The Alchemists: Cinta Abadi

Alaric dan Nicolae (2)



Alaric dan Nicolae (2)

0Melihat wajah Alaric yang sedih, Aleksis hampir memeluknya, tetapi ia segera sadar bahwa banyak orang yang memperhatikan mereka dan masih belum mendapatkan penjelasan tentang apa yang terjadi. Ia harus dapat menahan diri.     

Ia juga melihat sepintas bagaimana wajah Nicolae yang memperhatikan ke arah mereka dengan bingung. Pria itu sangat baik hati dan tidak memaksakan diri untuk mendekat saat Lauriel minta tidak diganggu, walaupun ia adalah calon suami Aleksis. Dengan sabar ia berdiri di sudut bersama Vega yang ada dalam rangkulannya.     

"Lukanya sudah diobati. Besok kau sudah bisa berjalan seperti semula," kata Lauriel kemudian.     

"Terima kasih, Paman," kata Aleksis.     

"Terima kasih," Alaric juga mengangguk. Ia masih belum dapat memanggil Lauriel ayah.     

Sekarang saat yang dinanti-nantikan itu tiba. Saat kebenaran.     

Lauriel berdiri dan melayangkan pandangnya ke sekeliling ruangan dan memberi tanda agar semua orang datang mendekat. Dengan penuh pertanyaan satu persatu mereka datang dan berkumpul, mengambil duduk di berbagai kursi yang nyaman di sekeliling Lauriel.     

Pandangan Caspar dan Finland seketika tertuju pada Alaric yang duduk di samping anak perempuan mereka. Keduanya mengenali Elios Linden dari empat tahun lalu, dan tidak dapat mengira-ngira mengapa ia duduk di sebelah Aleksis.     

Nicolae maju dan segera menghampiri Aleksis. Ia menyentuh bahu gadis itu dengan lembut dan bertanya tanpa suara, "Ada apa?"     

Aleksis hanya dapat memegang tangannya dan mengusap-usap punggung tangan Nicolae pelan. Nicolae adalah sahabatnya, pria yang hampir menjadi teman hidupnya, seandainya suaminya hari ini tidak datang dan membuka rahasia bahwa ternyata masing-masing mengira yang lainnya sudah meninggal...     

"Nic..." Aleksis tak dapat menemukan suaranya. Ia hanya terdiam sambil memegang tangan Nicolae. Ia ingat betapa parah patah hati Nicolae sepuluh tahun lalu, sehingga ia memutuskan untuk pergi selama bertahun-tahun..     

Tentu kebenaran yang akan terungkap hari ini akan membuatnya sangat terpukul. Nicolae dan Aleksis sudah empat tahun bersama dan hampir menikah... tetapi kini Aleksis akan meninggalkannya. Karena itulah tanpa sadar Aleksis terus mempertahankan genggamannya pada tangan Nicolae.     

Ia berharap setidaknya ia akan dapat mengurangi kesedihan Nicolae saat mendengar berita ini, dengan menunjukkan bahwa ia masih tetap sahabatnya dan akan ada untuknya.     

Alaric melihat keresahan Aleksis dan berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk tidak marah. Ia tidak ingin membuat Aleksis takut kalau ia murka di depan banyak orang karena istrinya menyentuh tangan lelaki lain. Ia hanya bisa melengos dan menarik napas panjang.     

Lauriel memperhatikan itu semua dan ia ikut merasakan sedih untuk kedua anaknya. Siapa yang mengira kedua anak lelakinya akan jatuh cinta kepada wanita yang sama?     

"Aku punya kabar penting..." Lauriel memulai kata-katanya. Portia dan Ned tampak memperhatikan Lauriel dan dapat menduga apa yang hendak disampaikannya. Sepertinya Lauriel sudah mengetahui bahwa Alaric adalah anaknya, pikir mereka.     

Semua orang memperhatikan Lauriel dengan seksama.     

"Tahun 1945, Luna dan aku sedang membicarakan tentang masa depan dan kami bertengkar tentang sesuatu hal. Luna ingin menetap di suatu tempat dan aku masih ingin bertualang. Saat itu ia salah memahami kata-kataku dan mengira aku masih belum mau menetap bersamanya untuk membangun keluarga, padahal saat itu dunia sedang dilanda perang dan aku hanya ingin menunggu hingga suasana menjadi damai.     

Ia lalu meninggalkanku untuk bersama dengan keluarganya. Aku tidak tahu ia sedang mengandung saat itu. Aku baru mengetahuinya dari surat yang ia tinggalkan dan saat itu sudah terlambat bagiku untuk menyusulnya. Endo dan Neo terperangkap di Manchuria dan nyawa mereka dalam bahaya... maka prioritasku adalah menyelamatkan orang-orangku.     

Aku mengira Luna akan aman di Jerman..." Suaranya mulai bergetar karena sedih, tetapi Lauriel terus melanjutkan kata-katanya. "Tapi kemudian terjadi serangan kota dan rumah keluarganya hancur, aku pun mengira Luna meninggal bersama semua orang... kalian lalu tahu apa yang terjadi."     

Caspar mengangguk, "Kau sangat terpukul dan memutuskan untuk menghilang selama puluhan tahun."     

Lauriel menghela napas panjang, "Aku tidak tahu Luna berhasil menyelamatkan diri ke Rumania dan di sana melahirkan seorang anak lelaki, yang kemudian dirawat oleh dokter rumah sakit dan dibesarkan seperti anaknya sendiri..."     

Nicolae mengangguk. Ia tak tega melihat ayahnya mengulangi cerita yang membuatnya menjadi sangat sedih, "Ayah... tidak usah dilanjutkan, kami sudah tahu apa yang terjadi."     

Lauriel menggeleng. "Aku tidak tahu bahwa Luna melahirkan anak kami, dan selama hampir seratus tahun aku hidup merana sebatang kara, tanpa tahu bahwa darah dagingku ada di luar sana, tumbuh tanpa kasih sayang dan perlindungan orang tuanya..."     

"Paman..." bisik Aleksis. Ia juga tidak sanggup melihat sepasang mata biru-hijau Lauriel mulai berkaca-kaca. Lauriel adalah seorang pria yang terkenal dingin dan tangguh, tetapi hari ini Aleksis telah beberapa kali melihatnya dalam kondisi demikian rapuh.     

"Aku bertemu Nicolae sepuluh tahun lalu di Singapura, dan mengetahui bahwa ia adalah anakku yang hilang... Tetapi aku tidak mengetahui bahwa setelah dokter di rumah sakit Rumania itu membawa bayi Nicolae dari rumah sakit, dan menyelamatkannya, Luna masih melahirkan seorang anak lagi..."     

Seketika terdengar seruan terkejut dari semua orang yang hadir. Bahkan Portia tidak pernah menyangka bahwa sepupunya melahirkan anak kembar. Sophia membelalakkan matanya terkejut. Ini perkembangan yang sama sekali tidak diduganya.     

Finland menekap bibirnya dengan kaget. Ia menatap Alaric yang duduk di samping Aleksis dan segera menduga-duga, apakah pemuda itu adalah anak Lauriel yang sedang ia bicarakan.     

"Anak kedua ini tumbuh di panti asuhan dan mengalami kehidupan yang sangat keras..." Mata Lauriel berkaca-kaca saat menatap Alaric dan membayangkan betapa susahnya anaknya ini mempertahankan diri di tengah masa-masa sulit sehabis perang, seorang diri.     

Alaric tidak tampak terpengaruh. Ia hanya menatap Lauriel dengan pandangan datar. Ia tidak biasa menunjukkan perasaannya. Tadi ia memang sempat terpancing kemarahan, tetapi sekarang ia sudah kembali menjadi dirinya sendiri yang dapat bersikap tenang dan dingin.     

Ia terkesan akan sikap Laurel yang menyentuh, tetapi di satu sisi, ia tidak tahu apakah ayahnya benar-benar tidak mengetahui tentang dirinya sepuluh tahun lalu atau ini semua hanya alasannya saja. Karena itulah ia sama sekali tidak bereaksi.     

Sementara itu Nicolae menjadi sangat terkejut mendengar kata-kata ayahnya. Ia tidak pernah mengira ternyata ia memiliki saudara kembar.     

Ia menatap Alaric yang duduk di samping Aleksis dan pikirannya segera membuat dugaan-dugaan gila... Apakah pria ini... adik kandungnya?     

Siapa dia sebenarnya? Mengapa ia dan Aleksis tampak mempunyai hubungan khusus?     

"Ayah..." panggil Nicolae. Tiba-tiba Ia merasakan tangan Aleksis mengencangkan genggaman tangannya, sehingga ia menoleh ke arah gadis itu, "Aleksis...?"     

Firasat Nicolae berubah menjadi sangat buruk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.