The Alchemists: Cinta Abadi

Ayah dan Anak (2)



Ayah dan Anak (2)

0Lauriel merasa lega mendengar jawaban Alaric.     

"Kau percaya kepadaku?" tanyanya dengan suara terharu. Wajahnya tampak lega dan ia mulai tersenyum. "Aku sangat menginginkan kalian berdua. Aku tidak tahu tentang kalian hingga hampir seratus tahun lamanya..."     

Alaric mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti maksud Lauriel barusan. Berdua?     

Aleksis seketika menyadari, sama seperti Lauriel tidak mengetahui Alaric adalah anaknya, Alaric pun tidak mengetahui bahwa ia terlahir kembar.     

"Ibuku meninggal setelah melahirkan aku... Apa maksudmu... berdua?" tanya Alaric kebingungan. "Apakah ada yang mengaku-ngaku sebagai anak ibuku kepadamu?"     

Aleksis dan Lauriel saling pandang. Mereka pun tidak mengerti. Yang jelas tes DNA sudah dilakukan dan Nicolae terbukti merupakan darah daging Lauriel.     

"Nicolae... bertemu paman di Singapura sepuluh tahun lalu dan tes DNA menunjukkan bahwa ia adalah anak Paman Rory. Tidak ada yang mengetahui Paman Rory mempunyai anak sebelum peristiwa Nicolae terluka dan membutuhkan transfusi darah Paman..." kata Aleksis menjelaskan. "Ia tidak mengaku-ngaku..."     

Alaric menggeleng-geleng. "Ini tidak mungkin. Ibuku meninggal setelah melahirkanku, tidak ada anak lain yang dilahirkannya. Aku punya buktinya. Ia meminta bidan menggunting rambutnya untuk diberikan kepadaku... Aku juga sering mengunjungi makamnya."     

Aleksis teringat liontin yang dulu diberikan Alaric kepadanya, yang berisi guntingan rambut ibunya. Tanpa sadar ia menyentuh lehernya, sayangnya kalung itu sudah tidak ada.     

Lauriel tertegun. Ia baru mengingat kalung yang dulu diambilnya dari leher Aleksis dan diberikan kepada Marion. Ia ingat memang ada rambut keunguan di dalam liontinnya...     

Ia baru menyadari bahwa ia pernah memegang guntingan rambut Luna di tangannya..     

Oh Tuhan... ia dulu pernah begitu dekat dengan petunjuk keberadaan anaknya!     

"Kalung itu sudah hilang," kata Lauriel dengan suara sangat menyesal. "Tetapi tanpa rambut Luna pun aku percaya kepadamu. Aku tidak perlu tes DNA untuk mengetahui kau adalah anakku."     

Alaric terdiam. Ia masih tak dapat mencerna ucapan Lauriel bahwa ada seorang laki-laki lain yang diakui sebagai anak ayahnya. Dan laki-laki itu ternyata bukan anak dari perempuan lain.     

Selama ini memang tidak ada perempuan lain...     

Apakah ia sungguh-sungguh mempunyai seorang saudara kandung? Kalau memang demikian... berarti saudaranya pun hidup selama hampir seratus tahun seorang diri, tanpa mengetahui siapa dirinya.     

Ia membayangkan rasa sepi dan bingung yang dialaminya di awal kehidupannya, karena semua orang yang ia kenal menua dan mati... sementara ia sendiri tetap seperti ini...     

"Harusnya aku tahu... gen kembar mengalir dalam keluargaku..." Lauriel tersenyum melihat kebingungan di wajah Alaric. "Adikku terlahir kembar... tidak mengherankan kalau anak-anakku juga kembar... "     

Alaric akhirnya menghela napas panjang. Ia tidak tahu apa yang terjadi sehingga ibunya bisa melahirkan dua orang anak yang hidup terpisah, tetapi ia dapat melihat dari mata Lauriel bahwa ayahnya itu tidak mungkin berbohong kepadanya tentang hal seperti ini.     

"Sayang..." Aleksis menyentuh tangan Alaric dan menggenggam tangannya. "Aku rasa aku tahu apa yang terjadi. Nicolae mengatakan kepadaku bahwa ia dibesarkan oleh dokter rumah sakit yang membantu kelahirannya di sebuah rumah sakit di Rumania, sebelum terjadi serangan udara. Dokter itu mengatakan ibunya meninggal setelah melahirkannya dan ia hanya berusaha menyelamatkan bayi yang baru lahir itu.. Bertahun-tahun kemudian ketika Nicolae mencari jejaknya, ia tak berhasil menemukan makam ibunya. Mungkin... mungkin ibumu saat itu belum meninggal, ketika mereka meninggalkan rumah sakit di tengah serangan bom. Ia kemudian melahirkanmu tengah reruntuhan rumah sakit, seperti yang kau ceritakan, saat itu para petugas rumah sakit sudah menyelamatkan diri... Hanya ada bidan setempat yang menolongmu dan membawamu ke panti asuhan itu..."     

Lauriel merasakan dadanya sangat sesak saat mendengar bahwa Alaric lahir setelah rumah sakit hancur diserang bom dan ia tumbuh di panti asuhan. Ia segera mengerti betapa kerasnya hidup yang dijalani anak keduanya itu, seorang diri... tanpa kasih sayang dan perlindungan orang tua.     

Setidaknya Nicolae dirawat oleh seorang dokter yang memberinya keluarga yang penuh kasih sayang...     

Oh, anakku yang malang, pikir Lauriel getir. Tidak mengherankan ia tumbuh menjadi seorang pembunuh... dan kemudian terkenal sebagai pembenci manusia.     

Kebenciannya kepada manusia jauh lebih mendalam dan berakar daripada apa yang pernah dirasakan Lauriel. Untuk sesaat Lauriel menyadari, betapa miripnya pemuda ini dengan dirinya. Mereka sama-sama penyendiri, membenci manusia, dan terbiasa hidup dengan kekerasan.     

Lauriel menatap anaknya yang hilang itu dengan mata berkaca-kaca. Kini ia mengerti semua kepahitan dan kebencian yang melingkupi diri anaknya. Ia sudah mendengar seperti apa tindak-tanduknya sebagai Alaric Rhionen dan kini Elios Linden, dan baru sekarang ia mengerti dari mana asalnya semua kemarahan dan kebencian itu.     

Alaric tanpa sadar mengepalkan tinjunya penuh kemarahan. Ia kembali teringat betapa mengerikan nasib yang harus dialami ibunya karena perang manusia-manusia sialan itu!     

Aleksis yang melihat tubuh Alaric gemetar karena kemurkaan yang besar buru-buru memeluknya dan melingkarkan tangannya ke leher suaminya. "Sssh... aku tahu kau marah... tapi itu semua sudah berlalu. Jangan biarkan kebencian menghancurkan hidupmu. Memelihara kemarahan dan kebencian hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Kumohon sayang, jangan marah... aku takut kalau kau marah seperti ini..."     

Seperti terkena guyuran air yang sangat dingin, Alaric terdiam, dan pelan-pelan kepalan tinjunya terlepas. Ia tak mau membuat Aleksis takut.     

Alaric menarik napas dalam-dalam dan menenangkan emosinya, lalu balas merangkul Aleksis dan mencium puncak kepalanya. "Maafkan aku... Aku hanya kesal. Aku tidak akan marah lagi di depanmu."     

Lauriel hanya dapat melihat pemandangan di depannya dengan terpesona. Aleksis dan Alaric terlihat sangat serasi dan betapa pun marahnya Alaric, dengan sangat mudah Aleksis dapat menenangkannya. Siapa pun bisa melihat pria itu memiliki cinta yang sangat besar kepada Aleksis dan akan melakukan apa pun untuknya.     

Ah... dan bukankah mereka memang sudah menikah?     

Mata Lauriel berkaca-kaca ketika ia menyadari bahwa Altair dan Vega sangat mirip dengan Alaric, walaupun sekilas mereka dapat terlihat seperti anak-anak kandung Nicolae.     

Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Kedua bocah itu adalah cucunya sendiri. Mereka adalah anak-anak Aleksis bersama Alaric, dan Alaric adalah anak kandungnya, adik Nicolae. Nicolae dan Alaric adalah anak kembar yang tidak identik.     

Oh... betapa baiknya semesta ini kepadanya... Lauriel diberikan dua orang anak yang sempurna. Seorang anaknya lahir secara fisik sangat mirip dengannya, dan mewarisi sifat-sifat Luna, sementara yang seorang lagi lahir secara fisik sangat mirip dengan Luna, dan mewarisi sifat-sifat Lauriel.     

Ia tidak akan pernah lagi meratapi kemalangannya karena tidak memiliki keluarga. Ia telah dianugerahi anak-anak yang sempurna dan bahkan dua orang cucu yang luar biasa... Hidupnya sudah lengkap.     

Pandangannya menjadi buram karena ia sangat bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.