The Alchemists: Cinta Abadi

Ayah dan Anak (1)



Ayah dan Anak (1)

0Lauriel menyentuh pundak Alaric ketika ia berhasil mencapai keduanya. Sentuhannya lembut, sama sekali tidak ada kesan bermusuhan, sehingga Alaric akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap Lauriel.     

"Apakah... apakah.. Luna...?" Lauriel tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Ia terlalu emosional dan tak ada kata yang dapat mewakili isi hatinya. Ia sangat terguncang. Ia bisa melihat diri Luna pada pemuda yang ada di depannya ini. Walaupun tanpa tes DNA, ia tahu pemuda ini adalah anak kandungnya, darah dagingnya.     

Alaric tertegun melihat mata Lauriel berkaca-kaca dan wajahnya diliputi kedukaan yang mendalam.     

"Luna adalah ibuku," jawabnya pendek.     

Keduanya saling bertatapan dan Alaric bisa melihat betapa sedihnya sepasang mata biru-hijau ayahnya. Hatinya mulai tersentuh. Ia tidak mengira Lauriel akan begini sedih saat bertemu dengannya.     

"Kau tahu siapa ayahmu?" tanya Lauriel dengan nada suara mendesak. Ia sudah menduga pemuda ini adalah anaknya, tetapi ia harus mendengar sendiri dari mulut Alaric.     

"Ayahku adalah Lauriel Medici," jawab Alaric tegas. "Tapi aku tahu kau tidak menginginkanku, maka aku tidak pernah mencarimu."     

Lauriel terkejut mendengar kata-kata Alaric.     

"Kenapa kau bisa berkata begitu?" Lauriel merasakan dadanya begitu sesak melihat raut wajah Alaric yang dipenuhi kebencian. Ia merasa terkejut dan bahagia, karena ternyata ia memiliki anak kedua, tetapi pada saat yang sama hatinya hancur mengingat peristiwa 10 tahun lalu...     

Ia seketika mengerti kenapa Alaric mengira ia tidak menginginkannya.     

Pasti karena peristiwa sepuluh tahun lalu... Kalau benar ini adalah Alaric Rhionen... berarti sepuluh tahun yang lalu Lauriel 'membunuh' anaknya sendiri.     

"Sepuluh tahun yang lalu..." Kata-kata Alaric terhenti di udara. Ia tidak melanjutkan karena melihat Lauriel seketika mengerti maksudnya.     

"Aku... aku tidak tahu.." bisik Lauriel. Suaranya terdengar putus asa. Tubuhnya terhuyung dan sekujur tubuhnya terasa sangat panas. Aleksis yang melihat ayah angkatnya tampak shock buru-buru melepaskan diri dari gendongan Alaric dan mengejar Lauriel.     

Melihat Aleksis hendak menahan tubuh Lauriel yang sempoyongan, Alaric dengan cepat telah mendahuluinya dan memeluk Lauriel agar pria itu tidak jatuh.     

Aleksis belum pernah melihat Lauriel demikian rapuh dan sedih. Ia mengerti betapa peristiwa ini sangat mengguncang ayah angkatnya. Ia hanya bisa terpaku di tempatnya melihat Alaric menahan tubuh Lauriel sehingga mereka seperti berpelukan.     

Tanpa dapat ditahan lagi, Lauriel melingkarkan lengannya ke punggung Alaric dan memeluknya dengan erat. Ia tidak malu walaupun Alaric berusaha melepaskan diri, Lauriel tetap mempertahankan pelukannya.     

"Maafkan ayah.. maafkan ayah, anakku..." kata Lauriel berulang-ulang. Ia sudah tidak membutuhkan penjelasan. Cerita bisa menunggu. "Aku tidak tahu... Aku tidak mengenalimu. Maafkan aku..."     

Akhirnya Alaric berhenti melepaskan diri dan membiarkan Lauriel memeluknya semakin erat. Pikirannya menjadi kalut. Ia sama sekali tidak menyangka Lauriel akan bersikap seperti ini. Ia sudah siap membunuh siapa pun yang akan menghalanginya membawa Aleksis, termasuk ayahnya sendiri.     

Tetapi ayahnya justru memeluknya dan menangisinya. Pria bertubuh tinggi besar yang tangguh dan memiliki reputasi tidak menyukai manusia ini menangis di bahunya tanpa malu...     

Setelah beberapa menit akhirnya Lauriel bisa menenangkan dirinya dan ia melonggarkan pelukannya untuk melihat Alaric baik-baik.     

"Apakah kau Alaric Rhionen?" tanyanya pelan.     

Alaric mengangguk. Lauriel menarik napas panjang. "Kalau begitu kau tahu aku yang bertanggung jawab atas kematianmu sepuluh tahun lalu?"     

Alaric mengangguk. Wajahnya tidak lagi dikuasai kemarahan. "Aku sudah melupakan hal itu. Sekarang aku tahu kau melakukannya karena Aleksis. Aku pun akan berbuat begitu untuk anakku."     

Lauriel mengerutkan keningnya dan mengangguk, "Kapan kau tahu bahwa aku adalah ayahmu? Mengapa kau tidak mencariku?"     

"Kau pun tidak mencariku padahal sepuluh tahun lalu kau pasti mengetahui bahwa aku adalah anakmu," jawab Alaric dengan nada suara datar. "Bibi Portia yang memberitahuku semua. Kau tidak menginginkan kehamilan ibu, sehingga ia pulang ke Jerman dan terjebak di tengah perang. Ia mati setelah melahirkanku dan aku hidup sendirian selama puluhan tahun. Aku tidak tahu apa-apa dan harus bertahan sendirian... sampai aku bertemu Aleksis."     

"Aku menginginkanmu... aku sangat mencintai Luna. Saat itu aku tidak tahu ia sedang mengandung. Ia baru memberitahuku lewat surat setelah ia pergi, tetapi sudah terlambat. Ketika aku datang semuanya sudah rata dengan tanah dan aku mengira ia meninggal dalam serangan kota di Jerman." Lauriel menggeleng-geleng dan tangannya memegangi dadanya yang sakit, karena kembali mengingat peristiwa mengerikan lebih dari seratus tahun lalu. "Aku tidak tahu ia berhasil menyelamatkan diri ke Rumania dan melahirkan di sana... Kalau aku tahu, aku akan mencari kalian sampai ke ujung bumi."     

Alaric mulai goyah mendengar penjelasan Lauriel. Mungkin memang ada kesalahpahaman antara Lauriel dengan Portia sehingga ia mendengar cerita yang salah. Pria di depannya ini tampak benar-benar hancur saat membicarakan Luna.     

"Sepuluh tahun yang lalu kau mengetahui bahwa aku anakmu.. tetapi kau juga tidak mencariku," kata Alaric akhirnya. "Aku menceritakan semuanya kepada gadis itu... Gadis yang kau suruh menyamar sebagai Aleksis untuk menjebakku."     

Lauriel mengerutkan keningnya berusaha mencerna kata-kata Alaric. Apakah maksudnya... ?     

Apakah selama ini Marion tahu ...??     

"Marion tidak mengatakan apa-apa kepadaku..." kata Lauriel kebingungan. "Sejak peristiwa itu ia tidak mau bertemu denganku. Seharusnya ia memberitahuku..."     

Aleksis akhirnya mengerti apa yang terjadi.     

Pasti Marion tahu Alaric adalah anak Lauriel dan peristiwa itu membuatnya trauma karena ia merasa bertanggung jawab atas kematian anak Lauriel.     

Itulah sebabnya selama sepuluh tahun ini Marion mengasingkan diri.     

Peristiwa itu terlalu mengguncang batinnya...     

"Paman Rory berkata jujur..." Aleksis menyentuh tangan Alaric lalu menggenggamnya berusaha menenangkan suaminya, "Marion tidak pernah mengatakan apa-apa. Ia telah mengasingkan diri selama sepuluh tahun. Kami tidak tahu...."     

Melihat wajah Lauriel yang demikian berduka, dan karena merasakan genggaman lembut Aleksis pada tangannya, Alaric menjadi tersentuh.     

Mungkin memang Lauriel tidak tahu...     

Akhirnya Alaric mengangguk. "Baiklah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.