The Alchemists: Cinta Abadi

Misi Terry



Misi Terry

0Marion yang melihat wajah kecut Terry segera menepuk bahu pemuda itu dan tertawa kecil, "Tidak usah takut, kami tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu."     

Kata-katanya sama sekali tidak membuat Terry tenang. Saat Lauriel menatapnya dalam-dalam dan mengangguk, barulah ia menarik napas lega. Kalau Lauriel yang menjamin, ia bisa percaya.     

Terry keluar dari hotel Continental dan segera mengendarai mobilnya ke kampus. Ia harus menyerahkan beberapa laporan sebelum dapat mengajukan film-nya untuk penilaian akhir para dosen.     

Suasana di kampus St. Mary siang itu tampak sangat meriah dan semua mahasiswa yang melihatnya datang tampak sangat kagum. Sebelum ini Terry sudah sangat populer di kampus, bukan hanya karena ia merupakan siswa berprestasi, ia juga dari keluarga kaya, ia tampan dan sangat berbakat terutama di bidang teater dan film.     

Ia juga merupakan calon suami idaman yang merajai berbagai polling, bersaing dengan Nicolae, dan sangat banyak gadis yang mengidolakannya, walaupun hingga ia hampir lulus seperti sekarang Terry tidak pernah punya kekasih serius.     

Kini, saat orang-orang mengetahui bahwa ia sebenarnya anak Jean Pierre Wang dan masih memiliki hubungan cukup dekat dengan sang penyanyi legendari Billie Yves, kepopulerannya semakin bertambah-tambah.     

Ia hampir kesulitan mencapai kantor dosen karena berkali-kali dihentikan mahasiswa yang ingin mengajaknya bicara atau berfoto.     

Ugh, beginilah nasib orang keren, pikirnya dalam hati. Setelah berhasil menghindari orang-orang dan memberikan laporannya kepada dosen, Terry cepat-cepat kembali ke mobilnya. Ia harus pulang ke rumah dan melanjutkan editing filmnya yang sudah hampir selesai.     

"Terry Chan?" Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari balik mobilnya saat Terry baru selesai menaruh tasnya di jok belakang. Ia segera melihat dua orang laki-laki muda yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Seorang di antaranya berpenampilan sangat flamboyan dengan rambut pirang ikal yang indah dibiarkan hingga ke dagunya, kalung wind-catcher di dada, dan kemeja pink yang modis dengan sedikit hiasan renda. Untuk sesaat orang ini membuat Terry tertegun, karena ia belum pernah melihat seorang pria berpenampilan seaneh ini. Mirip Little Lord Fauntleroy kalau sudah dewasa.     

Ah, ya, kecuali Paman Aldebar. Tidak ada yang lebih aneh dari Paman Aldebar, Terry segera mengoreksi dirinya sendiri.     

Pria yang seorang lagi kelihatannya berkebangsaan Korea dan ia berwajah tampan namun sangat serius. Untuk orang Asia, tingginya jauh di atas rata-rata dan Terry yang termasuk tinggi di Singapura seketika merasa pendek di depannya.     

"Kalian memanggilku?" tanya Terry dengan gaya acuhnya yang biasa.     

"Kami perlu bantuanmu," kata pria berambut pirang dengan suara ramah. "Kami harap kau mau ikut kami sebentar."     

"Kalian siapa?" tanya Terry keheranan. Ia menduga ini adalah orang-orang dari Rhionen Assassins, tetapi tentu saja ia harus pura-pura tidak tahu.     

"Nona Aleksis mengenalku, aku adalah salah satu pengawalnya," kata Mischa sambil tersenyum.     

Senyumannya membuat Terry merasa bingung. Yang ada di benaknya, para pembunuh tentu memiliki penampilan kasar atau sadis. Tetapi kedua orang di depannya ini terlihat biasa saja, bahkan mungkin sekilas orang akan mengira mereka adalah mahasiswa.     

"Pengawal??!" Terry segera berkacak pinggang. "Jangan berani-beraninya kalian mengaku pengawal adikku kalau tidak becus menjaganya! Aleksis sekarang hilang dan aku tidak dapat menghubunginya! Kemarin ia masih baik-baik saja!!"     

Mischa dan Kai saling pandang.     

"Tuan sangat ingin mendengar apa yang terjadi dengan Nona Aleksis, karena Nona hilang saat kami dan tuan tidak ada. Apakah Anda mau ikut kami?" tanya Mischa lagi, suaranya tetap ramah.     

Mereka sudah diwanti-wanti agar tidak menyakiti Terry karena bagaimanapun ia adalah kakak Aleksis. Alaric tidak mau menekan Terry dan mengulangi peristiwa yang sama dengan Kurt.     

"Siapa tuanmu?" tanya Terry sambil mengerutkan kening. "Apakah Pangeran Siegfried?"     

Kedua pria di depannya itu mengangguk. Mereka sudah diberi tahu Alaric bahwa ia mula-mula dikenal sebagai Pangeran Siegfried oleh Aleksis, maka itulah nama yang harus mereka berikan jika Terry bertanya.     

Walaupun sangat keheranan, baik Kai maupun Mischa sama sekali tidak bertanya.     

Terry tampak menimbang sesuatu dan kemudian menghela napas. "Baiklah, aku akan ikut kalian. Aku ingin sekali bertemu Pangeran Siegfried itu dan melihat seperti apa laki-laki yang sudah membuat adikku kehilangan akal sehatnya."     

Kai tampak ingin marah mendengar kata-kata Terry tetapi ia menahan diri. Ia mengangkat tangannya dan memberi tanda agar Terry mengikutinya ke mobil mereka tetapi pemuda itu menolak.     

"Tidak usah. Aku tidak kenal kalian, aku tidak mau naik mobil orang asing. Kalau bosmu ingin bertemu denganku, ia harus menghargaiku untuk datang dengan kemauanku sendiri."     

Akhirnya Mischa yang mengambil keputusan dan mengangguk, "Baiklah, silakan ikuti kami."     

Ia dan Kai masuk ke dalam mobil mereka dan beranjak keluar area kampus dengan Terry mengikuti mereka dari belakang.     

Ia merasa agak tegang karena akan masuk ke sarang macan. Tetapi di satu sisi ia merasa lega karena Wolf Pack masih memantaunya dan di sisi lain ia melihat bagaimana sikap kedua orang yang menjemputnya itu. Mereka berdua memperlakukannya dengan hormat. Sepertinya Aleksis memang memiliki hubungan baik dengan mereka dan demi menghargai Aleksis mereka bersikap baik kepada Terry.     

Astaga ... ia tak sabar, sebentar lagi akan bertemu langsung dengan Pangeran Siegfried.     

Seperti apakah orangnya? Ia sungguh penasaran. Walaupun Aleksis kadang-kadang aneh, Terry tahu bahwa adiknya itu adalah seorang gadis yang pintar dan memiliki hati yang baik. Ia tak yakin Aleksis bisa dicuci otak oleh seseorang untuk jatuh cinta dan melakukan hal-hal bodoh.     

Pasti ada sesuatu...     

***     

Di penthouse yang juga berfungsi sebagai pusat observasi, Lauriel dan Jean hanya bisa saling pandang saat melihat dari layar hasil percakapan antara Terry dan kedua assassin yang menjemputnya. Mereka tidak mengira keduanya bersikap sangat baik kepada Terry. Endo dan Marion yang sudah membayangi Terry bersama beberapa anak buah Max yang menyamar sama sekali tidak perlu turun tangan. Terry baik-baik saja.     

"Kau lihat, kan? Anakmu aman," kata Lauriel sambil menoleh ke arah Jean yang memaksa ikut mengamati setelah mengetahui anaknya akan dilibatkan dalam misi kali ini.     

"Iya, aku percaya pada kalian," jawab Jean. Ia mengetuk-ketukkan jarinya ke meja sambil berpikir, "Menurutmu apa yang mereka inginkan dari Terry?"     

"Konfirmasi," jawab Lauriel. "Mereka sudah bertanya kepadaku, sebagai ayah angkat Aleksis, tentang keberadaan Aleksis. Kini mereka ingin mengonfirmasi bahwa Aleksis memang diculik dari kakak kandungnya. Aku yakin mereka tidak akan mengganggu Terry. Sejauh ini aku bisa melihat bahwa orang-orang ini sungguh peduli pada Aleksis."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.