The Alchemists: Cinta Abadi

Menjebak Alaric (3)



Menjebak Alaric (3)

0Endo memberi tanda kepada Max dan pria tinggi besar itu memerintahkan beberapa anak buahnya menarik Takeshi dari lantai dan memasukkannya ke dalam mobil. Mereka harus membuangnya jauh dari situ agar ia dapat pergi mencari Alaric.     

Setelah semuanya pergi Endo mendatangi Lauriel dan bertanya apa rencananya dengan Rosalien.     

"Aku akan merawatnya," kata Lauriel pendek. Ia masih belum ingin membiarkan Rosalien mati. Ada hal-hal yang ingin diketahuinya tentang Rhionen Assassins dan mengapa mereka begitu setia kepada pimpinannya.     

Selama ini hampir tidak ada informasi yang dapat diperoleh tentang mereka dan ia ingin memaksa Rosalien bicara, jika seandainya nanti rencana mereka untuk menjebak Alaric gagal. Ia masih dapat digunakan dalam rencana cadangan.     

Lauriel masuk ke tempat Rosalien ditahan dan melihat gadis itu masih mengeluarkan banyak darah dan hampir pingsan karenanya, tetapi dengan keras kepala ia tetap bertahan agar tetap sadar.     

Lauriel melepaskan rantai dari tubuh Rosalien dan memeriksa mulutnya. Lidahnya memang hampir putus dan kecil kemungkinannya untuk dapat disambung lagi untuk dapat berfungsi dengan normal.     

Gadis ini sungguh mengerikan, pikirnya. Ia belum pernah bertemu perempuan senekat ini sebelumnya. Ia sungguh tidak takut mati.     

Lauriel mengambil dua butir obat dan memaksakannya masuk ke mulut Rosalien dan membuat gadis itu menelannya. Rosalien tampak kaget melihat Lauriel sepertinya sedang mengobatinya, tetapi karena lidahnya rusak ia tak dapat bertanya dan hanya bisa menatap Lauriel dengan penuh kebencian.     

"Rupanya kami masih membutuhkanmu," kata Lauriel acuh. "Kau jangan berharap mati dengan cepat."     

Ia lalu memerintahkan anak buah Max membawa Rosalien ke ruangan untuk diobati sementara seorang dokter dipanggil untuk merawat lukanya.     

***     

Takeshi siuman ketika hari sudah malam. Ia melenguh kesakitan saat merasakan luka-luka di tubuhnya. Ia bangkit perlahan-lahan dan menyadari ia dibuang di areal kosong dekat bandara. Ia segera memeriksa tubuhnya untuk mencari pelacak atau penyadap atau alat apa pun yang digunakan penawannya untuk melacaknya. Tidak ada.     

Tidak ada ponselnya untuk menghubungi bantuan. Hanya ada alat komunikasi kecil yang diberikan Endo dan kalung Aleksis. Ugh.. ia harus segera mencari cara untuk menghubungi Pavel. Ia tidak boleh langsung menghubungi Alaric jika seandainya ia memang disadap.     

Dengan tertatih-tatih ia berjalan mencari jalan besar dan setelah beberapa lama menemukan tempat parkir umum yang sepi. Setelah melihat sekelilingnya, Takeshi mencoba mencari sepotong besi yang dapat ia gunakan untuk membongkar pintu salah satu mobil yang sedang diparkir dan pergi dari situ.     

Ia beruntung karena menemukan besi yang dicarinya di dekat sebuah sedan berwarna biru. Kebetulan sekali itu merupakan mobil lama yang masih dapat dibongkar dengan dari luar. Persis seperti yang ia butuhkan.     

Dengan terburu-buru ia membongkar pintunya dan segera masuk ke dalam. Setelah membongkar sistem penyalaannya ia dapat segera menyalakan mobil itu dan mengendarainya keluar area itu.     

Setelah Takeshi menghilang, tampak dua sosok bayangan, yang tadi bersembunyi di balik gelapnya jendela mobil beberapa puluh meter dari situ, keluar dari dalam mobil dan saling bertukar pandang.     

"Kau masih sehebat dulu," puji Endo pada Marion yang tersenyum lebar sambil mengulurkan tangan kanannya dengan telapak tangan terbuka. Endo lalu mengeluarkan selembar uang 100 dolar dan menaruhnya di tangan Marion.     

"Tentu saja, ia akan mengambil mobil terdekat untuk keperluannya. Aku sengaja taruh besinya di sana. Ia akan membuang bajunya karena mengira kita menaruh pelacak di sana, padahal pelacaknya ditaruh di mobil." Marion menerima uang kemenangan taruhannya sambil tersenyum lebar.     

Keduanya lalu masuk ke dalam mobil dan kembali ke penthouse. Marion harus segera bersiap menjadi Aleksis karena buruan mereka sudah hampir terlacak.     

***     

Alaric sangat terkejut ketika mendengar kabar dari Pavel. Takeshi telah ditemukan dan keadaannya tidak baik. Rosalien masih hilang dan kemungkinan mati.     

"A... apa?" Wajahnya yang biasanya terlihat teduh dan tidak terpengaruh menjadi merah karena marah. Kedua assassins yang ditangkap itu bukan hanya anak buah baginya.. Mereka adalah anak-anak angkatnya yang ia rawat sejak mereka masih kecil.     

Ia sudah tahu Rosalien-lah yang bersalah hingga menyebabkan ia dan Takeshi ditangkap polisi dan kini rupanya ditawan oleh kelompok lain yang tidak diketahui asal-usulnya, tetapi bahkan ia takkan membiarkan Rosalien mati tanpa berbuat apa-apa.     

"Takeshi juga berkata bahwa kelompok itu menahan Nona Aleksis. Mereka mengetahui hubungannya dengan Tuan dan memanfaatkan hal itu untuk memaksa Anda menuruti keinginan mereka," kata Pavel lagi, suaranya terdengar seolah ia berusaha keras menahan marah.     

Pavel tidak pernah menyukai Aleksis, tetapi ia berusaha mendukung apa pun yang dilakukan tuannya karena ia melihat bahwa Aleksis membuat Alaric bahagia. Namun setelah semua yang terjadi ini, Alaric berubah dan kini bahkan dua orang assassins anggota mereka ditangkap pihak yang tidak mereka ketahui identitasnya.     

Kini musuh bahkan ingin menggunakan Aleksis untuk menjebak tuan mereka. Entah apa yang akan menjadi tuntutan mereka nantinya, ia tidak mau membayangkan. Pavel ssungguh berharap Aleksis mati saja dan berhenti memberi mereka masalah.     

"Mereka menahan Aleksis? Dari mana mereka mengenal Aleksis? Apa mereka mengetahui hubungan kami?" Alaric tertegun. Ia dan Aleksis sangat merahasiakan hubungan dan identitas mereka. Siapa gerangan yang mengetahui semua ini? "Apa buktinya mereka memang menahan Aleksis?"     

"Aku akan memastikan Takeshi aman dari pelacak terlebih dulu, nanti kami akan menemui Tuan." Pavel menghela napas, "Tuan mau aku memanggil anggota kita yang lain? Kai dan Mischa sudah tiba di Singapura. Mereka akan segera ke tempat Tuan."     

Alaric merenung sesaat. Ia bahkan tidak tahu apa permintaan orang-orang yang menahan Aleksis.     

Oh, Aleksis...     

Ia merasa sedih karena tadinya mengira begitu ia tiba di Singapura ia akan dapat mencari Aleksis. Walaupun gadis itu belum mengingatnya, ia akan merasa lega kalau bisa memastikan bahwa gadis itu memang baik-baik saja.     

Tetapi kini ia mengetahui bahwa ternyata Aleksis diculik lagi, kali ini oleh kelompok yang tidak dikenal. Ia teringat perkataan Aleksis dulu bahwa ia diberikan pengawal pribadi oleh ayahnya karena ia sering menjadi target orang-orang jahat ...     

Alaric merasa bersalah karena menjadi penyebab kematian Kurt Van Der Ven ... Tentu dengan kematian ayahnya Aleksis menjadi semakin tidak aman.     

Oh, betapa Alaric sangat ingin segera menemukannya, agar ia dapat melindungi gadis itu dari siapa pun yang ingin menyakitinya. Ia tidak peduli lagi dengan keluarga gadis itu. Ia akan membawanya ke tempat yang jauh dan tersembunyi, dan hidup hanya berdua dengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.