The Alchemists: Cinta Abadi

World\'s Most Eligible Bachelor (2)



World\'s Most Eligible Bachelor (2)

0"Ini penghargaan yang aku tunggu-tunggu..." komentar Terry. Nicolae mengangguk sambil tersenyum.     

Millian membacakan nama-nama nominasi satu persatu dan setiap nama yang disebut pasti akan diikuti oleh tepuk tangan menggemuruh. Ketika nama Terry disebut, ia hanya mengangkat tangannya acuh dan mengangguk sana-sini, seolah ia tidak peduli sama sekali akan nominasinya.     

Nicolae hanya bisa geleng-geleng, karena ia tahu sekali betapa dalam hati Terry sangat menginginkan penghargaan ini.     

"Dan tahun ini, penghargaan Most Eligible Bachelor jatuh kepada..." Millian menoleh ke meja Alaric dan seketika kata-katanya terhenti di udara.     

Nama pemenang di kartu yang ada di tangannya bertuliskan nama Elios Linden, tetapi Alaric baru saja bangkit berdiri dari mejanya dan dengan acuh sudah berjalan keluar ballroom.     

Tentu akan memalukan bila Millian membacakan namanya sebagai pemenang dan Elios sama sekali tidak mengacuhkan penghargaan bergengsi ini...     

Ugh... Millian harus memikirkan reputasi acara yang diadakannya dan ia harus berpikir cepat.     

Seketika pandangan matanya tertumbuk pada Terry yang sedang duduk di mejanya bersama bukan hanya satu, melainkan empat orang pemuda sangat tampan sekaligus. Kalau kamera menyorot ke arah mereka, tentu orang-orang akan sangat heboh karena melihat pemandangan yang demikian indah ada di satu meja yang sama.     

Akhirnya dengan berpikir cepat Millian mengacungkan tangannya mengangkat kartu tanpa memperlihatkan isinya dan berseru, "Terrence Chan, Presiden dari Schneider Group!!"     

Tepuk tangan segera menggemuruh dan semua kamera terarah kepada meja Terry. Serentak gadis-gadis menahan napas karena mereka telah melihat Terry duduk bersama London dan Rune dan ada Nicolae serta Aldebar yang bergabung dengan mereka lewat space Virconnect.     

Tidak mungkin ini nyata!! Lima orang pria sekaligus! Demikian tampan dan mempesona, pikir mereka.     

Para hadirin dan 30 juta pemirsa dari seluruh dunia yang mengikuti acara itu lewat Virconnect segera menjadi penasaran, siapa gerangan kelima tamu ini.     

Terry yang tidak menyangka namanya akan disebut, tampak kebingungan selama beberapa detik dan kemudian ia berdiri, masih dengan pandangan tidak percaya, berjalan ke arah panggung.     

"Wahh... Keluarga Schneider yang terkenal itu ternyata menyimpan sangat banyak pria tampan. Kita beruntung sekali bisa melihat mereka. Biasanya keluarga itu sangat tertutup."     

Demikian komentar begitu banyak orang. Sesaat kemudian berita tentang ketampanan para pria dari keluarga Schneider segera menjadi trending di Splitz.     

"Te... terima kasih atas penghargaan ini," kata Terry, masih kaget. Ia tadinya menduga Elios Linden sialan itu yang akan merebut semua perhatian. Nyatanya, kini justru ia yang memenangkan penghargaan yang ia inginkan....     

Terry terlalu kaget sehingga tak bisa memberikan pidato yang menyentuh, akhirnya ia hanya mengangkat pialanya dan membungkuk sedikit lalu kembali ke mejanya.     

Nicolae sangat senang karena Terry akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun demikian ia masih tak dapat melupakan Elios Linden yang misterius itu. Ia masih tak habis pikir mengapa seorang Alchemist menampakkan dirinya dengan begitu terbuka kepada orang-orang dan menarik sangat banyak perhatian.     

Ia bertekad akan menyelidiki Elios Linden begitu ia kembali.     

Alaric menghela napas ketika melihat Milian tadi naik ke panggung untuk membacakan penghargaan Most Eligible Bachelor dan ia segera beranjak keluar. Ia tak ingin namanya disebut sebagai pemenang.     

Bukan hanya karena ia memandang rendah penghargaan konyol itu, tetapi ia tahu dirinya bukan seorang bujangan dan tidak seharusnya masuk nominasi sama sekali. Ia adalah seorang pria yang telah menikah dan ia masih sangat mencintai istrinya.     

***     

"Selamat ya, Terry.. akhirnya kau dinobatkan sebagai pria idaman dunia..." kata Nicolae sambil tertawa. Aku akan sampaikan kepada Aleksis bahwa akhirnya kau mengalahkan semua bujangan di dunia ini."     

"Ahaha.. terima kasih." Terry mengangguk, "Terima kasih sudah datang. Selamat tidur. Aku titip Aleksis dan kedua keponakanku, ya.."     

Nicolae akhirnya menutup hubungan Virconnect dan menghilang. Saat ia mematikan aplikasi itu di rumahnya di Islandia, ia tertarik untuk segera menyelidiki Elios Linden. Tanpa menungu lagi ia segera membuka tabletnya dan memulai pencarian.     

"Heii.. astaga, ini sudah jam 4 pagi? Kenapa kau tidak tidur?" Suara Aleksis yang menegurnya membuat Nicolae tersentak kaget. "Hei... kenapa tampangmu begitu? Seperti melihat hantu."     

Nicolae mendesah dan menenangkan napasnya, "Astaga, kau itu kalau berjalan tidak kedengaran suaranya. Aku kaget, aku kira siapa...."     

"Hahaha... siapa lagi kalau bukan aku. Aku terbangun dan haus, jadi aku ke dapur untuk mengambil minuman. Bagaimana acaranya?" tanya Aleksis sambil duduk di samping Nicolae. Pandangannya telah melihat nama Elios Linden di tablet pemuda itu. "Siapa itu? Kau mau bekerja sepagi ini?"     

Nicolae menggeleng, lalu menutup tabletnya. Ia tidak akan bekerja dan melakukan apa pun yang akan membuat Aleksis tetap terjaga. Gadis itu memerlukan istirahatnya.     

"Aku sudah mau tidur. Kau kembalilah beristirahat. Besok cuaca cerah, kita bisa turun ke desa dan mendatangi pasar rakyat. Pasti seru." Ia mengacak rambut Aleksis lalu mendorong tubuh gadis itu kembali ke kamar.     

"Hmm... baiklah. Tapi kau tidur juga ya," Aleksis menepuk bahu Nicolae dan masuk ke kamar. Saat ia berbalik hendak menutup pintu, tiba-tiba saja Nicolae telah mencium pipinya dan mengusap kepalanya lalu pergi ke kamarnya sendiri.     

Aleksis meraba pipinya yang barusan dicium Nicolae dan termangu.     

Ia tahu Nicolae selalu memperlakukannya dengan penuh hormat dan tidak akan melakukan apa pun yang tidak ia sukai.     

Selama beberapa bulan ini Aleksis telah melihat betapa seringnya Nicolae harus menahan diri agar tidak menciumnya, dan menahan diri agar tidak memeluknya. Tetapi kemarin Nicolae tidak dapat menahan diri lagi dan memeluknya di bawah aurora sambil melamarnya. Dan malam ini, ia memberanikan diri memberi ciuman selamat tidur kepada Aleksis di pipinya.     

Aleksis tahu bahwa suatu hari nanti ia akan menerima cinta Nicolae, bersedia menikah dengannya dan mereka akan memadu kasih sebagai layaknya pasangan kekasih atau suami istri, tetapi kini, ciuman di pipi saja telah membuat Aleksis merasa bersalah.     

Kapan ia akan dapat melanjutkan hidupnya dan meninggalkan Alaric Rhionen sebagai bagian masa lalu? Ini tidak adil bagi Nicolae jika Aleksis terus menggantung cintanya...     

Akhirnya setelah pintu ditutup Aleksis hanya dapat memukul-mukul dadanya sendiri sambil menahan isak tangisnya yang hampir pecah.     

Seandainya ia tidak memiliki Altair dan Vega dalam hidupnya 5,5 tahun yang lalu ia sudah mencabut nyawanya sendiri, karena hidup tanpa Alaric rasanya sangat mengerikan. Kerinduan ini membuat hatinya terluka tanpa dapat diobati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.