The Alchemists: Cinta Abadi

Membuka Hati



Membuka Hati

0Jean dan Marion tidak menyadari bahwa pelayan telah membawakan Pina Colada mereka di meja dan segera kabur meninggalkan tempat itu, tidak mau mengganggu keduanya yang sedang terbuai dalam ciuman mesra yang memabukkan.     

"Mmmm...." Marion yang akhirnya mengambil inisiatif untuk melepaskan diri. Ia telah melihat minumannya di meja. Jean mengikuti dengan enggan.     

Keduanya saling pandang dengan mata yang terlihat mewakili begitu banyak kata-kata, tetapi tidak satu pun diucapkan. Jean telah menyampaikan isi hatinya dan ia tidak merasa perlu menambahkan kata-kata gombal. Marion telah menerima pernyataan sikapnya.     

Bukan, itu bukan pernyataan cinta, karena keduanya sama-sama merasa ini semua terlalu cepat, tetapi setidaknya Jean telah berkata jujur bahwa ia tertarik kepada Marion. Ia menemukan bahwa mereka memiliki banyak persamaan dan ia ingin diberi kesempatan untuk mendekati gadis itu. Tentang bagaimana hubungan mereka nanti berjalan, biarlah itu mengalir saja.     

Dulu ia dan Billie pun bersahabat untuk beberapa lama sebelum akhirnya menemukan perasaan cinta pelan-pelan berkembang di antara mereka. Dengan Marion, prosesnya mungkin sedikit lebih cepat, tetapi ia tetap tidak mau memburu-buru situasi. Saat ini yang mereka jalani sudah cukup menyenangkan.     

"Ciumanmu sangat menyenangkan, terima kasih," kata Marion sambil menyesap minumannya, tidak berani terus-terusan menatap wajah Jean. Ia takut akan terbawa suasana dan kembali mencium pria itu. "Pasti karena sudah mencium ratusan aktris di film,"     

Jean hanya mengangkat bahu dan tersenyum. Ia tidak terpancing untuk memperpanjang hal remeh seperti itu. Ia ikut menikmati minumannya seperti Marion dan keduanya tidak berkata apa-apa lagi. Setelah kedua gelas mereka kosong Marion hendak memesan lagi tetapi dicegah oleh Jean.     

"Sudah dua gelas. Kau tahu berapa batasanmu?" tanyanya.     

Marion mengangguk. "Dua gelas."     

"Kalau begitu sudah, jangan minum lagi." Jean menepuk-nepuk tangan Marion lembut. "Kalau kau mabuk di tempat umum tidak akan baik kelihatannya. Kalau masih mau minum sebaiknya kita pulang."     

Marion menatap Jean sambil tersenyum lebar, "Bilang saja kau tidak sanggup menggendongku kalau aku pingsan kebanyakan minum di sini."     

"Aku tidak selemah itu, ya ..." protes Jean. Untuk membuktikan ucapannya dengan ringan ia mengangkat tubuh Marion seolah mengangkat balok kayu saja, membuat gadis itu terkejut setengah mati dan tidak siap menghindar. Jean lalu menaruh uang 200 dolar di meja dan berjalan meninggalkan Sky Bar dengan Marion yang menjuntai dari bahunya.     

"Astaga ... aku hanya bercandaaa!! Kau ini tidak punya selera humor ya! Hey.. heyyyy!!!" Marion memukul-mukul punggung Jean berusaha melepaskan diri tetapi pemuda itu ternyata memang bukan orang lemah seperti katanya. Ia berhasil menahan Marion di bahunya hingga mereka turun ke lantai 99 dan tiba di depan lift menuju lantai 100.     

Para pelayan dan tamu di Sky Bar dan Restoran Moonshine hanya bisa terpana menyaksikan pemandangan itu. Jean tampak sama sekali tidak ambil pusing dengan pandangan orang-orang. Ia sedang menyamar sebagai orang biasa dengan topi dan kacamatanya, tidak akan ada papparazzi yang mengenalinya.     

"Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri," pinta Marion setelah mereka masuk ke lift. Ia sangat kuatir reputasinya sebagai gadis tangguh akan ternoda jika sampai salah satu rekannya di Wolf Pack mengetahui ia digotong begini oleh Jean. "Aku tidak akan menyebutmu lemah ... Aku berjanjiiii ..."     

Barulah Jean menurunkan gadis itu ke lantai.     

"Aku mungkin bukan anggota Wolf Pack, tetapi selama 20 tahun berkarier sebagai bintang film aku sudah banyak latihan untuk peran-peran aksi dan aku rajin berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuhku. Menjadi aktor itu tidak hanya bermodalkan wajah tampan saja, tahu.." kata Jean sambil mengangkat bahu.     

Ia sengaja melakukan itu untuk menegaskan kepada Marion, bahwa walaupun ia bukan Lauriel, sang pimpinan Wolf Pack yang terkenal kuat dan merupakan seorang yang akrab dengan kekerasan, Jean bukan seorang laki-laki lemah.     

Ia juga seorang alchemist yang memiliki kekuatan tubuh di atas rata-rata manusia biasa dan selama puluhan tahun menjadi aktor ia pun terbiasa bekerja keras untuk peran-peran yang menantang. Marion mengerti itu sekarang.     

"Kau memang bukan anggota Wolf Pack," kata Marion sambil tersenyum, "Aku tidak akan mau menciummu kalau kau dari Wolf Pack, mereka itu sudah seperti saudaraku sendiri."     

Ia menggenggam tangan Jean dan menariknya keluar ketika pintu lift membuka. Di dalam penthouse keduanya kembali duduk di ruang kerja dan Marion mengeluarkan dua buah gelas wine. "Mau red wine atau white wine?"     

"Red wine," kata Jean sambil mengambil duduk di sofa. Marion mengeluarkan sebotol red wine dari kabinet dan menuangkan ke dalam dua gelas mereka dan menyerahkan satu kepada Jean.     

"Kau benar, lebih enak minum di rumah sendiri," kata gadis itu sambil mendentingkan gelasnya ke gelas Jean, "Cheers untuk malam yang sangat menyenangkan."     

"Cheers!"     

Keduanya meneguk wine mereka dengan hati gembira.     

"Seperti yang kubilang tadi, anggota Wolf Pack adalah keluargaku. Aku ini yatim piatu, orang tuaku meninggal saat perang dunia I. Aku dibesarkan oleh keluarga bibiku yang kemudian habis saat perang dunia 2. Wolf Pack yang menerima dan mengurusiku selama ini, hingga 18 tahun lalu ketika Lauriel mengusirku." Marion tampak sangat nyaman di samping Jean saat keduanya duduk minum bersama sambil mengobrol, sehingga ia menceritakan tentang masa lalunya. Jean mendengarkan ucapan gadis itu dengan penuh perhatian.     

"Aku turut sedih," kata Jean kemudian. "Kisahku tidak terlalu menarik. Aku dari keluarga manusia biasa. Ibuku mantan supermodel yang bercerai dari ayahku saat aku masih berumur lima tahun. Sejak itu aku setengah mati takut pada pernikahan. Aku tak bisa melupakan kebingungan dan ketakutanku sewaktu kecil dulu, harus berpindah-pindah rumah antara ayah dan ibu dan sempat menjadi bahan rebutan hak asuh mereka. Itu sebabnya, selama 17 tahun menjalin hubungan dengan Billie aku masih tak bisa memberikan apa yang dia inginkan, yaitu pernikahan dan anak-anak. Untungnya Billie sangat baik dan bisa menerimaku apa adanya, dan ia mendukungku untuk mencari kebahagiaanku sendiri walaupun itu berarti tidak bersamanya."     

"Dia gadis yang sangat mengagumkan," puji Marion. "Aku sih tidak peduli dengan pernikahan atau anak-anak. Aku ini seorang alchemist yang tidak terburu-buru menjalani hidup. Kau tahu sendiri kami seperti apa. Pernikahan terakhir yang terjadi di kaum kita adalah pernikahan Ned dan Portia 18 tahun lalu."     

Jean menatap Marion dalam-dalam. Ia merasa seperti menemukan kindred spirit (pasangan sejiwa). Ia dapat membicarakan semua kekuatiran dan kekurangannya sejak awal kepada gadis itu tanpa harus berhati-hati akan menyinggung perasaannya ataupun memberinya harapan palsu. Jean merasa dengan mudah dapat menjadi dirinya sendiri di hadapan Marion.     

Kalau dipikir-pikir lagi, mereka memang memiliki sangat banyak kemiripan, terlalu banyak hingga sempat membuatnya takut.     

"Aku sangat senang bertemu denganmu di desa bulan lalu," kata Jean kemudian. Ia mengambil tangan kanan Marion yang tidak memegang gelas wine dan menggenggamnya. Marion melihat hal itu dengan perasaan campur aduk. Belum pernah ada pria yang membuatnya merasa seperti ini, tidak juga Lauriel.     

"Aku juga senang," kata gadis itu pelan. Ia menghabiskan winenya lalu menaruh gelasnya di meja kecil di depan mereka, lalu menyandarkan kepalanya ke dada Jean yang bidang. "Aku mengantuk."     

Jean membiarkan gadis itu memejamkan mata dan tidur bersandar kepadanya. Ia mengamati Marion dan merasa keheranan sendiri. 18 tahun lalu ia bertemu Marion dan tidak ada perasaan apa-apa di dadanya untuk gadis itu, Mungkin karena saat itu ia masih menyimpan cinta untuk Finland yang sudah menikah dengan Caspar.     

Kini hatinya sudah kosong dan bersih dari perempuan mana pun, dan sekarang ia bisa melihat Marion dengan sudut pandang berbeda. Ini adalah gadis yang sangat mengagumkan dan menyenangkan.     

Ia senang mereka bertemu kembali dalam situasi berbeda, dan mungkin saja ... setelah ini sesuatu akan terjadi di antara mereka. Jean merasa sudah siap jatuh cinta lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.