The Alchemists: Cinta Abadi

Ini rumah siapa?



Ini rumah siapa?

0Marion mendesah lega ketika ia tiba di depan gerbang kampus dan tidak menemukan gadis yang tadi ditubruknya. Mungkin dia sudah pergi, pikirnya.     

Dengan cepat ia memesan taksi yang segera muncul di depannya lima menit kemudian. Pengemudi taksinya adalah android keluaran terbaru yang sudah sangat mirip manusia dan untuk sesaat ia terpesona. Terakhir kali Marion naik taksi di Swiss, perusahaan taksi masih menggunakan robot yang kaku.     

Sebagai negara kecil dengan kecanggihan teknologi terdepan, Singapura memang unggul dibandingkan negara-negara lainnya, bahkan dibandingkan Jerman. Ini karena pemerintah penguasa Singapura sangat membuka diri terhadap inovasi dan industri agar tidak kalah oleh negara-negara tetangganya yang besar dan kini mulai mendominasi perekonomian di Asia, seperti Indonesia dan Vietnam.     

Itu pula salah satu alasan Rhionen Industries membuka kantor yang cukup besar di Gedung Continental sejak awal tahun ini. Marion banyak membaca tentang grup perusahaan itu belakangan ini sejak mengemban misi untuk menangkap Alaric Rhionen, mengingat pria itu kemungkinan memiliki hubungan dengan Rhionen Assassins dan Rhionen Industries.     

Manusia biasa hanya mengetahui tentang Rhionen Industries sebagai grup perusahaan terkemuka yang menemukan obat kanker dan bergerak di bidang teknologi. Sangat sedikit orang yang mengetahui tentang Rhionen Assassins.     

Seandainya masyarakat dunia tahu yang sebenarnya, bahwa sang pahlawan, pimpinan dari perusahaan penemu obat kanker adalah orang yang sama yang bergerak di balik layar kegelapan dan membunuh untuk mencapai tujuannya, mungkin akan terjadi kehebohan atau malah kekacauan di dunia.     

Marion menyipitkan matanya setelah lima menit berlalu dan ia menyadari bahwa mobil yang dikendarainya tidak mengarah ke Hotel Continental.     

Marion membuka ponselnya untuk melihat peta dan menghubungi teman-temannya, tetapi ia segera sadar bahwa mobil itu diberi pengacak sinyal sehingga ia tak dapat terhubung ke internet.     

Gawat! Ini pasti mereka, pikirnya.     

"Kenapa kita tidak menuju ke Hotel Continental? Apakah ada error dalam pemrograman?" tanya Marion sambil mengetuk jendela kaca pembatas kursi penumpang dan supir. Android itu tidak menjawab, ia terus saja mengemudi ke arah barat.     

Brengsek. Ini terlalu tiba-tiba, aku tidak siap, rutuk Marion dalam hati.     

Baru kemarin ia tiba di Singapura. Dalam rencananya ia akan menjadi Aleksis selama seminggu untuk memancing keluar orang-orang Rhionen Assassins. Ia tidak mengira dalam waktu satu hari saja ia sudah berpapasan dengan mereka, entah itu kebetulan atau mereka memang sudah mengamatinya sejak kemarin.     

Endo dan Neo masih dalam perjalanan ... Ia harus mampu mengatasi ini sendiri.     

Sesaat Marion berpikir apa yang harus ia lakukan dalam kondisi tiba-tiba seperti ini. Sebenarnya ia dapat dengan mudah membekuk android yang mengendarai taksi ini, lalu mengubah pemrogramannya, dan mengarahkan taksi itu ke Hotel Continental, atau minimal membongkar kunci pintu dan keluar, tetapi itu berarti ia akan membongkar penyamarannya sendiri sebagai Aleksis.     

Mereka akan curiga jika Aleksis tiba-tiba menjadi ahli menerobos seperti ini.     

Tetapi kalau ia diam saja, ia mengambil risiko yang sangat besar untuk dirinya sendiri. Ia tak tahu pasti seperti apa hubungan Aleksis dengan Rhionen Assassins. Ia dan timnya menduga Aleksis memiliki hubungan khusus dengan Alaric Rhionen, pimpinan para assassin itu, tetapi mereka tidak bisa yakin 100%.     

Bagaimana kalau mereka salah?     

Bagaimana kalau sebenarnya Aleksis adalah calon korban yang mereka incar?     

Marion tidak akan membiarkan mereka membongkar rahasianya kalau ia sampai tertangkap. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah bom kecil sebesar kelereng dan menggenggamnya erat-erat.     

Kalau sampai mereka berlaku kasar kepadanya dan penyamarannya terancam terbongkar, Marion akan meledakkan diri agar mereka tidak pernah mengetahui bahwa yang mereka tangkap bukanlah Aleksis. Ia tidak boleh memberi Rhionen Assassins celah untuk mengetahui bahwa ada kelompok yang sedang mengincar mereka.     

Marion pura-pura marah dan menggedor-gedor jendela pembatas ruangan dengan supir, meminta untuk diturunkan. Bagaimanapun ia tetap harus bersikap seperti wajarnya orang yang terkejut dan takut karena dibawa ke tempat selain tujuannya. Setelah beberapa lama ia tampak menyerah dan duduk di kursi penumpang dengan muka masam.     

Dengan awas ia lalu mengamati pemandangan yang dilalui taksi itu dari jendela dan segera mengingat-ingat rutenya agar nanti ia dapat kembali. Dengan memusatkan pikirannya Marion menghitung setiap belokan kiri dan kanan yang diambil mobil itu. Biarpun tidak bisa menggunakan peta, ia akan tetap dapat memperkirakan lokasinya.     

Taksi itu berhenti 15 menit kemudian di depan sebuah mansion dengan gerbang tinggi yang membuka otomatis lalu masuk ke dalam. Setelah mobil berhenti, tiba-tiba saja pintu ruang penumpang terbuka dan Marion buru-buru keluar.     

Android yang mengemudikan taksi tiba-tiba memejamkan mata dan duduk diam di kursi pengemudi. Sirkuitnya telah dimatikan.     

Marion sekarang sungguh-sungguh yakin ia akan segera bertemu orang dari Rhionen Assassins di tempat ini. Ia berjalan mengitari mobil dan memastikan tidak ada siapa-siapa. Kini pandangannya terarah ke pintu depan.     

Pegangan kunci bergerak pelan dan kemudian pintu terbuka. Marion yang waspada mengerutkan keningnya ketika melihat dua orang pelayan keluar dan menghampirinya lalu membungkuk hormat.     

"Selamat datang, Nona Besar." sapa keduanya.     

Uhm, oke. Orang-orang ini sepertinya hanya pelayan biasa, pikir Marion. Ia mulai melonggarkan genggamannya pada bom kelereng di tangannya.     

"Kenapa aku dibawa ke sini?" tanyanya cepat. "Ada siapa di dalam?"     

"Silakan masuk, Nona." Seorang pelayan mempersilakan Marion masuk dan gadis itu tidak punya pilihan selain mengikutinya.     

Ia mengamati sekelilingnya dan terkesan akan keindahan mansion ini dan tamannya. Ketika ia masuk ke dalam ia melihat sebuah rumah minimalis yang memancarkan kedamaian. Entah kenapa perasaanya saat masuk ke dalam seketika menjadi tenang dan teduh. Ia bahkan tidak mengerti bagaimana sebuah rumah bisa begini zen.     

Rumah siapa ini? Mengapa 'Aleksis' dibawa kemari?     

"Selamat datang, Nona."     

Marion segera berbalik saat mendengar suara panggilan dari belakangnya. Ia melihat seorang pria berusia 20'an yang tampak seperti mahasiswa dengan penampilan yang tidak menarik perhatian. Dari wajahnya jelas terlihat ia berkebangsaan Jepang. Marion ingat inilah orang yang sedang mereka incar sejak dari Nepal. Cepat sekali ia sudah tiba di sini.     

Sesuai rencana yang sudah disusun bersama Wolf Pack, Marion harus berpura-pura kehilangan ingatannya setelah koma, agar ia tidak membuat kesalahan dalam mengenali orang di sekitar Aleksis. Para mahasiswa di kampus tidak masuk hitungan karena mereka tidak terlalu dekat dengan Aleksis dan mudah sekali baginya untuk meminta bantuan Terry mengidentifikasi teman di universitas, tetapi mereka tak dapat mengambil risiko dengan orang lain.     

"Ah ... siapa kau? Maaf, aku kemarin koma akibat kecelakaan dan mengalami partial memory loss (kehilangan sebagian ingatan). Apakah kita saling kenal?" tanya Marion dengan wajah penuh pertanyaan.     

Takeshi tersenyum dan itu segera membuat Marion agak lega. Sepertinya orang di depannya tidak punya maksud jahat kepada Aleksis.     

"Maaf kalau kami membawamu diam-diam seperti ini, aku hanya ingin memastikan ini benar-benar Anda." Takeshi terdengar agak menyesal, "Kami mengira Anda sudah meninggal, sementara sepanjang hari ini beredar sangat banyak berita tentang Anda di Splitz, Anda bisa bayangkan betapa terkejutnya aku."     

Marion menatap Takeshi seperti mencoba mengingat-ingat, "Uhm ... sekarang aku ingat, kau adalah Takeshi! Benarkah? Siapa kau sebenarnya dan apa hubungan kita?"     

"Wah ... aku tersanjung karena Nona mengingatku." Takeshi tertawa pelan. "Apakah Nona mengingat rumah ini?"     

Marion menatap sekelilingnya dan menggeleng. Berarti Aleksis pernah ke rumah ini sebelumnya, pikirnya. Rumah siapa ini?     

"Aku tidak ingat," kata Marion. "Aku tidak ingat pernah ke sini. Ini rumah siapa?"     

"Ini rumah Anda," jawab Takeshi. "Tidak apa-apa, nanti juga ingatan Anda akan pulih kembali. Sebaiknya Nona beristirahat dulu dan coba berkeliling, siapa tahu nanti Anda bisa mengingat sesuatu."     

Marion mengangguk. Setelah berbicara sebentar dengan Takeshi, kini ia benar-benar merasa yakin bahwa ia tidak dalam bahaya. Dengan lihai ia menyembunyikan kembali bomnya ke dalam tas. Ia tidak akan membutuhkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.