The Alchemists: Cinta Abadi

Sebaiknya pengantin beristirahat



Sebaiknya pengantin beristirahat

0Pesta ulang tahun Aleksis berlangsung meriah di tengah kehangatan keluarga. Ia mendapatkan banyak sekali hadiah-hadiah yang indah dari sepupu, saudara dan paman-pamannya. Namun, tentu saja mereka semua tahu bahwa hadiah terbaik bagi Aleksis tahun itu adalah kembalinya Alaric dalam kehidupannya.     

"Baiklah, sudah malam, saatnya kami pulang ke hotel dan kembali besok untuk acara pernikahan," kata Portia setelah selesai makan malam. Ia menoleh ke arah Nicolae, "Kau antar kami ke hotel ya, dan menginap saja bersama kami. Bibi belum sempat berbincang-bincang denganmu. Aku sangat ingin mendengar ceritamu."     

Nicolae mengangguk. Ia tahu Portia berniat baik dengan mengundangnya bermalam di hotelnya agar Nic tidak usah merasakan canggung di Kastil Medici karena persiapan pernikahan yang tadinya untuk dirinya, kini akan diubah untuk Alaric.     

"Aku mengantar Bibi Portia dan Paman Ned ke kota. Besok kami akan kembali," kata Nicolae kepada ayahnya. Ia lalu mengangguk kepada Alaric, "Kau bisa tidur di kamarku sambil bersiap-siap, atau pilih saja salah satu kamar tamu yang kau sukai."     

Alaric mengangguk tetapi tidak menjawab.     

Sebagian tamu turun ke kota untuk beristirahat di hotel mereka, sebagian lagi menginap di kastil di sayap timur yang dikhususkan bagi tamu dan kerabat.     

"Malam ini kalian ini tidur bersama Mama Aleksis atau dengan Nenek?" tanya Finland kepada kedua cucunya.     

Dengan gembira Vega dan Altair segera menyerbu Finland dan berseru, "Nenek!!"     

"Baguslah, jadi Mama Aleksis bisa beristirahat dengan tenang supaya besok bisa bersiap-siap dari pagi untuk pernikahan," kata Finland.     

Alaric hanya memandang antusiasme kedua anaknya dengan sedikit iri. Ia ingin sekali tidur bersama anak-anaknya tetapi sepertinya ia masih harus bersabar karena mereka masih merasa asing terhadapnya. Aleksis yang melihat ekspresinya segera menggenggam tangan Alaric dan mengajaknya menghampiri kedua anak mereka.     

"Baiklah, kalau begitu kalian berdua jangan nakal ya... Silakan tidur bersama Nenek malam ini." Ia mencium pipi Altair dan Vega bergantian lalu memeluk mereka. Ia kemudian memberi tanda kepada Alaric agar melakukan hal yang sama.     

Pria itu duduk bersimpuh dan mendekap Altair yang membalas pelukannya dengan hangat. Sementara Vega masih ragu-ragu. Alaric tidak memaksa. Ia hanya mengusap kepala putrinya lalu membiarkan mereka pergi bersama Finland.     

"Sebaiknya pengantin beristirahat saja agar besok tidak kelelahan. Tidak usah begadang." Finland mengingatkan keduanya sebelum menghilang dengan Altair dan Vega dalam masing-masing genggaman tangannya.     

Aleksis terkesima mendengar kata-kata ibunya dan seketika pipinya memerah. Ia tahu apa maksud Finland. Sejak bertemu kembali hari ini, memang kerinduan yang selama ini ditahannya selama sepuluh tahun tampak sulit sekali ia tahan, dan secara tidak langsung ibunya barusan menasihati agar mereka berdua beristirahat saja dan tidak melampiaskan hasrat kerinduan mereka yang demikian dalam terhadap satu sama lain.     

Tadi saja keduanya berciuman di depan orangtua mereka setelah membicarakan tentang pernikahan, karena rasa rindu yang demikian besar mereka rasakan terhadap masing-masing.     

"Tradisinya adalah pengantin tidak boleh saling bertemu sebelum hari pernikahan," bisik Aleksis ke telinga Alaric. Pria itu hanya mengangkat bahu.     

"Itu tidak berlaku untuk kita karena kita kan sudah menikah?" katanya dengan nada tidak peduli. "Aku ingin menghabiskan setiap detik bersamamu, karena aku tidak mau kita berpisah lagi..."     

Aleksis menelan ludah. Ia mengerling ke sekitar mereka dan menyadari bahwa sedari tadi orang-orang sengaja membiarkan mereka berdua saja, karena kerabatnya mengetahui betapa mereka telah terpisah sedemikian lama, dan sekarang berhak untuk dipersatukan kembali.     

"Uhm.... " Aleksis akhirnya mengangguk setelah berpikir beberapa lama. Ia pun tak ingin berpisah dari Alaric walaupun satu detik saja. "Kalau begitu kita beristirahat di kamarku saja."     

Seulas senyum menghiasi wajah Alaric mendengar kata-kata Aleksis dan ia pun melayangkan ciumannya ke bibir gadis itu. Ia lalu memerintahkan Aleksis mengatur agar kurir mengambilkan pakaiannya dari hotel dan segala keperluan lainnya.     

"Siapa itu?" tanya Aleksis ketika mendengar Alaric bicara kepada jam tangannya. Alaric hanya tersenyum dan merangkul pinggangnya.     

"Asisten digitalku. Dia kubuat berdasarkan kepribadianmu, karena aku selalu merindukanmu." Ia lalu berhenti berjalan dan menghadapkan tubuhnya ke tubuh Aleksis, "Aku senang sekarang aku sudah bertemu Aleksis yang asli. Aku tidak memerlukannya lagi."     

"Hei... begitu ya? Habis manis sepah dibuang?" omel Aleksis sang asisten digital. "Aku marah."     

Alaric mematikan tombol asistennya dan menggeleng ke arah Aleksis, pura-pura tidak mendengarkan suara asisten digitalnya. "Kau tidak tahu betapa bahagianya aku hari ini."     

Mereka berjalan bergandengan menuju kamar Aleksis di sayap barat sambil bercakap-cakap dengan suara pelan tentang kabar masing-masing selama sepuluh tahun mereka tidak berjumpa.     

"Aku tidak sabar menunjukkan foto-foto dan video Altair dan Vega selama ini," bisik Aleksis dengan penuh semangat, walaupun ia tetap menjaga agar suaranya tetap pelan. Ia tidak ingin menarik perhatian para pelayan yang berpapasan dengan mereka.     

"Aku sangat ingin melihatnya," kata Alaric dengan haru. Ia sangat ingin melihat semua tentang anak-anaknya dan Aleksis selama ia tidak ada. Perasaan bahagia di dadanya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. "Kurasa lebih baik menunggu sampai kita pulang dan kau bisa membagikannya kepadaku lewat Holodeck. Aku ingin melihat semuanya dan menjadi bagian dari pengalaman itu."     

Aleksis pernah mendengar tentang teknologi satu itu, tetapi belum pernah mencobanya. "Ah... itu salah satu produk dari perusahaanmu, kan? Aku senang bisa membagikan pengalaman itu secara langsung denganmu."     

Alaric tersenyum tipis dan mengangguk, "Kau tidak tahu ini, tetapi aku menciptakan holodeck hanya agar aku dapat mengulangi kenangan-kenanganku bersamamu karena aku sangat merindukanmu. Aku senang kau pun akan dapat menggunakannya untuk berbagi kenangan denganku."     

Aleksis tertegun mendengar pernyataan jujur suaminya, dan seketika perasaan haru menyeruak ke dalam hatinya. Ia berhenti berjalan dan memeluk Alaric lama sekali.     

"Terima kasih, karena kau selalu mencintaiku demikian dalam. Terima kasih karena tidak ada perempuan lain di dalam hidupmu," bisik Aleksis kepada Alaric. Ia bersyukur karena selama sepuluh tahun mereka berpisah, Alaric sama sekali tidak membuka hati kepada siapa pun, sehingga ketika mereka kembali dipertemukan takdir, keduanya dapat sama-sama kembali dengan tanpa beban.     

Ia tak dapat membayangkan jika Alaric sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain atau bahkan menikahinya, tentu akan rumit bagi mereka untuk kembali bersatu, sama seperti Aleksis yang hampir saja menikah dengan Nicolae.     

"Mana bisa aku bersama perempuan lain," bisik Alaric sambil menciumi puncak kepala Aleksis. "hanya kau satu-satunya wanita yang aku cintai di dunia ini."     

Mereka kembali berciuman dengan penuh haru di selasar menuju sayap barat. Para pelayan yang lewat pura-pura tidak melihat dan segera bergegas pergi agar tidak menganggu keduanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.