke ruang tamu tersebut. Di kiri kanannya ada dua orang lelaki muda yang ikut bangkit mendampingi pria itu. Mischa dan Kai kemudian berjalan dan berdiri di kiri kanannya, membuat pria itu didampingi keempat orang assassins paling terkemuka dari Rhionen Assassins, membuat Terry yang berdiri sendirian menghadap mereka sedikit merasa gentar.     

Inikah Alaric Rhionen itu?     

Penampilannya sangat dingin dan tidak terpengaruh. Usianya mungkin sekitar 40-an, kepalanya plontos dan wajahnya tampak datar tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Inikah Pangeran Siegfried itu? Mengapa adikku bisa jatuh cinta kepada orang seperti ini? keluh Terry.     

Dalam hatinya ia lebih rela bila Aleksis terpesona pada ketampanan Mischa yang menurut Terry masih muda dan jauh lebih ramah. Penampilannya memang terlalu flamboyan, tetapi Aldebar juga begitu dan ia merupakan pria yang mengagumkan. Apa yang dilihat Aleksis dari orang ini? Kenapa harus jatuh cinta kepada laki-laki yang ini?     

Di kiri orang yang mengaku sebagai Pangeran Siegfried itu ada Takeshi yang tampak terluka diikuti Kai yang sudah dikenal Terry; sementara di sebelah kanannya ada seorang pemuda yang tampak sangat kalem berdiri tenang dengan tangan bersedekap, separuh wajahnya ditutupi topeng kulit berwarna hitam, dari segores bekas luka yang melintang di pipinya Terry bisa menduga pemuda itu menutupi wajahnya karena rusak.... mungkin akibat terluka parah dalam misinya; dan di sebelahnya ada Mischa.     

"Ada apa kau mengundangku kemari?" tanya Terry sambil menatap 'Alaric Rhionen' dengan pandangan menyelidik. "Apa kau ada hubungannya dengan hilangnya Aleksis?"     

'Alaric' menggeleng, "Justru aku ingin membantu. Tolong ceritakan apa yang terjadi."     

Terry mengerutkan kening, "Apa hubunganmu dengan adikku?"     

"Kami teman baik," jawab 'Alaric'. Ia masih tidak menampakkan ekspresi yang kentara. "Kau bisa mempercayaiku."     

Akhirnya Terry menghela napas. Ia sama sekali tidak merasa terancam. Sepertinya orang-orang ini berusaha ekstra membuatnya merasa nyaman. Ia merasa ia dapat mempercayai laki-laki di depannya ini.     

"Baiklah ..." Terry mengangguk, "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Baru kemarin aku bertemu Aleksis, kami seharusnya menonton konser Billie Yves sama-sama tetapi ia membatalkan karena tidak enak badan. Tetapi pagi ini aku sama sekali tidak dapat menghubunginya. Tadi aku ke kampus untuk menyerahkan tugas dan sekalian mencari tahu dari teman-temannya apakah mereka bertemu dengannya... tetapi tidak ada kabar sama sekali..."     

Wajahnya dibuat sekalut mungkin. Kalau Terry dapat melihat aktingnya sendiri di depan cermin, mungkin ia akan berpikir ulang untuk pergi ke Jerman dan membantu Caspar di grup perusahaannya, dan alih-alih pergi ke Hollywood untuk meniti karier akting seperti ayahnya.     

"Hmmm... " 'Alaric' mengangguk. Ia lalu menoleh kepada pemuda bertopeng di sebelah kanannya. "Kalau begitu ancamannya benar."     

Pemuda bertopeng itu tidak menjawab, pikirannya tampak mulai mengembara. Terry yang menyaksikan interaksi mereka menjadi tertarik. Sepertinya di antara keempat anak buahnya, pemuda yang mengenakan topeng itulah yang paling dianggap oleh 'Alaric'. Mungkin kedudukannya lebih tinggi dari Mischa dan Kai serta Takeshi.     

"Kalian tahu apa yang terjadi kepada Aleksis?" tanya Terry.     

'Alaric' mengangguk ke arah Terry, "Aleksis ditawan oleh sekelompok orang yang tidak menyukai kami. Maaf, ia menjadi korban karena terlibat dengan kami. Tapi percayalah kami akan melakukan apa pun untuk menyelamatkannya."     

"Kalian tahu siapa orangnya? Aku bisa meminta bantuan ayahku untuk mengirim para pengawalnya..." kata Terry kemudian. Saat ini sudah tidak perlu baginya menutupi fakta bahwa ia adalah anak kandung Jean Pierre Wang.     

Sebagai seorang selebriti yang sangat terkenal Jean juga memiliki tim pengamanannya sendiri, tetapi mereka sering kali tidak bekerja karena Jean lebih suka bepergian diam-diam dengan menyamar. Ia hanya menggunakan mereka untuk mendampinginya saat bekerja.     

Tentu akan lebih masuk akal jika Terry dan Jean berusaha ikut mencari Aleksis, pikir Terry, karena itulah ia membawa-bawa nama ayahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.