The Alchemists: Cinta Abadi

Pemilik rumah misterius



Pemilik rumah misterius

0Marion mengikuti saran Takeshi dan berjalan mengelilingi sesisi rumah besar itu untuk mencoba mencari informasi. Tentu saja ekspresinya dibuat seolah ia sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu, padahal diam-diam ia membuat catatan mental dan menganalisis seperti apakah pemilik rumah ini.     

Takeshi mengatakan ini adalah rumah Aleksis? Berarti Aleksis sering kemari. Padahal gadis itu tidak lama di Singapura. Kapan tepatnya Aleksis datang kemari? Setahu Marion pasti Aleksis diikuti oleh pengawal. Mengapa mereka bisa tidak mengetahuinya?     

Ia berjalan memasuki perpustakaan, ruang kerja, ruang makan, dan satu demi satu ruangan lainnya. Sama sekali tidak ada petunjuk apa pun yang berarti. Tidak ada foto atau hiasan yang bersifat pribadi.     

Ia lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu besar berwarna hitam di sebelah kiri. Kemungkinan ini adalah kamar tidur utama.     

Marion keheranan karena Takeshi sama sekali tidak berkata apa-apa ataupun berusaha mencegahnya masuk ke ruangan tertentu. Seolah pemuda itu ingin ia sungguh-sungguh mendapatkan ingatannya kembali dengan menjelajah setiap sudut rumah itu.     

Akhirnya Marion masuk ke dalam kamar utama. Benar dugaannya. Ini pasti kamar pemilik rumah karena ukurannya yang sangat luas dan kemegahannya. Semua dekorasinya berwarna gelap dan terlihat sangat maskulin. Marion melangkah ke setiap penjuru ruangan dan memeriksa apa saja yang bisa memberinya petunjuk.     

Sepertinya rumah ini masih ditinggali penghuninya mengingat masih banyak barang-barang pribadi seperti pakaian dan barang-barang lainnya. Marion meneliti pakaian dan barang-barang pria yang banyak disimpan di walk in closet dan menyadari bahwa ia merasa cukup familiar dengan selera berpakaian pemilik rumah.     

Ini mengingatkannya akan Lauriel. Semuanya serba ringkas namun elegan. Ia sangat mengenal gaya berpakaian Lauriel karena pria itu berbeda dari semua pria yang dikenalnya. Bagaimanapun Lauriel adalah seorang pangeran dari keluarga paling berpengaruh di Italia ratusan tahun yang lalu, ia secara tanpa sadar selalu terlihat elegan.     

Dalam hati Marion menjadi semakin tertarik ingin bertemu langsung dengan si pemilik rumah yang misterius. Mungkinkah ini rumah Alaric Rhionen sendiri?     

Apa hubungannya sebenarnya dengan Aleksis?     

Marion hanya bisa mengerucutkan bibirnya karena tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri.     

Ia harus mencari tahu.     

"Takeshi, aku tidak ingat apa-apa. Semakin aku berusaha, semakin kepalaku terasa sakit," kata Marion saat keluar dari kamar. Langkahnya terhenti seketika saat pandangannya membentur pada sosok seorang perempuan yang kini berdiri di samping Takeshi di ruang tamu. Marion segera mengambil sikap waspada dan menjaga jarak dari mereka berdua, "Siapa kau? Bukankah tadi kita bertubrukan di kampus? Apakah kau membuntutiku??"     

Rosalind hanya berdiri mematung menatapnya dengan pandangan rumit. Ia tidak mempedulikan Marion. Ia menoleh ke arah Takeshi.     

"Dia tidak ingat." Sepasang matanya tampak mendesak Takeshi yang hanya diam di tempatnya, "Belum terlambat untuk menyingkirkannya."     

Marion terkejut mendengar nada suara penuh kebencian dari gadis di depannya.     

Sebentar ... berarti tidak semua anggota Rhionen Assassins baik kepada Aleksis. Yang satu ini sepertinya ingin membunuh Aleksis!     

Marion pelan-pelan kembali mengeluarkan bom kelerengnya.     

"Dia hanya mengalami hilang ingatan sementara, ini wajar terjadi untuk orang yang mengalami cedera di kepala seperti dirinya," jawab Takeshi akhirnya. "Kau jangan mengambil tindakan sendiri."     

"Apa yang kalian bicarakan?" tukas Marion, "Kalian mau membunuhku? Siapa kalian sebenarnya?"     

"Jangan takut, Nona. Rosalind tidak sungguh-sungguh." Takeshi tersenyum ke arah Marion untuk menenangkannya. "Adikku ini ini memang cepat marah, tapi hatinya baik."     

Adik? Marion mengamati gadis di samping Takeshi berusaha menyimpan wajahnya baik-baik. Ia nanti harus mencari tahu identitasnya. Kedua orang itu tidak mungkin bersaudara, Takeshi jelas-jelas berkebangsaan Jepang, sementara gadis di sebelahnya dengan tubuh mungil berkulit putih dan rambut merah itu pasti dari Eropa atau Amerika. Tapi kenapa Takeshi menyebutnya adik?     

Mengherankan sekali. Ia dan teman-temannya di Wolf Pack juga sangat dekat seperti saudara tetapi bahkan mereka tidak saling memanggil adik dan kakak.     

"Aku mau pulang," kata Marion kemudian dengan suara tegas. "Aku hanya tahu namamu Takeshi, tapi selebihnya aku tidak ingat apa-apa lagi, aku tidak tahu kau siapa, dan aku juga tidak mengingat rumah ini... Tolong beri tahu aku apa yang terjadi sebenarnya. Aku tidak suka teka-teki dan misteri yang tidak perlu. Siapa kalian dan ini rumah siapa? Aku tahu pasti bahwa ini bukan rumahku. Tidak ada satu pun barang pribadiku di sini."     

Takeshi mengangguk, "Pasti kami akan mengantarmu pulang, tapi tolong bersabarlah sebentar."     

Ia melihat jam tangannya dan mendesah pelan.     

Marion seketika mengerti bahwa Takeshi sedang menunggu sesuatu. Sekarang sudah pukul 1 siang di Singapura. Apa yang ditunggunya?     

Jangan-jangan ia menunggu pagi di belahan dunia lain...     

Marion sangat cerdas dan ia segera menghubungkan berbagai kemungkinan. Pemilik rumah ini sedang tidak di Singapura. Kemungkinan tempat ia berada sekarang berada di time zone yang jauh di belakang negeri ini. Apakah Amerika? Tetapi saat ini masih tengah malam di Amerika, tentu Takeshi tidak akan menyuruhnya menunggu sebentar kalau orang yang hendak dihubunginya berada di Amerika.     

Eropakah? Saat ini di Inggris sedang pukul 5 pagi dan pukul 6 di Jerman.     

Sepertinya memang Eropa, pikir Marion akhirnya. Takeshi sedang menunggu pagi tiba di Eropa agar ia dapat berbicara dengan seseorang tentang nasib Aleksis dan kemudian mengambil keputusan apa yang harus dilakukan.     

"Silakan bersantai di taman, aku akan meminta pelayan menyajikan teh dan makanan kecil atau buku bacaan. Nona bisa menenangkan diri sambil memandangi taman," kata Takeshi kemudian. "Aku berjanji, hanya satu jam lagi."     

Marion yang penasaran akhirnya setuju untuk menuruti kata-kata Takeshi. Ia berjalan ke pintu menuju halaman belakang yang ditunjuk Takeshi dan membuka pintunya.     

Saat pandangannya menangkap pemandangan indah di taman asri yang dipenuhi bonsai elegan, Marion menjadi tercengang. Ia tidak mengira sama sekali taman belakang ini jauh lebih indah dari halaman depan mansion yang tadi dilihatnya.     

Pemilik rumah sepertinya memiliki seorang tukang kebun yang sangat berbakat. Marion belum pernah melihat kumpulan bonsai cantik dan penataan tamannya beserta kolam ikan yang demikian menguarkan suasana teduh dan damai.     

Ia seketika merasa sangat betah. Dengan haru ia duduk di tangga pualam dan mengagumi pemandangan di depannya. Ini sungguh luar biasa.     

Setelah beberapa menit terpukau, Marion mengeluarkan ponselnya untuk mengambil foto. Bibirnya cemberut saat menyadari bahwa di rumah itu sinyalnya masih diacak dan ia tak bisa tersambung ke internet. Ia masih sendirian dan tak dapat menghubungi siapa pun.     

Baiklah ... aku akan menunggu satu jam lagi, pikir Marion akhirnya. Pagi akan segera tiba di Eropa dan siapa pun orangnya yang ingin dihubungi Takeshi akan segera bangun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.