The Alchemists: Cinta Abadi

Jean dan Billie



Jean dan Billie

0"Mmm..."     

Ia ingin ke kamar Marion dan mengetuk pintunya, lalu mengajak gadis itu bicara. Tadi ia sangat kuatir memikirkan Marion yang tinggal di stadium untuk mencari para pembunuh itu, tetapi setelah berbicara dengan Endo di rumah sakit ia menyadari bahwa kekuatirannya tidak beralasan sebab Marion sangatlah tangguh.     

Ia tidak perlu menguatirkannya.     

Tetapi Billie ... gadis itu sehalus bunga rumput. Sejak mengenalnya lebih dari 20 tahun yang lalu ia mengetahui bahwa Billie yang sangat berbakat memiliki perasaan halus dan rapuh. Itulah sebabnya ia banyak menutup diri dan sangat baik menyimpan privasinya dari media dan orang luar, hampir bertolak belakang dengan kepribadian Jean yang hangat dan terbuka.     

Ketika akhirnya mereka menjalin hubungan cinta 17 tahun yang lalu, keduanya telah saling mendukung dan saling melindungi dengan cara mereka masing-masing.     

Jean yang terbuka tidak pernah memaksa Billie untuk mengikutinya tampil di muka umum dan saat ia berbicara kepada media, ia selalu melindungi privasi Billie. Ia sangat mencintai gadis itu dan, walaupun setelah sepuluh tahun perasaannya berubah menjadi lebih platonik, mereka tetap bersama.     

Billie sangat mencintai Jean dan akhirnya mengerti bahwa perasaan pria itu telah berubah dan ia tidak pernah menginginkan pernikahan maupun anak-anak, berbeda dari Billie sendiri.     

Setelah belasan tahun bersama akhirnya Billie menerima kenyataan dan tahun lalu melepaskan Jean, menyuruhnya pergi untuk mencari kebahagiaannya sendiri.     

Perpisahan mereka baru diumumkan ke publik enam bulan kemudian. Semua baik-baik saja di antara mereka. Hingga malam ini, saat terjadi percobaan pembunuhan yang membuat Billie terpukul. Sedari tadi gadis itu hanya bisa diam dan melamun saat mereka menjenguk Neo ke rumah sakit dan kemudian masuk ke Hotel Continental.     

"Kau tunggu aku di sini, kunci pintunya dan matikan semua perangkat komunikasi dan TV. Aku akan ke penthouse untuk mandi dan berganti pakaian, lalu membawa minuman ke sini," kata Jean setelah mengantar Billie ke suite-nya.     

Gadis itu mengangguk dengan tubuh masih sedikit gemetar. Ia lalu menutup pintu dan membaringkan diri di sofa sambil berusaha melupakan peristiwa yang terjadi di stadium tadi.     

Jean tiba 15 menit kemudian dengan penampilan yang lebih segar dan membawa sebotol minuman yang paling mahal dari kabinet Caspar.     

"Ayo tenangkan diri dulu, aku akan menuang minuman untuk kita," Jean segera ke pantry dan mengambil dua buah gelas dan es batu lalu menuangkan minuman untuk dirinya dan Billie. Keduanya lalu duduk di sofa sambil menikmati minuman.     

Billie masih tampak terguncang. Ia banyak diam dan sering kali tidak merespons perkataan Jean sehingga pria itu menjadi kebingungan.     

"Mmm... kau memikirkan apa?" tanyanya kemudian. Billie menoleh dan menggeleng pelan. Ia membuang muka. Jean mengerutkan keningnya, "Kau mau membatalkan konsermu yang lain dan mau pulang ke Amerika?"     

Billie menggeleng lagi. Setelah suasana menjadi hening untuk waktu yang cukup lama, akhirnya gadis cantik bermata sendu itu mengeluarkan isi hatinya. "Aku beberapa kali memikirkan tawaranmu untuk ikut pensiun... dan rasanya peristiwa malam ini membuatku tak mau lagi menjalani profesi ini, walaupun aku sangat mencintai musik."     

"Oh...." Jean memandang Billie dan menatapnya lekat-lekat, menunggu kalimat berikutnya keluar dari bibir Billie. "Lalu?"     

Gadis itu balas menatapnya dengan sepasang mata yang tampak sedih sekali.     

"Aku tidak akan meminta kita menikah atau pun memiliki anak-anak," Suara Billie terdengar agak bergetar karena diucapkan dengan penuh perasaan. "Aku juga akan pensiun dari dunia hiburan dan memulai hidup baru yang damai di Swiss atau di mana pun itu ... Tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian. Aku ingin tahu apakah kesempatan itu ada."     

Jean tertegun mendengarnya. Ia menatap Billie baik-baik dan menyadari bahwa gadis itu sangat serius dengan ucapannya. Billie yang setahun lalu membebaskannya untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri karena mereka tidak memiliki prinsip hidup yang sama, kini menyatakan bahwa ia bersedia hidup bersama Jean dan mengikuti prinsip hidupnya, asalkan mereka dapat bersama.     

"Billie ... sayang," Jean tak dapat berkata-kata. Ia sangat menyayangi gadis ini. Tetapi setahun telah berlalu dan perasaannya sudah berubah.     

"Aku takut, Jean. Aku takut kalau hal seperti itu terjadi lagi dan aku tidak punya siapa-siapa," Billie menangkupkan kedua tangannya ke wajah berusaha menahan air mata. Jean segera meletakkan gelasnya dan memeluk Billie.     

"Sshh... tenanglah, ada aku di sini." Ia membujuk gadis itu dengan kata-kata lembut dan membiarkannya menangis histeris, melepaskan perasaannya yang tertahan sejak tadi. Tangis gadis itu akhirnya tumpah dan tubuhnya berguncang di dalam rangkulan Jean yang berusaha menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan.     

Setelah tangisnya reda. Billie mengangkat wajahnya dan menatap Jean dengan pandangan memohon, "Malam ini temani aku di sini ya? Please ... aku tidak akan bisa tidur. Aku sudah minum beberapa pil tadi tetapi kepalaku hanya terasa kosong dan aku tetap tidak bisa merasakan kantuk."     

"Iya, tentu saja," Jean mengangguk. "Ini sudah lewat tengah malam, kau harus berusaha tidur."     

Billie mengangguk tetapi saat ia berusaha bangun tubuhnya kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh kalau Jean tidak buru-buru menangkapnya, "Uhm ... maafkan aku, mungkin aku kebanyakan minum."     

"Tidak apa-apa. Biar aku gendong ke kamar," kata Jean dengan lembut. Ia menggendong Billie dan membawanya ke kamar lalu membaringkannya di tempat tidur. Setelah menyelimuti Billie dan mengatur suhu ruangan ia duduk di samping tempat tidur dan mengawasi gadis itu.     

"Jean ... aku tidak bisa tidur." keluh Billie sepuluh menit kemudian. Ia memegang tangan Jean dan menepuk-nepuknya. "Kau pergi sajalah. Percuma saja kau menungguiku di sini, aku tidak akan tidur."     

"Sshh... tidak boleh bicara begitu. Peristiwa malam ini sangat mengerikan. Kau harus beristirahat dan menyiapkan diri untuk besok." Jean merenung sesaat dan akhirnya ia memutuskan untuk membantu Billie tidur. "Aku akan menemanimu, tenangkan diri dan cobalah untuk tidur."     

Ia lalu melepaskan sepatunya dan naik ke tempat tidur, berbaring di samping Billie dan memeluknya. Gadis itu menarik napas panjang dan mencoba memejamkan mata. Lima menit kemudian napasnya sudah menjadi teratur dan ia pun terlelap. Pelukan Jean pada tubuhnya membuat Billie menjadi tenang dan perasaannya yang tegang perlahan mengendur dan akhirnya cukup relax untuk jatuh tertidur.     

Jean memastikan Billie sudah benar-benar terlelap baru kemudian meninggalkan suite gadis itu dan kembali ke penthouse. Billie yang cantik dan halus, lembut dan rapuh bagaikan bunga rumput, membuatnya merasa bertanggung jawab untuk menjaganya, apalagi gadis itu adalah kekasihnya selama belasan tahun.     

Kini melihat 89 missed call dari Marion di ponselnya, Jean tiba-tiba merasakan dadanya dihimpit beban berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.