The Alchemists: Cinta Abadi

Paman Lavender



Paman Lavender

0"Altair... kemarilah," Nicolae membuka matanya dan mengembangkan tangannya agar Altair datang mendekat. Vega yang ada dalam rangkulannya tampak keheranan melihat Nicolae kemudian bersimpuh dan memeluknya. Altair kemudian datang menghampiri dan Nicolae pun ganti memeluknya. "Anak-anakku yang manis. Papa Nic mau memberi tahu kalian sesuatu."     

Wajah kedua anak yang sangat mirip itu tampak dipenuhi pertanyaan.     

"Ada apa, Pa?" tanya Altair sambil membulatkan matanya keheranan.     

"Kau dan Vega terlahir di hari yang sama dari Mama Aleksis, kalian tahu itu kan?" tanya Nicolae. Keduanya mengangguk. Nicolae tersenyum lebar, menyembunyikan rasa sedih di dadanya. "Papa Nic juga terlahir di hari yang sama dengan ayah kalian. Kami berasal dari ayah dan ibu yang sama, seperti kalian juga berasal dari ayah dan ibu yang sama."     

Dua pasang mata itu tampak membesar dan bibir keduanya berseru tertahan.     

"Astaga.. benarkah??" tanya Altair setengah berseru. Ia sangat terkejut karena mengetahui ternyata ia dan orang yang dianggapnya sebagai ayah selama ini memang memiliki hubungan darah.     

Alaric yang memperhatikan adegan itu seketika terpaku mendengar percakapan Nicolae dan kedua anaknya.     

Apa tadi katanya?     

"Benar. Papa Nic dan ayah kalian bersaudara. Papa Alaric harus pergi selama beberapa tahun karena ia terkena musibah, tetapi sekarang Papa Alaric sudah kembali. Kalian harus menghiburnya karena ia sangat merindukan kalian..." kata Nicolae. Ia bangkit berdiri dan menggandeng Vega di tangan kirinya dan Altair di tangan kanannya. "Itu dia ada di sana..."     

Alaric membeku di tempatnya, pikirannya menolak bekerja saat ia melihat Nicolae berjalan menghampirinya dengan dua anak kembar yang sekarang baru disadarinya sangat mirip dengan dirinya sendiri...     

Bukankah mereka mewarisi rambutnya dan wajahnya...? Dan Altair, bukankah raut wajah dan penampilannya bagaikan pinang dibelah dua dengan Alaric sendiri? Mengapa tadi ia tidak mengenali anaknya sendiri dan mengira mereka anak-anak Nicolae...?     

Ketika Nicolae tiba tepat di hadapannya, kedua kakak beradik itu kini berhadapan dan saling pandang. Alaric ingat ia telah beberapa kali melihat Nicolae di foto-foto lama saat ia masih bersama Terry dan Aleksis di Singapura. Ia juga ingat pernah melihat Nicolae di Ritz Gala empat tahun lalu bersama Terry.     

Kini ia bisa mengerti mengapa sangat mudah bagi orang-orang untuk menebak Nicolae adalah anak Lauriel. Pemuda itu sangat mirip dengan ayahnya. Alaric kini menyadari bahwa walaupun kembar, wajah mereka berdua berbeda. Ia dilahirkan mirip dengan ibunya, sementara Nicolae dilahirkan mirip ayahnya...     

Sementara kedua anak ini, walaupun sepintas terlihat seperti anak-anak Nicolae, tetapi sebenarnya mereka berdua sangat mewarisi penampilan Alaric...     

Oh Tuhan... ternyata sepuluh tahun ini Aleksis hidup dan membesarkan kedua anak mereka dengan kehadiran Nicolae sebagai figur ayah bagi Altair dan Vega.     

Dan oh... nama anak-anak mereka adalah Altair dan Vega!     

Alaric kembali teringat malam itu di atas kapalnya, lebih dari sepuluh tahun yang lalu... ketika ia dan Aleksis memadu cinta untuk pertama kalinya...     

"Paman Lavender..." sapa Altair sambil tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan menggenggeam tangan kiri Alaric, "Bunga lavender adalah bunga kesukaan ibuku."     

Alaric semakin membeku di tempatnya. Ia tak dapat bergerak karena terlalu banyak emosi yang membuncah di dadanya dan ia tak dapat mengeluarkan isi hatinya...     

Anak menggemaskan ini adalah anaknya dan Aleksis. Tadi siang anak ini mengatakan suaranya seperti lavender... dan lavender adalah bunga kesukaan Aleksis.     

Nicolae melepaskan tangan kedua anaknya dan bergerak mendekati Alaric. Tanpa disangka-sangka, ia kemudian memeluk saudaranya erat sekali. Alaric hanya bisa terpaku tanpa dapat membalas...     

"Senang bertemu denganmu, Alaric. Selamat berjumpa kembali..." kata Nicolae pelan.     

Mereka bersama selama sembilan bulan dalam kandungan ibu mereka lebih dari seratus tahun yang lalu. Setelah Nicolae dilahirkan, ia dan Alaric kemudian terpisah, dan baru bertemu kembali sekarang. Empat tahun lalu di Ritz Gala mereka hanya berpapasan saat Nicola menemani Terry, dan itu pun hanya lewat fasilitas Virconnect.     

Alaric yang biasanya tak suka disentuh, merasakan dadanya menjadi hangat saat Nicolae memeluknya. Tubuh mereka sama tinggi dan sangat mirip dan terasa begitu pas saat bersentuhan seolah mereka adalah orang yang sama.     

Setelah beberapa lama, Nicolae melonggarkan pelukannya dan menyentuhkan keningnya ke kening Alaric dan menatap matanya. "Adikku."     

Sorot mata Alaric yang biasanya dingin perlahan mulai berkilauan saat ia kemudian mengangguk pelan dan bergumam, "Nicolae..."     

Ia masih membeku di tempatnya ketika Nicolae bersimpuh dan menarik tangannya untuk turun.     

"Altair... ini ayahmu, Vega.. ini ayahmu...." kata Nicolae kepada kedua anaknya.     

Vega memicingkan matanya dan menatap Alaric dengan segan. Tanpa sadar ia lalu bergerak ke belakang tubuh Nicolae. Tadi ia iseng minta berayun di tangan orang asing ini karena menganggapnya adalah tamu biasa, tetapi kini ketika Nicolae memberitahunya bahwa orang itu adalah ayah kandungnya, Vega seketika menjadi sungkan.     

Altair juga tampak ragu-ragu. Ia menyukai sang Paman Lavender, tetapi ia tidak tahu bagaimana bersikap jika ternyata orang ini adalah ayahnya...     

"Papa Nic..." bisik Vega kemudian. "Aku takut..."     

Alaric yang mendengar ucapan anaknya seketika merasa tenggorokannya tercekat. Kenapa anaknya sendiri takut kepadanya? Apakah ia memang demikian mengerikan?     

"Bukan itu maksudnya..." kata Nicolae buru-buru kepada Alaric dengan nada meminta maaf, "Vega sering terbalik menggunakan kata takut, bingung, dan kuatir."     

"Papa pergi lama sekali..." kata Vega kemudian dengan nada sungkan, dan matanya mulai berkaca-kaca. "Papa tidak menyayangi kami. Aku takut papa akan meninggalkan kami lagi. Aku mau Papa Nic saja... Papa Nic tidak pernah pergi..."     

Alaric merasa jantungnya diremas-remas mendengar penjelasan Vega. Ia sadar selama sepuluh tahun ini ia telah kehilangan sangat banyak waktu, dan ia sama sekali tidak tahu bahwa Aleksis melahirkan anak-anaknya.     

Seandainya ia tahu... walaupun harus mati ia akan berusaha sekuat tenaga menemui mereka dan melindungi mereka.     

Tetapi ia tidak pernah tahu...     

Aleksis segera menghampiri mereka tanpa mempedulikan kakinya yang terluka.     

"Sayang... tidak apa-apa... tidak usah takut, ada mama di sini.." katanya sambil memeluk Vega. Ia tahu anak-anaknya masih terguncang mendengar informasi yang sangat mengejutkan itu, dan Aleksis hendak menghentikan Nicolae dan Alaric agar tidak membuat Altair dan Vega bingung. "Kita bisa membicarakan ini nanti ya... sekarang kalian ikut mama saja."     

Vega melepaskan diri dari Aleksis dan memaksa memeluk Nicolae, "Aku mau Papa Nic saja..."     

Aleksis menghela napas sedih. Ia tak mungkin memaksa gadis kecil itu untuk melepaskan Nic. Ia menoleh dan menatap Alaric dengan sorot mata memohon maaf. Pria itu balas menatapnya dengan mata berkilauan dan menggeleng sedih.     

"Tidak apa-apa," katanya pelan. Ia membantu Aleksis berdiri dan memeluknya. "Tidak apa-apa, Sayang. Ini kesalahanku. Aku tidak ada dalam kehidupan mereka sedari awal..."     

"Tapi kau tidak tahu..." bisik Aleksis sedih. "Beri mereka waktu."     

"Aku mengerti," jawab Alaric. Baginya tidak ada lagi yang penting di dunia ini, selama ia mendapatkan Aleksisnya kembali. Anak-anak hanyalah bonus. Ia tidak pernah tahu bahwa ia memiliki dua anak dari istrinya. Tadi ia sangat terkejut dan merasakan dadanya bergolak karena gembira saat mengetahui bahwa ternyata kedua anak menggemaskan itu adalah darah dagingnya sendiri...     

Namun perasaan euphoria itu segera menghilang ketika kenyataan melibasnya dengan kejam. Anak-anaknya tidak pernah merasakan kehadirannya sebagai ayah dan selama ini telah menganggap lelaki lain sebagai sosok ayah mereka.     

Walaupun hatinya sakit karena mereka belum dapat menerimanya, ia harus berlapang dada menerima kenyataan bahwa ia memang tidak ada dalam kehidupan mereka selama sepuluh tahun. Ia harus bersikap fair dan merelakan Nicolae untuk menjadi ayah yang dipilih anak-anaknya, dan tidak memaksakan kehendak.     

Cinta yang sejati tidak mengikat dan tidak memaksakan diri...     

"Paman Lavender..." Aleksis dan Alaric terkejut ketika mendengar Altair yang sedari tadi terdiam tiba-tiba angkat suara, "Benarkah kau ayahku?"     

Alaric menoleh ke arah Altair dan mengangguk. "Kurasa begitu..."     

"Ah... baiklah." Altair kembali mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan kanan Alaric yang terkesima melihatnya.     

"Kau... kau tidak menolakku?" tanya Alaric keheranan. "Kau tidak takut?"     

Altair menggeleng. Sesungguhnya ia merasa senang saat mengetahui paman yang ia temui tadi siang ternyata adalah ayahnya. Ia dapat melihat dirinya dalam diri Alaric dan seketika merasakan hubungan batin di antara mereka.     

Ia sangat senang karena setelah ia dewasa, ia tahu ia akan tumbuh gagah seperti ayahnya, walaupun sekarang ia terlihat seperti perempuan. Ayahku dulu pasti seperti aku, pikirnya.     

Tanpa terasa air mata membasahi mata Alaric ketika ia bersimpuh dan memeluk Altair erat sekali.     

"Oh... anakku.." bisiknya haru.     

Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, Alaric menunjukkan emosinya ke permukaan saat ia memeluk dan kemudian menciumi kedua pipi Altair.     

Ini adalah anaknya, buah cintanya bersama satu-satunya wanita yang ia cintai. Bila takdir tidak memisahkan mereka, Alaric pasti telah melakukan apa pun untuk Aleksis dan anak-anaknya termasuk mengorbankan nyawanya.     

Sayang sekali ia terpisahkan dari keluarganya tanpa mengetahui informasi sepenting ini...     

Ia tidak tahu...     

Ia tidak tahu bahwa dirinya bukan sebatang kara...     

"Aku akan bicara selama yang kau inginkan. Aku akan membuatmu melihat lavender kapan pun kau mau." kata Alaric sambil tersenyum. Dalam waktu yang sangat singkat, wajahnya yang dingin dan selalu tampak datar kini mulai diwarnai ekspresi bahagia dan haru sekaligus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.