The Alchemists: Cinta Abadi

Bersekongkol dengan Paman Nic



Bersekongkol dengan Paman Nic

0Aleksis menyadari apa yang dipikirkan ayah angkatnya dan ia ikut sedih melihat Lauriel mengharapkan sesuatu yang tak dapat ia berikan. Sampai kapan pun ia takkan dapat melupakan Alaric.     

Melihat betapa kini kedua anaknya bermanja-manja kepada Nicoale, Aleksis justru menjadi merasa bersalah. Ia tahu sudah saatnya ia menceritakan kepada Altair dan Vega tentang ayah mereka.     

"Uhm... aku mau pulang bersama ayah dan ibu," kata Aleksis, berpamitan kepada Lauriel. Pakaiannya masih lengket akibat wine yang tadi ditumpahkan tamu brengsek itu, dan ia sudah tidak sabar untuk mandi dan mengganti pakaiannya.     

"Kau tidak mau menginap? Anak-anak sepertinya sudah kecapekan," kata Lauriel. Ia menunjuk ke arah Vega yang sudah berbaring di pangkuan Nicolae dan Altair yang menyenderkan kepalanya ke bahu pemuda itu.     

"Eh...?" Aleksis kaget. Ia menyipitkan matanya berusaha melihat lebih baik dan mendapati kedua anaknya memang sudah tidur.     

Ia heran sekali... bukankah baru 10 menit yang lalu kedua bocah itu bersenda gurau dengan Nicolae? Cepat sekali mereka tidur.     

Ia buru-buru menghampiri mereka dan meminta maaf kepada Nicolae karena anak-anaknya sudah merepotkan pemuda itu sejak tadi.     

"Aduh.. maaf ya, anak-anakku menyusahkan," gumam Aleksis dengan nada menyesal.     

"Pssshh... jangan keras-keras," tegur Nicolae. Ia memberi tanda agar Aleksis tidak bersuara. Dengan isyarat bibir ia memberi tanda agar Aleksis menggendong Altair yang tertidur di bahunya, sementara ia akan akan membopong Vega yang sudah pulas di pangkuannya.     

Akhirnya karena tidak ada pilihan lain, Aleksis mengangkat Altair pelan-pelan dan membawanya mengikuti langkah Nicolae yang sudah berjalan masuk ke dalam kastil. Dari jauh keduanya terlihat seperti pasangan yang sedang membawa kedua anak mereka yang ketiduran.     

"Di mana kamarmu di sini?" tanya Nicolae saat mereka sudah di dalam.     

"Eh..." Aleksis menggeleng. "Aku tidak pernah tinggal di sini. Paman Rory tidak menyukai kastil ini dan jarang datang ke sini. Aku biasanya tinggal di konservasinya di Kenya atau di tempat-tempat lain, seperti rumah Paman Rory di San Francisco dan pertanian di Colorado. Ia baru kembali kemari karena dirimu."     

"Oh, begitu ya?" Nicolae sama sekali tidak mengira Lauriel juga tidak banyak tinggal di Kastil Medici. Selama ini, dalam pengembaraannya, ia mengira Lauriel juga tinggal di sini dan sering mengajak Aleksis maupun anak-anaknya menginap di kastil Medici. "Maaf, aku tidak tahu."     

"Tidak apa-apa. Aku mengerti, kalau anak-anakku sudah ketiduran begini, sebaiknya tidak dibangunkan." komentar Aleksis. "Kami bisa tidur di kamar tamu."     

"Ya, tentu saja, di sini ada banyak kamar tamu." Nicolae memanggil Luca dan meminta diantar ke kamar tamu yang terbaik. Staf keluarganya itu segera memandu mereka ke kamar tamu terbesar yang menghadap ke taman mawar. Di sana ada sebuah tempat tidur sangat besar dan Nicolae segera meletakkan Vega ke atasnya. Aleksis ikut menaruh Altair di sana lalu mengucap terima kasih kepada Nicolae.     

"Dengan senang hati kok, mereka anak-anak yang sangat lucu," komentar Nicolae. Ia baru memperhatikan pakaian Aleksis yang kotor karena wine dan mengerutkan keningnya. "Bajumu kenapa?"     

"Ugh... tadi ada tamu ceroboh yang menumpahkan wine-nya ke bajuku. Aku sebenarnya tidak membawa pakaian ganti. Mungkin aku harus meminjam pakaian pelayan di sini dulu..." keluh Aleksis.     

"Kau bisa mandi dan tidur mengenakan kimono, ada di lemari sana. Biar pelayan yang mencucikan pakaianmu supaya besok bisa kau pakai kembali, siangnya kita bisa belanja pakaian," saran Nicolae. "Bagaimana? Kan tidak mungkin kau tidur dengan pakaian lengket begitu?"     

"Hmm... kau benar. Aku akan melakukan sesuai saranmu." Akhirnya Aleksis mengangguk.     

"Kau bisa mandi sekarang dan memberikan pakaianmu kepada pelayan. Aku akan menemani anak-anak sampai kau kembali. Kalau mereka terbangun di tempat asing dan kau tidak ada, pasti mereka akan ketakutan."     

"Eh...?" Aleksis hanya termangu mendengar kata-kata Nicolae yang diucapkan dengan ringan. Ia lalu mengangguk pelan dan bergegas mencari kimono untuk tidur dari lemari dan masuk ke kamar mandi. "Baiklah... terima kasih. Maaf, merepotkanmu terus."     

"Aku senang kok, direpotkan olehmu," jawab Nicolae sambil tersenyum tipis.     

Begitu Aleksis menghilang ke kamar mandi, Nicolae mendekati kedua bocah yang sedang berbaring di tempat tidur dan berbisik kepada mereka, "Pssshh.. Mama sudah setuju kalian menginap di sini. Kalian tidak usah pura-pura tidur terus."     

Sepasang mata Altair terbuka, diikuti sepasang mata Vega, dan mereka berdua bangun sambil terkikik.     

"Ahhh... aku senang menginap di sini," bisik Altair. "Besok kita jadi ke bukit kupu-kupu ya, Paman Nic. Paman sudah berjanji."     

"Iya, tentu saja," jawab Nicolae sambil memberikan kelingking kirinya yang disambut Altair dengan penuh semangat.     

"Dan kita akan belajar membuat pizza," Vega menambahkan. "Aku suka sekali makan pizza."     

"Yep, besok kita akan sibuk sekali. Kita juga harus menemani mama berbelanja baju untuk kalian. Kalau kalian ingin tinggal seminggu di sini, tentu kita harus membeli pakaian yang banyak."     

"Asyik!!"     

Nicolae menatap kedua anak itu dengan pandangan haru. Setelah enam tahun berusaha melupakan Aleksis, ia pulang hanya untuk menyadari bahwa perasaannya sama sekali tidak berubah.     

Tadi, saat ia memeluk Altair dan Vega untuk pertama kalinya, semua penyangkalan dan pertahanannya runtuh tanpa sisa. Ia memutuskan untuk berhenti menghindari perasaannya dan akan mulai memperjuangkan Aleksis. Bagaimanapun Alaric Rhionen sudah tidak ada.     

Suatu hari nanti Aleksis akan pulih dan siap menerima cinta yang baru. Bila saat itu tiba, ia mau ada di sana untuk gadis itu.     

Ia memutuskan untuk ada di sana mulai hari ini dan tidak akan pergi lagi.     

Tanpa disadarinya ia memeluk Altair dan Vega dan mencium rambut mereka. Ia akan sangat beruntung menjadi ayah bagi kedua anak ini. Walaupun mereka adalah anak dari laki-laki lain, ia sama sekali tidak membenci mereka. Perasaan yang ada di dalam dadanya untuk kedua bocah ini adalah kasih sayang yang tidak berdasar.     

Suatu hari nanti, kalau Aleksis sudah dapat mencintainya, walaupun Aleksis tidak ingin memiliki anak darinya, Nicolae pun tidak akan keberatan. Altair dan Vega sudah cukup baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.