The Alchemists: Cinta Abadi

Dua lawan satu



Dua lawan satu

0Marion dengan lincah tahu-tahu sudah ada di belakang Takeshi dan Rosalind yang dengan tenang melalui pemeriksaan polisi agar dapat keluar dari venue. Polisi dan tim keamanan stadium telah memasang gate pemindai sinar-x tingkat rendah dan dengan efisien memerintahkan semua orang yang hendak keluar untuk lewat melalui pintu itu.     

Sungguh masif penyaringan yang dilakukan polisi dengan cepat membebaskan para penonton yang tidak bersalah karena tidak ditemukan logam maupun sisa mesiu di tubuh mereka, meniru proses pemeriksaan keamanan bandara yang terbiasa menangani ribuan orang dalam waktu singkat.     

Ketika tiba giliran Takeshi dan Rosalind melewati gate pemindai, Marion telah bergerak lincah menghampiri Max, kepala keamanan Billie Yves yang tadi dikenalnya sekilas. Ia menggamit pria kulit hitam bertubuh tinggi besar itu dan menunjukkan foto di ponselnya.     

Max sangat terkejut melihatnya. Ia buru-buru bicara di walkie-talkie-nya dengan anak buahnya yang sedang berjaga di gate pemindai dengan beberapa polisi. Rosalind baru melewati pintu dengan langkah santai. Alatnya sama sekali tidak berbunyi.     

"Maaf, Nona... tolong tunggu di sini dulu. Bos kami ingin bertemu." Anak buah Max dengan hormat menghadang langkahnya yang hendak mengikuti orang-orang sebelum dirinya yang diizinkan keluar.     

Rosalind tampak terlengak. Ia tidak mengira akan dihentikan seperti ini. Siapa pun tidak akan curiga pada gadis mungil berwajah imut-imut itu. Ia menoleh kepada Takeshi yang langsung datang menghampirinya setelah melewati pintu pemindai.     

"Ada apa ini? Kalian mencurigai kekasihku?" tanyanya dengan nada galak.     

Anak buah Max terbiasa menghadapi berbagai macam orang. Ia tidak mempedulikan sikap Takeshi yang kasar maupun Rosalind yang sok lugu. Dengan tenang ia menunggu kedatangan Max dan Marion yang segera muncul.     

Max menatap Rosalind dengan dahi berkerut. Ia sama sekali tidak mengira gadis mungil ini ... adalah seorang pembunuh. Ia mendatangi seorang polisi berpangkat tinggi yang ada di situ lalu berbisik-bisik kepadanya. Takeshi dan Rosalind mulai merasa ada sesuatu yang salah, tetapi keduanya tetap bersikap tenang.     

"Maaf, Nona, Anda harus ikut kami ke kantor polisi." kata Kepala Polisi Archie Lam sambil menghampiri Rosalind.     

Takeshi segera memosisikan dirinya di depan Rosalind dan menghadang langkah kepala polisi. "Tidak aku izinkan."     

"Kau juga ikut ke kantor," kata kepala polisi dengan gusar. Ia memberi tanda kepada anak buahnya dan dalam waktu sekejap kedua pembunuh profesional dari Rhionen Assasins itu sudah dikepung.     

Dalam hati Takeshi ingin memarahi Rosalind yang tadi gelap mata dan sembarangan menyerang orang hingga kini mengakibatkan mereka dalam keadaan sulit seperti ini. Tetapi itu bisa menunggu. Saat ini mereka harus lolos dulu dari kepungan para polisi dan petugas keamanan.     

Tanpa peringatan ia meloloskan pisau panjang berbahan keramik yang ia sembunyikan di kakinya di balik celana panjang. Sebagai pembunuh profesional mereka sudah biasa membawa senjata yang tidak dapat terdeteksi karena tidak mengandung logam, seperti pisau atau pedang dari keramik dan alat peledak berbahan non logam.     

Dengan ahli ia segera membuat gerakan memutar yang sangat cepat untuk menyerang lawan dan sekejap saja sudah memakan korban jiwa para polisi yang ada di dekatnya. Yang lain secara refleks menghindar dan menembak, tetapi Takeshi telah mengambil senjata polisi yang tewas di dekatnya dan balas menembak sambil menggunakan salah satu tubuh polisi itu sebagai tameng.     

Para polisi yang kaget serentak menahan tembakan. Mereka tak tega menghujani tubuh rekan mereka dengan peluru setelah kematiannya yang sangat mengenaskan.     

Rosalind telah menghilang begitu keributan terjadi dan segera menyandera seorang gadis remaja yang terpana ketakutan, untuk memaksa polisi berhenti menyerang.     

"Jangan coba-coba... aku tahu bagaimana membuat gadis ini cacat seumur hidup!! Aku tidak akan membunuhnya... tetapi aku akan membuatnya lebih menderita daripada kematian itu sendiri. Kalau kalian mendekat, kalian yang akan bertanggung jawab atas penderitaannya..!!"     

Suara gadis cantik mungil itu terdengar sangat dingin dan mengerikan. Rosalind sudah tersudut. Ia tidak takut mati dan tidak segan-segan melaksanakan ancamannya, tetapi tentu ia tidak ingin mati kalau ia dapat bernegosiasi dengan polisi. Ia masih ingin menikmati hidup.     

"Lepaskan anak itu ..." Tiba-tiba Marion datang mendekati Rosalind dengan sepasang tangan terangkat. "Kau boleh membawaku sebagai sandera, tetapi jangan anak itu."     

Rosalind memicingkan matanya melihat keberanian Marion yang mendekatinya perlahan-lahan.     

Gila, gadis ini tidak takut mati? Siapa dia sebenarnya? pikir Rosalind.     

Tadi ketika ia dan Takeshi memperhatikan rombongan Billie, tubuh Marion tertutupi oleh tubuh Jean sehingga ia tidak kelihatan oleh pandangan mata Rosalind.     

"Siapa kau? Apa kau polisi?" tanyanya dengan nada mengejek.     

Marion menggeleng dengan sabar.     

"Aku bisa membawamu keluar dari sini dengan aman," Marion menoleh ke arah Max, "Benar kan, Max?"     

Max tak mengerti apa rencana Marion, tetapi ia hanya bisa mengangguk.     

Rosalind menoleh ke arah Takeshi dan mengangguk. Pemuda itu menjatuhkan mayat polisi yang dipakainya sebagai perisai dan mendekati Marion. Dengan cepat leher gadis itu telah ada dalam cengkramannya.     

"Sekarang kami punya dua sandera. Kalau kalian tidak menyiapkan helikopter untuk kami pergi dari sini, kalian akan melihat sendiri bahwa ancamanku tidak main-main," Rosalind menyeringai penuh kemenangan. "Aku akan menghitung sampai 10. Kalau kalian tidak menyanggupi, maka, maaf sekali ... nyawa dan masa depan kedua orang ini ada di tangan kalian."     

Marion tampak sangat kesakitan saat lehernya dicengkram oleh Takeshi dan wajahnya memerah, "Le ... lepaskan tanganmu, aku tidak bisa bernapas," bisiknya dengan suara tertahan. Tangan kanannya berusaha memegang tangan Takeshi dan menariknya agar lepas, tetapi pemuda itu malah semakin mengencangkan cengkramannya.     

"Brengsek ... kalian memang brengsek," maki Marion sambil terus menarik tangan Takeshi. Usahanya sia-sia saja, karena Takeshi semakin mengeratkan cengkramannya untuk menunjukkan bahwa ia serius. Setelah berusaha melepaskan diri selama setengah menit, akhirnya tubuh Marion terkulai lemas, dan menggelosor ke bawah.     

"Eh ..." Takeshi terkejut karena ia tidak menyangka gadis yang disanderanya demikian lemah. Sandera yang pingsan lebih menyusahkan daripada sandera hidup, karenanya ia segera melepaskan Marion.     

Marion terbaring di tanah tidak bergerak dan Takeshi segera berjalan menghampiri Rosalind. Mereka berdua bisa lolos dari sini dengan satu sandera saja, pikirnya.     

Baru dua langkah ia berjalan, tiba-tiba saja tubuh Takeshi terhuyung dan kehilangan keseimbangannya. Sedetik kemudian ia jatuh ke tanah di sebelah Marion.     

"Ugh... Takeshi, kau kenapa!!" Secara refleks Rosalind membuang tubuh gadis dalam sanderaannya dan memburu saudara angkatnya.     

Saat ia tiba di tempat Takeshi dan bersimpuh di sisinya, Rosalind menjadi lengah dan tidak melihat Marion bangun lalu menancapkan sebatang jarum ke tengkuknya, seperti tadi ia meracuni tangan Takeshi saat berpura-pura melepaskan diri dari cengkramannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.