The Alchemists: Cinta Abadi

SPOILER: Aleksis Bangun (sama dengan bab 277)



SPOILER: Aleksis Bangun (sama dengan bab 277)

0Ini spoiler yang sama dgn bab 277. Ada error di perhitungan SS, jadi bab yang spoiler sebelumnya diabaikan saja ya.. Hanya buka bab ini kalau kalian mau tahu spoiler saat Aleksis bangun.     

.     

.     

*****************************************     

.     

Tepat saat itu Aleksis membuka matanya.     

Nicolae yang sedang mendengarkan penjelasan dari ayahnya lewat telepon hanya dapat mengangguk dan mendesah berkali-kali mengetahui apa yang terjadi.     

"Lalu di mana Marion sekarang?" tanyanya dengan penuh perhatian.     

"Kami berusaha merawatnya tetapi ia menolak bertemu siapa pun setelah peristiwa itu," kata Lauriel. Ia menarik napas panjang. "Aku merasa ia trauma. Ia tidak mau bertemu denganku sama sekali. Ia hanya minta segera diantar pulang ke rumahnya di Swiss. Jean yang menemaninya. Mungkin kalau mereka tiba, kau bisa mengunjungi Marion dan memeriksa keadaannya."     

"Baiklah, Ayah." Nicolae memutar tubuhnya dan saat ia menghadap Aleksis yang berbaring di tempat tidur, sepasang mata mereka bertemu. Ponsel Nicolae jatuh karena kekagetannya. Tanpa sadar ia berlari menghambur ke arah Aleksis. "Kau ... kau sudah bangun??"     

Ia tidak mempedulikan suara ayahnya yang memanggil-manggil lewat telepon. Perhatiannya sepenuhnya ditujukan kepada sang putri tidur yang telah bangun dari mimpinya yang panjang.     

"Mmm... di mana aku?" tanya Aleksis lirih. Ia berusaha menggerakkan tubuhnya untuk duduk tetapi ia hampir tak mampu bergerak. Nicolae dengan bersemangat tetapi penuh kehati-hatian membantu gadis itu duduk di tempat tidurnya.     

"Kau di rumah, di Swiss. Aku di sini untuk memeriksa keadaanmu." Nicolae tersenyum menatap Aleksis dengan sepasang mata berkaca-kaca. Ia tak menyangka Aleksis akan bangun demikian cepat. "Kau koma selama hampir dua bulan akibat kecelakaan di kampus. Tubuhmu memulihkan diri dengan kecepatan luar biasa."     

"Oh ..." Aleksis mengerutkan kening berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi.     

Dua bulan ...? Lama sekali ...     

Apakah ... apakah Alaric mencarinya selama ini? Bagaimana keadaannya? Di mana Alaric sekarang? Aleksis seketika merasa panik.     

"Ponselku ... di mana ponselku?" tanya Aleksis dengan suara mendesak. Yang ia maksudkan adalah ponsel Takeshi yang diberikan kepadanya. Ia HARUS menghubungi Alaric!     

"Uhm... ponselmu tidak ada. Kau perlu? Kau bisa menggunakan ponselku dulu." Nicolae buru-buru mengambil ponselnya dari lantai dan menyerahkannya kepada Aleksis.     

"Bukan, bukan yang ini. Aku perlu ponselku." Aleksis hampir menangis. Ia merasa putus asa. Sudah dua bulan ia tak memberi kabar kepada suaminya, tentu Alaric akan sangat kuatir.     

Nicolae merasa kasihan melihatnya lalu buru-buru bangkit, "Uhm... sebentar, aku bisa mengambilkan jam ponselmu yang baru, ada di ruang kerja ayahmu. Aku sudah mengganti chip yang rusak dulu."     

Aleksis tertegun. Ternyata Nicolae menepati janjinya dan memperbaiki chip penting itu. Ia merasa sangat terharu.     

Pemuda itu kembali 15 menit kemudian dengan jam ponsel yang sangat mirip dengan milik Aleksis yang hilang.     

"Ini, kau mau menelepon? Aku akan memberimu privasi." katanya sambil menyerahkan jam ponsel itu, lalu buru-buru pergi ke luar kamar.     

Aleksis menatap punggung Nicolae yang pergi keluar kamarnya dengan pandangan penuh terima kasih. Ia memeluk jamnya di dada dan buru-buru menghapus air matanya.     

Ia sangat lega, chip itu ada di ponselnya, ia dapat menghubungi Alaric. Dengan tangan gemetar ia memencet satu demi satu nomor telepon Alaric yang diingatnya di luar kepala.     

Satu deringan. Dua deringan.     

Sepuluh deringan.     

Tidak ada yang mengangkat.     

Aleksis menelpon berkali-kali dan berulang-ulang, tetap tidak ada yang mengangkatnya.     

Apakah Alaric tidak menggunakan nomor ini lagi? Apakah chipnya tidak berfungsi? Apa yang terjadi sebenarnya??? Siapa yang bisa kuhubungi untuk mencari Alaric??     

Karena frustrasi Aleksis akhirnya membanting jamnya dan menangis tersedu-sedu. Nicolae yang mendengarnya menangis segera kembali ke kamarnya dan duduk di samping pembaringan gadis itu.     

"Ssshh... siapa yang ingin kau hubungi? Apakah aku bisa membantu?" tanyanya dengan suara lembut.     

Aleksis menggigit bibirnya. Ia tak tahu apakah ia dapat menceritakan kepada Nicolae atau tidak.     

Akhirnya ia hanya bisa menggeleng. Ia tak dapat menceritakan tentang Alaric kepada mereka. Ia tidak tahu bagaimana sikap mereka terhadap Alaric sekarang. Ia tak boleh membahayakan suaminya.     

Nicolae menghela napas panjang melihat Aleksis yang keras kepala.     

"Apakah orang yang ingin kau hubungi adalah Alaric Rhionen?" tanyanya lagi, kali ini tanpa basa-basi.     

Sontak Aleksis menatapnya dengan wajah terkejut. "Da ... dari mana kau tahu?"     

Nicolae menunduk, tidak sanggup menatap wajah Aleksis. "Maafkan aku."     

Suaranya yang terdengar penuh penyesalan membuat Aleksis seketika mengerti bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Tubuhnya yang masih lemah tak sanggup menahan beban stress yang demikian berat, akhirnya Aleksis kembali terkulai pingsan.     

Nicolae buru-buru memperbaiki posisi tubuh Aleksis dan membaringkannya dengan nyaman. Ia mengerti bahwa Aleksis yang cerdas telah dapat mengira ada hal buruk yang terjadi pada Alaric dan itu membuatnya terpukul.     

Ia segera menelepon ayahnya dan melaporkan apa yang terjadi. Lauriel yang sangat bahagia mengetahui anak angkatnya sudah terbangun dengan tidak sabar segera bersiap untuk terbang ke Swiss, dan ia segera memberi tahu orang tua gadis itu bahwa anaknya telah siuman.     

Nicolae lalu memeriksa detak jantung Aleksis dengan stetoskop untuk memastikan keadaannya baik-baik saja atau tidak, agar ia dapat segera mengambil tindakan medis yang tepat.     

"Eh ... apa ini?" ia mengerutkan kening dan berkali-kali memastikan bahwa ia tidak salah dengar.     

Apakah alat ini rusak?     

Akhirnya ia melempar stetoskopnya dan mengambil Doppler untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.     

Wajahnya seketika menjadi pucat. Memang ada lebih dari satu detak jantung.     

Saat memeriksa detak jantung Aleksis dengan stetoskop, ia seperti mendengar bunyi detakan aneh selain detak jantung gadis itu. Ia mengira bahwa ia salah mendengar hingga berkali-kali, karena .. ini tidak mungkin kan?     

Tetapi setelah bolak-balik memastikan, ia dapat mendengar bahwa detak jantung Aleksis cukup teratur, namun di antara dentum-dentum denyut jantung gadis itu, ada denyut jantung lain yang sangat lemah namun terdengar bertalu-talu.     

Doppler barusan sudah memastikannya. Aleksis memang sedang hamil.     

.     

*Doppler = alat ultrasound portable     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.