The Alchemists: Cinta Abadi

Dua bersaudara



Dua bersaudara

0Portia memegang dadanya berusaha menahan kesedihan. Sekarang ia dapat melihat bahwa Lauriel memang sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi, baik mengenai Luna, dan kemudian tentang Alaric. Ia kini melihat betapa wajah Lauriel dipenuhi kedukaan mendalam dan ia mengerti pria itu merasa sangat menyesal.     

Alaric memandang Altair dan Vega bergantian dan dadanya terasa sakit, mengingat bahwa seandainya sepuluh tahun lalu ayahnya tidak mengincarnya dan menyebabkan kematiannya, Aleksis tidak akan menjalin hubungan dengan Nicolae dan mempunyai dua anak dengannya...     

Walaupun kini ia mengetahui bahwa Lauriel sungguh-sungguh tidak mengetahui apa yang terjadi saat itu, sangat sulit baginya untuk memaafkan ayahnya...     

Sementara itu Nicolae membeku di tempatnya... ia sangat terkejut mendengar apa yang sudah terjadi dan seketika pikirannya menghubungkan setiap potongan informasi yang sudah diterimanya dan kini ia mengambil kesimpulan.     

Pria asing ini adalah saudara kandungnya yang hilang...     

Dan ia adalah Alaric Rhionen...     

Suami Aleksis yang dikira telah meninggal...     

Dan ini juga adalah ayah kandung Altair dan Vega...     

Seketika wajah Nicolae menjadi pucat dan kepalanya terasa sakit.     

Lauriel yang menyalahkan diri sendiri kemudian terduduk dan membenamkan wajahnya di kedua tangannya dengan kedukaan mendalam.     

"Paman Rory..." Akhirnya Aleksis yang tidak tega melihat Lauriel demikian hancur hati berinisiatif menghampiri Lauriel. Ia melihat Nicolae masih shock dan Alaric sangat sulit memaafkan ayahnya. Aleksis lupa kakinya masih terluka dan tubuhnya terhuyung sambil menahan sakit ketika ia mendekati Lauriel. "Aduh... kakiku..."     

"Sshh... jangan berjalan dulu." Ketika mendengar suara kesakitan Aleksis, dengan sigap Alaric berjalan menghampirinya, hendak menggendong Aleksis agar tidak berjalan, tetapi Aleksis menepis tangannya dengan halus dan tetap menghampiri Lauriel dengan berjalan sendiri.     

"Paman... Paman Rory..." Dengan penuh kasih sayang Aleksis memeluk Lauriel yang sedang berduka dan ikut menangis di bahunya. "Paman... semuanya sudah terjadi, dan sekarang kita semua baik-baik saja. Kumohon berhentilah menyalahkan dirimu... Kau tidak tahu. Ketidaktahuan bukanlah dosa... Paman jangan berduka lagi... Kami semua ada di sini dan baik-baik saja..."     

Suasana menjadi sangat haru, hanya suara isak tangis Aleksis yang terdengar. Semua kini mengerti apa yang sudah terjadi, dahulu sebelum Luna meninggal dan sepuluh tahun lalu ketika Alaric Rhionen dinyatakan meninggal...     

Marion yang sudah berhasil menguasai diri, akhirnya menarik napas panjang dan perlahan-lahan mendekati Alaric yang berdiri termangu memperhatikan Lauriel dan Aleksis yang sedang berduka.     

"Alaric... " Suaranya bergetar saat ia berbicara. "Akulah yang saat itu bertemu denganmu di Targu Mures. Aku menyamar sebagai Aleksis untuk menjebakmu. Kami melakukan itu karena kesalahpahaman yang terjadi karena kami mengira Aleksis terlibat dengan orang yang membahayakannya. Ketika aku mendengar sendiri darimu, bahwa kau sangat mencintainya dan kalian telah menikah... aku tahu itu semua adalah suatu kesalahan yang buruk. Aku berusaha mencegah agar Lauriel dan teman-teman tidak memburumu..."     

Alaric tidak bergeming mendengar kata-kata Marion. Dadanya dipenuhi kebencian karena ia ingat betapa gadis ini dulu menipunya, tetapi di permukaan wajahnya tetap terlihat datar.     

"Kekalutanku menjadi semakin besar ketika kau menunjukkan rambut Putri Luna di dalam liontin ini... Aku langsung mengetahui bahwa kau adalah anak Lauriel dan aku menjadi panik. Aku tidak ingin kau mengetahui bahwa ayahmulah yang sedang mengejarmu... Aku tidak ingin kau membenci ayahmu. Aku tahu betapa akan hancur hatinya jika anak kandungnya sendiri membencinya karena kesalahpahaman itu.. Maka aku merahasiakannya dan menunggu sampai aku dapat bertemu langsung dengan Lauriel."     

Marion mengeluarkan kalung Aleksis dari dalam tasnya, dan menyerahkannya kepada Alaric, "Sayangnya semua sudah terlambat. Mereka mengira kau adalah orang jahat yang hendak menyakitiku sehingga mereka menembakmu dari helikopter. Aku panik dan sedih. Aku memeriksa semua tanda vitalmu dan mengira kau sudah mati... Aku tidak tega membayangkan betapa hancurnya hati Lauriel kalau sampai ia mengetahui bahwa ia membunuh anak kandungnya sendiri... karena itulah aku berpikiran pendek dan mengambil jalan pintas. Aku membuangmu ke jurang dan menyembunyikan kalung ini... Kau tidak tahu betapa 100 tahun yang lalu Lauriel berubah.. Kematian ibumu membuatnya sangat terpukul. Aku tak mau ia menghukum dirinya sendiri atas apa yang terjadi dan mengambil Kematian... Maafkan aku. Aku yang bersalah... bukan Lauriel. Ia tidak tahu apa-apa..."     

Alaric akhirnya menerima kembali kalung Aleksis dengan tangan gemetar. Ia tidak mengira suatu hari nanti masih akan dapat kembali memegang rambut ibunya di tangannya. Dibukanya liontin itu dan mengeluarkan seuntai rambut keunguan yang sangat mirip dengan rambutnya sendiri dan setetes air mengalir ke pipinya.     

"Ibu memaksa bidan yang menolong kelahiranku untuk menggunting rambutnya sebelum ia meninggal..." kata Alaric pelan, "Mungkin ibu sudah punya firasat bahwa aku akan memerlukannya sebagai bukti identitasku. Sayangnya aku tidak pernah membutuhkannya...."     

Nicolae yang melihat Alaric mengeluarkan rambut ibunya seketika menjadi tersentuh. Ia sama sekali tidak memiliki peninggalan apa pun dan tidak mengetahui jejak ibunya, tetapi ia dirawat dan tumbuh bersama keluarga yang bahagia.     

Ia sudah dapat menduga bagaimana kehidupan Alaric selama ini, hidup sendirian dan harus mempertahankan diri sendiri tanpa orang tua dan kerabat yang melindunginya. Kehidupannya pasti sangat keras dan mengerikan, hingga ia kemudian masuk ke dunia hitam...     

Kini Nicolae menjadi mengerti siapa Alaric Rhionen sebenarnya.     

Dulu selama bertahun-tahun ia menyelidiki Rhionen Industries dan Rhionen Assassins, dan menyimpulkan bahwa Alaric Rhionen sangat membenci manusia...     

Sekarang ia tahu sebabnya.     

Nicolae menyadari betapa miripnya Alaric dengan Lauriel... dan ia sekarang percaya betapa dirinya dan Alaric memang bersaudara.     

Ia menarik napas panjang dan memejamkan matanya selama beberapa saat, berusaha menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Ia mengerti posisi sulit yang dialami Aleksis sekarang, sehingga tadi gadis itu terus menggenggam tangannya. Ia juga mengerti kesedihan ayahnya...     

Ia sudah mengerti bahwa tidak akan ada pernikahan keesokan harinya, karena perempuan yang ia cintai, yang selama sepuluh tahun ini mengisi hatinya, telah dan masih menikah dengan saudaranya sendiri.     

Ia tahu bahwa sebentar lagi mereka akan membicarakan tentang bersatunya kembali Alaric dan Aleksis dan Nicolae harus berbesar hati untuk mengembalikan Aleksis dan anak-anaknya kepada Alaric Rhionen, suami dan ayah mereka.     

Nicolae mengamati Alaric dan menyadari bahwa hingga kini Alaric sepertinya tidak mengetahui bahwa ia adalah ayah dari kedua anak Aleksis, terlihat dari sikapnya yang dingin dan canggung saat memperhatikan Altair dan Vega.     

Oh, malangnya kau, adikku... pikir Nicolae sambil menghela napas panjang. Kepalanya masih terasa sangat sakit dan sekujur tubuhnya memanas. Ia memejamkan matanya dan berpikir, ia tahu ia harus mengambil keputusan segera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.