The Alchemists: Cinta Abadi

The Birthday Girl



The Birthday Girl

0"Aku tidak tahu ketua klan mempunyai anak perempuan," komentar Alaric saat mendengar berita pernikahan tersebut. "Ketika aku bertemu keluarganya empat tahun lalu mereka hanya membawa dua anak lelakinya."     

"Mungkin anak perempuan mereka waktu itu masih terlalu muda untuk diumumkan," Portia menggeleng tidak sabar. "Siapa dia, itu tidak penting. Tetapi kalau sampai anak perempuan Caspar itu benar-benar menikah dengan anak yang dijadikan pewaris keluarga Medici, Caspar bisa mendapatkan dukungan untuk mengalihkan kedudukannya kepada anak itu. Keluarga Medici memiliki pengaruh yang sangat kuat karena sejarah mereka yang demikian berkuasa di masa lalu. Kau akan kesulitan mendapatkan dukungan penuh..."     

Portia masih mengomel sementara Alaric larut dalam lamunannya sendiri. Ini sama sekali tidak diduganya. Ia tadinya tidak peduli kepada Lauriel saat mendengar ayahnya itu mengasingkan diri dari dunia setelah ibunya meninggal.     

Alaric tidak dapat memaafkan Lauriel yang menolak kandungan Luna dengan alasan ia tidak siap menjadi ayah dengan kehidupannya sebagai petualang, sehingga Luna memutuskan pulang ke Jerman untuk tinggal di tempat kakaknya.     

Aku tidak membutuhkan ayah seperti itu, pikirnya.     

Segala kemungkinan untuk Alaric berubah pikiran telah hilang, ketika kemudian Lauriel justru memburunya dan mengakibatkan 'kematiannya'. Satu-satunya alasan Alaric tidak membalas dendam adalah karena ia tidak dapat menemukan Lauriel yang selalu misterius.     

Setelah empat tahun, dendamnya pun perlahan terkikis menjadi ketidakpedulian. Ia tidak peduli pada apa pun lagi di dunia ini, kecuali pekerjaannya dan tujuan-tujuan besarnya.     

"Jadi apa yang akan kau lakukan?" Pertanyaan Portia menggugah Alaric dari lamunannya.     

"Apa yang kau inginkan?" Alaric balik bertanya.     

"Di dalam undangan disebutkan acaranya diadakan di Kastil Medici... berarti bisa dipastikan Lauriel akan berada di sana. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin menghajarnya atas apa yang ia lakukan kepadamu."     

"Hmm..."     

Ned muncul di belakang Portia dan berusaha menenangkannya. "Jangan mengamuk di rumah orang. Lauriel tidak tahu Eli adalah anaknya."     

Alaric tersenyum tipis mendengarnya. Tidak mungkin Lauriel tidak tahu, pikirnya. Ia ingat saat itu ia mencurahkan isi hatinya dan membuka semua rahasianya kepada Aleksis palsu. Perempuan sialan itu tahu siapa dia sebenarnya. Setelah mereka membunuhnya pasti ia memberi tahu Lauriel apa yang terjadi.     

Selama ini Lauriel sama sekali tidak mencarinya, tidak menunjukkan penyesalan, dan sekarang malah mengumumkan anaknya dari perempuan lain.     

Dendam yang tadinya sudah dingin dan berubah menjadi ketidakpedulian, pelan-pelan kembali menyala di dalam dadanya. Lauriel tidak pernah menginginkannya bukan karena ia tidak siap menjadi ayah, tetapi karena ayahnya memang tidak menginginkannya. Terbukti ia dapat menjadi ayah bagi anak dari perempuan lain.     

Ia sudah terlalu lama membiarkan ketidakadilan ini menimpanya. Lauriel harus menerima akibat perbuatannya kepada Luna dan kepada Alaric. Alaric akan membongkar semua yang terjadi, agar orang-orang tahu siapa Lauriel sebenarnya.     

"Baiklah, aku akan datang," jawab Alaric akhirnya.     

"Bagus." Portia menarik napas panjang. "Acaranya dua minggu lagi. Kita datang tanggal 2, pengantin perempuan akan merayakan ulang tahunnya bersama kerabat, sebelum pernikahan di tanggal 3."     

"Aku akan datang langsung ke acara pernikahan dan mempermalukannya di depan semua tamu. Aku bukan kerabat, tidak mungkin aku datang ke acara keluarga," kata Alaric dengan nada acuh.     

Portia menatapnya dengan pandangan sendu, lalu mengangguk. "Baiklah. Aku tidak bisa memaksamu datang ke acara keluarga."     

"Hmm... " Alaric mengangguk mengerti. "Sampai jumpa di Italia."     

Setelah hubungan terputus, Alaric duduk di kursinya dan duduk termenung agak lama. Akhirnya ia akan bertemu langsung dengan ayahnya, dan juga saudara tirinya. Dulu ia selalu mengira dirinya sebatang kara selama puluhan tahun.     

Tanpa diduga sepuluh tahun lalu ia menemukan kerabatnya, lalu kemudian mengetahui bahwa ayahnya masih hidup, dan kini ternyata ia pun mempunyai seorang saudara laki-laki. Ternyata ia masih memiliki keluarga.     

Namun entah kenapa ia tetap merasa sebatang kara.     

"Kau terlihat sedih," komentar Aleksis. "Mungkin sebaiknya kau datang ke acara keluarga itu dan membereskan masalahmu dengan ayahmu."     

"Diam, Aleksis." Alaric mematikan tombol di jam tangannya. Ia sedang tak ingin mendengar suara asistennya yang cerewet itu.     

***     

Aleksis bangun karena bau makanan yang sangat enak. Saat ia membuka mata, dilihatnya ada tiga wajah yang menatapnya dari atas dengan tiga pasang mata berbinar-binar.     

"Selamat ulang tahun," seru ketiganya serempak seperti paduan suara.     

"Heiii... kalian bangun pagi sekali," Aleksis mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya pagi yang masuk dari balik tirai jendela besar di kamarnya.     

Ketika ia melihat baki di tangan Nicolae berisi sarapan dan di tangan Altair ada buket bunga dan di gendongan Vega ada boneka beruang yang sangat besar, Aleksis sontak bangun dan duduk di tempat tidurnya. Ia sangat terharu karena Nicolae dan kedua anaknya sengaja membuat hari ulang tahunnya menjadi demikian spesial.     

"Selamat ulang tahun, untuk Putri Tidur kita," Nicolae menaruh baki berisi makanan di tempat tidur dan mencium Aleksis. "Aku dan anak-anak bangun sangat pagi untuk menyiapkan semuanya."     

"Terima kasih..." bisik Aleksis. Ia menerima bunga dari Altair dan mencium pipi anak lelakinya. Lalu giliran Vega yang melompat manja ke tempat tidur dan menaruh boneka beruangnya di samping Aleksis. "Aahhh.... anakku, bonekanya hampir lebih tinggi darimu..."     

Aleksis mengacak-acak rambut Vega dan mencium puncak kepalanya. Ia merasa sangat terharu karena dikelilingi keluarga tercintanya.     

"Ayo makan, kau akan perlu energi karena hari ini kita kedatangan banyak tamu," bisik Nicolae sambil duduk di sampingnya. "Atau kau mau kusuapi?"     

"Hush... aku masih sehat ya," omel Aleksis. Ia buru-buru menyantap makanannya. "Mmmm... enak sekali!"     

Ketiganya bercengkrama sambil menemani Aleksis makan di tempat tidur dan membahas acara penting hari ini. Mereka akan bertemu dengan keluarga besarnya dan kemudian menyiapkan pesta untuk pernikahan keesokan harinya.     

"Sesudah kita menikah, kau akan pindah ke kamarku atau aku yang pindah ke kamarmu ini," tanya Nicolae tiba-tiba, "Kita lupa membicarakannya."     

Aleksis memandang sekelilingnya dan mengangkat bahu. "Aku bisa pindah ke kamarmu. Ini hanya kamar tamu, kan. Tidak perlu merepotkanmu untuk pindah ke sini."     

"Ah, aku senang mendengarnya." Nicolae tersenyum lebar dan mengangguk-angguk. "Nanti kau boleh mendesainnya sesukamu."     

Aleksis mengangguk dan melanjutkan menikmati makanannya.     

Astaga.. tinggal satu hari lagi, dan besok ia akan menikah dengan Nicolae. Waktu empat tahun berlalu begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.