The Alchemists: Cinta Abadi

Rosalind tidak akan bicara



Rosalind tidak akan bicara

0Rosalind menatap Lauriel dengan pandangan datar. Sesaat tadi ia mengerang marah karena mengira Lauriel meracuninya, tetapi setelah mendengar nama cairan yang ia minum, Rosalind menjadi lebih tenang. Apa pun yang terjadi, ia tidak akan memberikan apa yang diinginkan dua orang misterius ini, pikirnya.     

Walaupun ia diberikan serum kebenaran, Rosalind hanya perlu menolak bicara, maka mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa.     

"Berapa usiamu?" tanya Lauriel sambil duduk bersimpuh di depan Rosalind. Gadis itu mengatupkan bibirnya kuat-kuat.     

Tetapi entah kenapa otaknya menolak bekerja sama. Rosalind tak dapat mempercayai telinganya sendiri ketika ia mendengar suaranya menjawab pertanyaan Lauriel.     

"Dua puluh tujuh tahun."     

Wajah Rosalind seketika dipenuhi horor. Ia tak dapat mengendalikan otaknya yang seharusnya menolak buka suara sama sekali. Apa yang tadi diminumnya? Siapa orang-orang ini sebenarnya?     

"Hmm.. bagus." Lauriel tersenyum untuk pertama kalinya. Serum buatannya dan Aldebar ini ternyata cukup ampuh. "Kau bisa mengira berapa usiaku?"     

"Dua puluh lima tahun." Lagi-lagi Rosalind terkejut. Ia kembali menjawab pertanyaan Lauriel. Ia tak peduli pada pertanyaan remeh itu dan sama sekali tidak berniat menanggapi pertanyaan-pertanyaan pria itu, tetapi lagi-lagi ia tak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Pelan-pelan mulai terlihat setitik rasa takut di matanya.     

"Kau salah." Lauriel menatap Rosalind dengan sangat serius, memastikan gadis itu mengerti ucapannya dengan baik. "Umurku 570 tahun."     

Rosalind menatap Lauriel lekat-lekat berusaha mencari tanda bahwa pria itu sedang bercanda atau sengaja menghina kecerdasannya, tetapi anehnya dari wajah Lauriel ia dapat melihat bahwa pria itu 100% serius dengan ucapannya.     

570 tahun??? Yang benar saja!     

Sementara itu Marion mengerutkan kening mendengar Lauriel memberi tahu tawanan mereka tentang usianya yang sebenarnya. Apa-apaan ini? Apakah Lauriel berniat untuk langsung membunuhnya? Bukankah lebih baik kalau mereka dibiarkan hidup sebagai sandera?     

Kalau rencana pertama mereka gagal, mereka bisa menjadikan orang-orang ini sebagai sandera untuk mendapatkan Alaric Rhionen... Marion tak habis pikir.     

"Kau tidak salah dengar," kata Lauriel lagi. "Aku sudah hidup hampir enam abad lamanya. Aku sudah bertemu begitu banyak orang dan mengetahui semua tipuan yang ada di dunia ini. Apa pun yang kau pikirkan, kami bukan lawanmu."     

Rosalind menyipitkan matanya dan mengamati Lauriel. Ia masih tak percaya pria tampan berwibawa di depannya ini sudah hidup selama itu. Tetapi mengapa ... mengapa wajahnya masih terlihat muda? Seperti ..     

Tiba-tiba saja Rosalind teringat ayah angkatnya yang sudah dikenalnya selama hampir 20 tahun dan ... wajahnya pun tetap terlihat muda seperti pria di depannya ini.     

Apakah, mereka berasal dari kaum yang sama? Siapa sebenarnya Alaric?     

Ia dan teman-temannya tidak pernah bertanya karena mereka menghormati pimpinan Rhionen Assassins dan menganggap keistimewaannya yang membuatnya seperti dewa itu sebagai suatu rahasia yang tidak untuk dibahas.     

Rosalind tidak pernah mengira pada suatu hari ia akan bertemu orang-orang seperti Alaric, yang tidak menua. Gadis itu menelan ludah.     

Satu orang Alaric saja sudah sangat mengesankan. Ada berapa orang seperti dirinya di dunia ini?     

Ia mempelajari wajah dan penampilan Lauriel. Entah kenapa penampilan Lauriel mengingatkannya akan Alaric. Wajah mereka memang berbeda, tetapi ia merasa keduanya memberikan kesan yang sama kuatnya. Apakah semua orang dari kaum ini memiliki penampilan begini?     

Apakah Alaric tahu bahwa ia dikejar orang-orang dari kaumnya? Apakah ini musuh ayah angkatnya?     

Untuk pertama kalinya Rosalind menyesali tindakan cerobohnya di stadium kemarin yang mengakibatkan dirinya dan Takeshi tertangkap seperti ini. Ia tak pernah mengira mereka akan berhadapan dengan orang-orang misterius yang demikian menakutkan.     

"Hmm... kulihat sekarang kau percaya padaku." Lauriel tersenyum tipis. "Aku perlu nama semua anggota Rhionen Assassins dan identitas mereka."     

Dengan sekuat tenaga Rosalind mengeraskan rahangnya dan berusaha menolak menjawab. Terlihat jelas pergulatan di kepalanya saat butir-butir peluh mengaliri keningnya.     

Ketika bibirnya membuka, dengan susah payah ia berusaha mengendalikan ucapannya.     

"Ke ...kenapa kau mengincar kami?? Siapa kau??" serunya dengan sekuat tenaga, berusaha tidak menjawab pertanyaan Lauriel.     

Lauriel agak kagum melihat kekerasan hati Rosalind dan kegigihannya melawan.     

"Hmm, baiklah. Biar adil. Aku akan memberi tahu kenapa." Lauriel mengangkat dua jari tangan kanannya, "Dua alasan. Aleksis dan Kurt Van Der Ven."     

Mata Rosalind terbelalak. Ia sama sekali tidak menduga kedua orang yang menahannya ini memiliki hubungan dengan kedua nama itu.     

Ia masih ingat dengan jelas kematian Kurt dua bulan lalu, karena setelah itulah Alaric mengumpulkan mereka semua dan membubarkan Rhionen Assassins. Tetapi Aleksis ... ia baru melihat gadis itu kemarin.     

"Ada apa dengan mereka?" tanya Rosalind dengan nada galak. "Kurt membunuh dirinya sendiri, sedangkan Aleksis aku tak mengerti kenapa kau harus menyalahkan kami, kemarin ia masih baik-baik saja!!" tukas Rosalind kemudian.     

Ia kini menjadi yakin bahwa kedua orang ini adalah suruhan keluarga Van Der Ven atau keluarga Schneider yang ingin membalas dendam kepada mereka.     

"Kurt mati karena kalian dan Aleksis terkena kecelakaan sebagai akibat dari kalian membasmi satu kelompok mafia di Singapura yang menjadi dendam kepada Aleksis. Keluarga Schneider tidak dapat membiarkan kalian." Lauriel sangat merindukan Aleksis dan menyebut namanya di depan Rosalind membuatnya menjadi emosional. "Tugasku adalah memberi hukuman kepada para pelakunya."     

Rosalind kini sadar bahwa orang-orang ini bukan orang sembarangan dan kalau ia sampai memberikan informasi tentang teman-temannya sesama assassin yang lain, orang-orang ini pasti akan dengan mudah menemukan mereka.     

"Aku ingin kau memberiku data semua anggota Rhionen Assassins, dimulai dari pimpinannya."     

Rosalind berusaha sekuat tenaga untuk melawan pikirannya, tetapi hal itu sangat sulit dilakukan. Pelan-pelan bibirnya sudah mengeluarkan jawaban yang diminta Lauriel.     

"Pimpinan kami adalah Alaric Rhionen. Ia membawahi ke-15 assassins yang tersebar di seluruh dunia."     

Lauriel dan Marion saling pandang. Mereka tidak menyangka anggota Rhionen Assassns ternyata hanya 15 orang. Tadinya mereka mengira dengan tingkat reputasi Rhionen Assassins yang demikian mengesankan, seharusnya jumlah mereka sudah puluhan bahkan ratusan orang.     

Artinya kelompok ini walaupun kecil namun sangat tangguh dan mematikan. Pantas saja mereka dianggap kelompok assassins terbaik dan paling misterius di dunia ini. Sayangnya kali ini mereka menemui lawan yang sama sekali bukan tandingan mereka, The Wolf Pack yang sudah hidup ratusan tahun.     

"Siapa dan di mana Alaric Rhionen sekarang?" tanya Lauriel lagi. Ia hanya ingin memastikan Alaric Rhionen, sang pimpinan Rhionen Assassins adalah orang yang sama dengan pemilik Rhionen Industries.     

Rosalind berusaha lebih keras lagi melawan efek veritaserum.     

"Alaric sedang menuju ke Singapura..." keluar juga jawaban dari bibir Rosalind. Gadis itu tambah merasa tertekan. Ia masih berusaha keras melawan pengaruh veritaserum tetapi ia tahu ia akan gagal.     

Setetes air mata mengalir dari kedua sudut matanya saat ia membayangkan bahwa sebentar lagi ia akan membahayakan nyawa ayah angkatnya dan teman-temannya dengan membuka rahasia tentang mereka. Ia tak sanggup menghadapi dirinya sendiri kalau sampai itu ia lakukan.     

Ia tidak boleh membiarkan mereka mendapatkan informasi yang mereka inginkan.     

Rosalind hanya bisa melakukan cara terakhir ini untuk melindungi keluarganya. Mereka tidak boleh tertangkap. Cukup dia saja.     

Ia memejamkan mata dan membayangkan wajah Alaric dan satu persatu saudara angkat dan teman-temannya di Rhionen Assassins. Hanya ini satu-satunya cara untuk melindungi mereka.     

"Heii.. apa yang kau lakukan!!??" Lauriel buru-buru mencengkram leher Rosalind ketika melihat gadis itu melakukan usaha berani mati.     

Tapi ia terlambat.     

Sangat banyak darah telah mengalir keluar dari mulut Rosalind.     

Tanpa terduga oleh Lauriel dan Marion, Rosalind tiba-tiba dengan sekuat tenaga menggigit lidahnya sendiri hingga hampir putus. Ia tidak rela memberikan informasi apa pun kepada mereka!     

Mereka boleh memberinya veritaserum dan memanipulasi otaknya untuk menjawab, tetapi tanpa lidahnya ... Rosalind tidak akan dapat bicara.     

Dengan menahan rasa sakit, gadis itu memasang senyum dingin sambil menatap Lauriel dengan sikap menantang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.