The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan Alaric



Keputusan Alaric

0Alaric terbiasa bangun pagi walau selarut apa pun ia berangkat tidur. Tubuhnya telah memiliki sistem yang sangat teratur setiap harinya dan seperti hari ini tepat pukul 6 pagi ia pun terbangun. Dalam tidur ia kembali bermimpi buruk dan kali ini ia bangun dengan perasaan yang sangat lelah, lebih dari biasanya.     

Sebuah pesan di ponselnya segera menarik perhatiannya ketika ia bangkit dari tempat tidur dan tak sengaja melihat nyala sinar di ponselnya. Alaric tahu tidak seorang pun berani menghubunginya di saat ia tidur dan mengganggu istirahatnya, maka mereka akan menunggu hingga pagi, seperti sekarang.     

[Ada berita menarik di group universitas St Mary di Splitz. Mungkin Tuan ingin membukanya.]     

Ia mengenali gaya tulisan Takeshi dan segera mencari berita yang dimaksudkan pemuda itu.     

Selama lima menit yang panjang Alaric terpaku menatap ponselnya dan melihat berbagai berita dan gosip di antara mahasiswa kampus St. Mary tentang kedatangan Aleksis.     

Ia bahkan melihat beberapa foto gadis itu di sana!     

Keningnya berkerut dan untuk sesaat ia seolah kehilangan nalarnya. Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah Aleksis sudah dinyatakan meninggal oleh dokter di rumah sakit? Mengapa kini ia dapat kembali ke Singapura? Siapa yang berbohong kepadanya dan apa alasan mereka??     

Ia memencet nomor telepon Takeshi dan menghubungi anak angkatnya itu.     

"Aku mendengarkan," kata Alaric pendek.     

Takeshi berdeham dan memulai laporannya. "Ini kebetulan, Tuan. Hari ini beredar sangat banyak berita tentang Nona Aleksis di kampusnya, hingga memenuhi grup Splitz universitasnya. Ia tiba-tiba saja kembali. Kebetulan aku dan Rosalind sedang ada di Singapura untuk melakukan perjalanan ke Jepang, jadi kami segera memeriksanya."     

"Lalu?"     

"Ini benar Nona Aleksis. Dia mengalami kehilangan ingatan sementara karena koma beberapa minggu akibat kecelakaan itu. Sepengetahuan saya orang dengan cedera kepala memang bisa mengalami hal ini." Takeshi menoleh ke arah Rosalind yang memandangnya dengan tatapan agak kesal dan menggeleng, "Nona mengenali namaku, tetapi lebih dari itu ia tidak ingat apa-apa. Ia juga tidak mengenali rumah Anda."     

"Dia ada di situ?" tanya Alaric dengan suara bergetar. Ia tak mampu menahan desakan perasaannya.     

Takeshi mengirim foto Marion yang sedang duduk di tangga pualam di teras belakang dan mengagumi taman bonsai Alaric.     

Gadis di dalam foto itu terlihat persis seperti Aleksis dan untuk sesaat Alaric tak dapat berkata apa-apa. Ia sangat merindukan gadis itu. Selama sebulan ia memerangi perasaan sedih dan marah akibat kehilangan jejak Aleksis.     

Tetapi ia tidak boleh lengah.     

"Kau tidak menyelidiki kenapa dia bisa tiba-tiba muncul di kampusnya hari ini?" tanya Alaric dengan suara datar. Matanya menatap lekat-lekat foto di ponselnya. "Tidakkah ini kelihatannya mencurigakan? Setahuku Aleksis sangat menyukai privasinya dan tidak akan sembarangan menampakkan diri begitu saja, terutama setelah peristiwa yang terjadi ini."     

Takeshi terdiam. Ia tahu Alaric benar, dan tadi ia juga sudah memikirkan ini.     

"Tuan benar. Karena itu kami tidak buru-buru mengambil tindakan dan menunggu pendapat Tuan," kata Takeshi kemudian. Ia sama sekali tidak mau mengadu dan mengatakan bahwa Rosalind menyarankan untuk menyingkirkan Aleksis agar rahasia tentang kelompok mereka tidak terbuka ke pihak luar.     

Alaric teringat bahwa 8 tahun lalu Aleksis juga kehilangan ingatannya untuk sementara setelah ia jatuh dari mobil yang sedang melaju kencang. Perlahan-lahan ingatannya pun pulih dan ia mulai mengingat nama adiknya, Paman Rory, dan ayah ibunya. Mungkin sekarang juga akan demikian. Toh ia sudah mengingat nama Takeshi. Mungkin ia hanya perlu memberi waktu.     

Kalau gadis itu benar-benar Aleksis, dan ia memang kehilangan ingatannya, Alaric akan membiarkannya pulih dan menjaganya dari jauh. Hingga tiba saatnya, Aleksis ingat dan mencarinya. Untuk sekarang, ia harus berhati-hati dan tidak boleh memaksa masuk ke dalam kehidupan gadis itu.     

Alaric menarik napas panjang dan akhirnya mengambil keputusan.     

"Pulangkan dia ke rumah dan awasi dari jauh. Pastikan ia selalu baik-baik saja sampai ingatannya pulih. Kemungkinan ia kembali ke kampus karena ia ingin memulihkan ingatannya."     

Alaric punya satu cara untuk membuktikan apakah gadis itu sungguh-sungguh Aleksis atau bukan.     

Takeshi menutup teleponnya dan bertukar pandang dengan Rosalind. Ia lalu berjalan keluar dan menghampiri Aleksis.     

"Terima kasih Nona sudah menunggu. Aku akan mengantar Anda pulang."     

Marion terkejut mendengarnya. Ia tidak mengira Takeshi akan membiarkannya pulang begitu saja. Apa yang terjadi? Apakah ia sudah menghubungi Alaric? Apa yang mereka putuskan? Mengapa Takeshi tidak memberitahunya apa-apa?     

"Uhm... aku tidak mengerti kenapa aku dibawa ke sini. Pertanyaanku belum terjawab," kata Marion dengan nada agak kesal. "Ada rahasia apa yang kalian sembunyikan dariku. Siapa kalian? Siapa pemilik rumah ini, dan kenapa aku dibawa kemari?"     

Takeshi tetap bersikap ramah dan penuh hormat kepada Marion saat menjawab pertanyaan-pertanyaan bernada jengkel dari gadis itu.     

"Aku membawa nona kemari untuk membantu memulihkan ingatan Anda. Mungkin hari ini masih belum bisa, tidak apa-apa, aku tidak ingin membuat Anda lelah. Kita coba lagi nanti. Dan seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, ini adalah rumah Anda. Semoga nanti Anda akan dapat mengingatnya."     

Dengan begitu Marion tidak dapat berargumen lagi. Ia tidak boleh terlalu memaksa dan membuat Takeshi curiga, pikirnya.     

"Baiklah, tolong antar aku pulang .." katanya kemudian.     

Takeshi memberi tanda agar Marion mengikutinya dan mereka pun keluar rumah. Android pengemudi taksi yang tadi tidak aktif kini sudah bekerja seperti biasa dan membukakan pintu untuk Marion. Takeshi memencet beberapa tombol di ponselnya dan segera saja mobil itu meluncur keluar melewati pintu gerbang.     

Setelah lima menit kendaraan itu menjauh dari mansion, barulah Marion dapat bernapas dengan lega. Ia tidak takut bahaya, tetapi situasi tadi di mana ia benar-benar sendirian dan tak dapat menghubungi siapa pun sungguh mengerikan. Bagaimana kalau orang-orang Rhionen Assassins itu ternyata bermaksud jahat kepada Aleksis? Mereka bisa membunuhnya tanpa meninggalkan jejak dan Wolf Pack takkan tahu apa yang terjadi kepadanya.     

Jean juga pasti akan kebingungan karena Marion tidak kembali ke penthouse dan sama sekali tidak ada kabar.     

Bah, kenapa aku jadi memikirkan Jean yang kebingungan? Aku dan dia kan tidak ada hubungan apa-apa? Untuk apa dia menguatirkanku ...? Aku juga tidak harus permisi kepadanya dan memberinya kabar. Marion merutuki dirinya sendiri.     

Ia mengakui sejak dicium Jean minggu lalu di Swiss, ia jadi sering membayangkan pria itu. Apalagi kemarin juga mereka ...     

Ugh ...     

Fokus, Marion! Tugasmu belum selesai. Ia menasihati dirinya sendiri.     

Marion kembali menghitung belokan dan putaran serta membuat peta kasar di kepalanya agar nanti setibanya di penthouse ia dapat memperkirakan letak mansion yang tadi didatanginya.     

Sepuluh menit kemudian ia sudah tiba di depan Gedung Continental. Mobil berhenti dengan halus di depan pelataran gedung dan pintu mobil tiba-tiba terbuka. Canggih sekali, pikirnya.     

Marion buru-buru meloncat keluar dan segera naik ke lantai 100. Ia harus memberikan laporan kepada teman-temannya.     

Walaupun saat ini ia tidak mendapatkan keterangan apa-apa yang berarti, tetapi mereka bisa melacak siapakah gadis yang tadi bersama Takeshi, lalu siapa pemilik mansion yang tadi didatanginya, dan mereka harus memikirkan cara untuk dapat menanam pelacak ke dalam tubuh Marion, sehingga jika terjadi lagi peristiwa seperti tadi, Marion akan dapat ditemukan, di mana pun ia berada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.