The Alchemists: Cinta Abadi

Minuman Pesta Aldebar



Minuman Pesta Aldebar

0"Siapa yang mau mencoba minuman baru buatan House of Aldebar?" Tiba-tiba terdengar suara Aldebar yang ceria dari balik pintu.     

Suasana yang haru itu tidak berlangsung lama karena dari balik pintu masuk beberapa pelayan yang membawa baki berisi berbagai minuman dan masuklah Aldebar diikuti London dan Rune yang tersenyum sangat lebar.     

Ketiganya tampak agak kaget melihat suasana ruangan yang haru, tadi mereka sibuk melakukan sesuatu di dapur dan ketinggalan berita.     

"Kalian membuat apa?" tanya Terry yang menyambar satu gelas dari nampan pelayan, dan segera mencium-cium bau minuman di tangannya. "Baunya normal."     

Ia lalu menenggak minumannya seperti orang yang sudah bertahun-tahun terjebak di gurun Sahara.     

"Itu adalah minuman baru hasil percobaan Paman Aldebar. Untuk setiap teguknya orang yang meminumnya bisa kelihatan sepuluh tahun lebih tua," kata London sambil tertawa.     

"Apa...?!" Terry buru-buru menyemburkan sisa minuman di mulutnya, tetapi ia telah terlanjur menelan hampir seluruh isi gelasnya. Wajahnya seketika menjadi panik. "Astaga... percobaan apa lagi ini? Kenapa Paman selalu membuat hal yang tidak berguna?"     

Aldebar yang kali ini tampil mengenakan pakaian bangsawan dari abad pertengahan (semakin lama selera berpakaiannya semakin kuno) mengembangkan tangannya sambil tersenyum lebar.     

"Kita sebagai kaum Alchemist tidak akan pernah tahu rasanya bagaimana menjadi tua, karena tubuh kita sempurna. Aku dulu sering penasaran, bagaimana rasanya menjadi tua, atau membayangkan novel-novel yang romantis di mana pasangan menjadi tua bersama. Tidak adakah di antara kalian yang penasaran rasanya?" tanyanya kepada semua orang.     

Pelan-pelan ia melihat orang-orang mulai mengangguk membenarkan.     

"Nah, karena itu aku sengaja menciptakan minuman ini untuk menjadi hiburan di acara-acara pesta. Kebetulan hari ini adalah ulang tahun keponakanku tersayang, yang ketiga puluh. Seperti yang kalian lihat, Aleksis penampilannya masih seperti ketika ia berumur 20 tahun."     

Alaric yang sudah melepaskan diri dari ayahnya kini berdiri di samping Aleksis dan berbisik mesra ke telinganya, "Pamanmu salah, kau lebih cantik daripada sepuluh tahun lalu..."     

Aleksis tersenyum mendengar kata-kata Alaric dan meremas tangannya. "Terima kasih..."     

Aldebar mengambil segelas mimuman pestanya dari nampan pelayan dan dengan gerakan dramatis mengangkatnya ke mulutnya, "Aku akan meminum dua teguk, dan kalian bisa melihat aku bertambah tua 20 tahun."     

Terry sudah bertambah pucat mendengar penjelasan Aldebar. Ia melirik ke arah cermin di dinding di dekatnya dan melihat wajahnya mulai mengeriput.     

Sial! Kenapa tadi ia langsung minum satu gelas, rutuknya dalam hati.     

Aldebar menaruh gelasnya dan menarik tangan Terry agar berdiri di sampingnya. "Kalian bisa melihat beberapa menit lagi kami akan bertambah tua, sesuai dengan jumlah minuman yang kami konsumsi."     

Satu menit kemudian mulai terdengar seruan-seruan tertahan. Aldebar kini tampak seperti seorang lelaki setengah baya sementara Terry rambutnya sudah putih semua dan wajahnya keriput seperti seorang kakek berumur hampir seratus tahun.     

"Astaga.. kali ini penemuanmu lumayan juga," kata Caspar. "Apakah kau sudah membuat penawarnya?"     

Aldebar mengangguk. "Minuman berwarna merah adalah minuman pembuat tua, dan minuman berwarna putih adalah penawarnya. Kalau kalian sudah bosan menjadi tua, kalian bisa kembali ke wujud semula."     

Terry buru-buru menyambar gelas berisi minuman putih dan meneguknya sampai habis.     

"Eh.. tidak apa-apa, kan meminumnya sampai habis?" tanyanya setelah terlambat.     

Ia merutuki dirinya yang selalu terburu-buru. Untunglah kali ini ia tidak sial lagi. Aldebar mengangguk dan membenarkan.     

"Kau bisa minum yang putih sebanyak apa pun, tidak masalah."     

Pfff... lega sekali. Terry segera berdiri di depan cermin dan menanti perubahan dirinya kembali. Benar saja, dua menit kemudian penampilannya sudah kembali seperti semula. Orang-orang yang hadir menjadi bersemangat mencoba penemuan baru Aldebar.     

"Kau mau tahu bagaimana rasanya tumbuh menua bersamaku?" tanya Caspar dengan nada mesra ketika ia mengambil dua minuman merah dan menyerahkan segelas kepada Finland. Istrinya menangguk dan tersenyum lebar.     

Mereka saling menatap dengan penuh cinta dan meneguk minumannya bersamaan.     

Satu teguk. Keduanya tampak bertambah tua sepuluh tahun.     

Tegukan kedua. Mereka bertambah tua dua puluh tahun.     

Tegukan ketiga. Kini Caspar dan Finland sama-sama tampak seperti pasangan paruh baya.     

"Ahahaha... kau tetap cantik," komentar Caspar dengan nada kagum. "Kau tidak berubah. Tetap cantik... Aku beruntung sekali..."     

Mereka minum tegukan keempat, dan kini tampak seperti pasangan yang berusia 60-an tahun. Tanpa sadar keduanya tertawa secara bersamaan.     

Astaga ternyata begini rasanya menjadi seperti manusia biasa, yang tumbuh bersama dan menua bersama....     

Caspar mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya dan dengan mesra mencium bibirnya. "Aku mencintaimu sampai kapan pun, bahkan sampai kita tua dan keriput."     

Orang-orang yang lain kemudian juga iseng meminum ramuan baru Aldebar dan mencoba melihat seperti apa penampilan mereka jika mereka sungguh-sungguh menua. Hanya Lauriel dan Alaric yang tidak tertarik. Lauriel sadar ia sudah berumur hampir 600 tahun dan ia tak mau membayangkan wajah aslinya bila ia seperti manusia biasa yang menua.     

Sementara Alaric menganggap penemuan Aldebar sebagai suatu kekonyolan, tetapi ia cukup sopan untuk tidak mengatakan apa pun. Ia hanya melambaikan tangannya dan menolak ketika pelayan datang menawarkan minuman.     

"Kau benar-benar tidak mau mencobanya?" tanya Aleksis sedikit kecewa. Ia pribadi menganggap penemuan baru pamannya ini sangat lucu, tetapi ternyata Alaric sama sekali tidak menyukainya. Ah, ya... Alaric memang orangnya sangat serius, benar-benar seperti paman Lauriel, pikirnya.     

"Kau mau minum ramuan penua ini bersamaku?" Tiba-tiba Nicolae datang menghampiri Aleksis membawakan dua buah gelas minuman merah. Ia telah melihat betapa Aleksis ingin sekali meminum ramuan penua tersebut tetapi ia tidak mau mendesak Alaric.     

Alaric yang melihat kedatangan Nicolae dengan dua buah gelas minuman merah seketika menjadi cemburu. Ia berdiri di depan Aleksis dan mengambil gelasnya, "Aku mau meminumnya bersama Aleksis..."     

Nicolae menggeleng dan kembali mengambil gelas itu dari Alaric lalu memberikannya kepada Aleksis, "Kau akan punya waktu seumur hidup bersama Aleksis, tolong berikan saat ini kepadaku."     

Ia menatap Alaric dalam-dalam dan adiknya kemudian menyadari bahwa memang Nicolae harus diberikan waktu untuk berdua dengan Aleksis dan menyelesaikan pertunangan mereka.     

Bagaimanapun, selama Alaric tidak ada, Nicolae-lah yang mengisi hidup Aleksis dan mereka sudah berhubungan sangat dekat hingga memutuskan untuk menikah.     

Dengan tahu diri akhirnya Alaric mengangguk dan berjalan meninggalkan mereka berdua. Nicolae mengangkat gelasnya dan mendentingkannya ke gelas Aleksis.     

"Kita mau minum berapa teguk?" tanyanya dengan nada jenaka. Aleksis tertegun melihat sikap Nicolae yang demikian hangat dan riang, walaupun ia tahu pasti pemuda itu pasti sedang merasakan kesedihan dan patah hati yang mendalam.     

"Kita minum seteguk demi seteguk saja..." bisik Aleksis.     

Nicolae mengangguk. Ia memberi tanda dan mereka pun minum tegukan pertama. Kini keduanya tampak seperti pasangan berusia 30-an.     

Aleksis memberi tanda dan mereka pun minum tegukan kedua. Kini keduanya tampak seperti pasangan berusia 40-an.     

"Aku sungguh berharap bisa bersamamu selamanya, dan menjadi tua bersama..." kata Nicolae pelan. "Tetapi rupanya kita tidak berjodoh. Apa pun yang kulakukan, aku takkan pernah bisa bersamamu."     

Aleksis tertunduk. Ia mengerti bahwa Nicolae ingin menggunakan momen ini untuk mengucapkan perpisahan. Aleksis merasa sangat sedih kehilangan sahabatnya...     

Tetapi ia sadar, kesedihan Nicolae akan sangat besar jika ia terus tinggal di sini dan menyaksikan perempuan yang ia cintai bersama laki-laki lain, walaupun itu adalah adiknya sendiri.     

Kesedihannya itu akan berlipat ganda, karena anak-anak yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri, juga akan kembali kepada ayah kandung mereka.     

"Aku pasti akan perlu waktu yang sangat lama untuk memulihkan diri dan menyembuhkan patah hatiku ini..." kata Nicolae lagi. "Tetapi aku akan selalu mendoakan kebahagiaan kalian."     

"Nico..." Aleksis mengangkat wajahnya dan menatap Nicolae dengan air mata berlinang, "Maaf.."     

Nicolae memberi tanda dan mereka meminum tegukan ketiga.     

"Tidak usah meminta maaf. Untung Alaric datang di saat yang tepat. Bayangkan kalau besok kita sudah menikah... kau akan punya dua suami," katanya geli. Wajahnya kemudian berubah menjadi serius, "Walaupun aku tidak keberatan, tapi orang lain akan mengecam kita."     

"Nico..! Kau ini apa-apaan, sih." Aleksis memukul bahu Nicolae sambil tertawa. Walaupun dalam situasi seperti ini, Nicolae masih bisa bercanda.     

Kini mereka berdua tampak seperti pasangan berusia 50-an.     

"Kau masih tetap cantik.. astaga, adikku beruntung sekali!" seru Nicolae sambil geleng-geleng. Ia memberi tanda dan mereka meminum tegukan keempat.     

"Terima kasih karena kau begitu dewasa dan berlapang dada memberikan restumu kepada kami," kata Aleksis kemudian. "Aku dan anak-anak selamanya berhutang budi kepadamu. Semua yang kita alami bersama selama empat tahun ini juga akan kusimpan di dalam hatiku sebagai kenangan yang sangat indah..."     

"Aku juga. Empat tahun ini adalah masa-masa terbaik dalam hidupku. Aku sangat bahagia menghabiskannya dengan kalian..." Suara Nicolae berubah menjadi emosional. "Aku akan selalu mengenangnya..."     

Musik sudah dimainkan dan suasana menjadi semakin syahdu. Nicolae menaruh gelasnya bersama gelas Aleksis di meja lalu memeluk gadis itu.     

"Mau berdansa satu lagu ini denganku?" tanyanya.     

Aleksis mengangguk. Keduanya lalu berdansa pelan mengikuti alunan musik sambil bercakap-cakap pelan.     

Ini adalah hal yang sering mereka lakukan setelah Aleksis menerima cinta Nicolae di musim panas lalu. Kini mereka akan berdansa untuk terakhir kalinya karena setelah hari ini, Aleksis akan kembali menjadi istri orang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.