The Alchemists: Cinta Abadi

Mengundang Marion & Jean



Mengundang Marion & Jean

0Nicolae segera bangkit dari kursinya ketika melihat Terry berjalan santai keluar dari terminal kedatangan di bandara Basel. Keduanya saling berpelukan dan tertawa lepas.     

"Terima kasih sudah datang," kata Nicolae sambil menepuk bahu Terry. "Aku tahu kau sibuk."     

Terry melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar, "Ahh.. kalau untuk adikku pasti aku akan menyempatkan waktu. Ngomong-ngomong karena kau akan menikah dengan Aleksis, berarti kau harus menghormatiku sebagai kakak iparmu ya. Biarpun kau lebih tua, tapi dalam hirarki keluarga aku ini sekarang di atasmu."     

Nicolae hanya memutar bola matanya mendengar Terry seperti biasa masih saja berusaha menang darinya. Setelah sepuluh tahun sahabatnya itu masih saja sangat kompetitif.     

"Jangan banyak bicara. Perjalanan ke sana masih jauh," omel Nicolae.     

Keduanya masuk ke mobil sport otomatis tanpa pengemudi yang sudah diatur untuk membawa mereka ke alamat terbaru Jean dan Marion. Nicolae ingin mengundang keduanya secara pribadi dan ia meminta bantuan Terry untuk membujuk Jean dan Marion agar mau datang ke pernikahannya.     

Nicolae tahu Finland, ibu mertuanya, sangat merindukan sahabatnya, Jean, dan Aleksis sangat ingin bertemu Marion untuk mendapatkan kejelasan tentang Alaric. Karenanya Nicolae sungguh berharap pasangan suami istri itu akan melupakan semua masalah di masa lalu dan bersedia datang.     

***     

Jean yang sedang menulis naskah di ruang kerjanya mendengar suara anjing-anjingnya menyalak ribut dari depan rumah.     

"Aku sajaaaa yang membuka pintuuuu... Aku sudah besar!!!' Jean-Marie sudah meloncat dari sofa tempatnya tadi membaca buku sambil menemani ayahnya bekerja. Ia buru-buru berlari ke pintu depan dan kemudian membuka gerbang otomatis agar mobil yang baru datang bisa masuk ke halaman.     

Jean bangkit dan keluar dari ruang kerjanya untuk melihat siapa yang datang. Marion yang sedang berjemur di halaman belakang rumah mereka ikut datang ke depan untuk melihat siapa tamu yang baru datang ini.     

"Selamat siang, Monyet-Kecil, kau tidak nakal, kan, hari ini?" seru Terry dengan suara gembira begitu mobil berhenti di halaman dan ia segera keluar mendapatkan Jean-Marie yang menyambutnya di depan pintu.     

Adiknya itu kini berumur delapan tahun dan sangat cantik, wajahnya mirip sekali dengan Terry yang sama-sama mewarisi penampilan ayah mereka, Jean.     

Matanya agak sipit tetapi bersinar-sinar penuh semangat dan rambutnya yang ikal berwarna cokelat tergerai hingga ke pinggangnya. Sekali pandang orang tidak akan mengira gadis kecil yang cantik dan terlihat anggun ini sangat lincah dan tidak bisa diam.     

Nicolae langsung suka melihat Jean-Marie dan ia dapat membayangkan anak ini akan dapat bersahabat dengan Altair dan Vega jika mereka bertemu nanti.     

"Kenapa dia dipanggil Monyet Kecil?" tanya Nicolae keheranan. Ia sama sekali tidak dapat membayangkan gadis kecil seimut ini disamakan dengan monyet.     

"Uhmm... kau lihat saja nanti," jawab Terry sambil tertawa. Ia memeluk Jean-Marie dan mengangkatnya ke udara. "Aku sangat merindukanmu. Habis ini kau ikut Kakak saja ke New York ya... Biar papa dan mamamu bisa berduaan."     

Ia mengerling ke arah Jean yang hanya tersenyum simpul sambil melirik Marion. Sementara istrinya hanya memutar bola matanya.     

Jean mempersilakan tamu-tamunya masuk dan sebentar kemudian mereka telah duduk santai di kursi taman sambil menikmati sparkling wine.     

"Sudah lama sekali ya," kata Jean kepada Nicolae sambil tersenyum ramah, "Bagaimana kabar semuanya?"     

"Semuanya baik, bahkan aku ke sini datang untuk mengantarkan undangan secara pribadi. Aku sangat berharap kalian mau datang." Nicolae mengeluarkan kartu dari saku kemejanya dan menyerahkan kepada Jean. "Bibi Finland sangat merindukanmu... Ia sangat ingin kau datang."     

Jean membaca undangan itu dengan kening berkerut. Ah... undangan pernikahan antara putra keluarga Medici dan putri keluarga Schneider.     

"Kau... dan Aleksis?" tanya Jean sambil mengangkat wajahnya. Seulas senyum menghias wajahnya. Ini sungguh kabar baik. Marion ikut memandang Nicolae dengan pandangan rumit.     

"Iya, benar. Aleksis akhirnya menerima lamaranku, dan kami akan menikah tiga minggu lagi. Kami berharap kalian bersedia hadir dan memberikan restu." Nicolae lalu menunjuk Jean-Marie, "Dan bawa serta Jean-Marie... anak-anak kami pasti akan sangat senang bertemu dengannya."     

Marion membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada suara yang keluar. Suaranya tercekat di tenggorokan.     

Aleksis dan Nicolae akan menikah?     

Ia mengamati pemuda di depannya ini dan ia ingat bahwa Nicolae adalah anak kandung Lauriel. Saudara kembar Alaric Rhionen, yang sudah mati sepuluh tahun lalu dan Marion membuang mayatnya ke jurang.     

Tanpa sadar ia mengigit bibirnya. Nicolae terlihat sangat matang, sangat baik, dan sepertinya ia dan Aleksis akan membina rumah tangga yang bahagia. Mungkin memang sudah saatnya Aleksis melanjutkan hidup.     

Marion harus dapat bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Ia anggap saja Alaric Rhionen tidak pernah ada, bahwa anak Lauriel hanyalah Nicolae, dan ia akan segera menikah dengan Aleksis. Itu lebih baik... Yang penting sekarang Nicolae akan membuat Aleksis bahagia, supaya ia dapat melupakan Alaric.     

Marion juga harus melupakannya. Itu lebih baik daripada ia harus terus dihantui rasa bersalah.     

Kalau Aleksis kini sudah berhasil melanjutkan hidup dan memulai hidup baru bersama Nicolae, maka Marion juga harus bisa melupakan peristiwa traumatis itu dan melanjutkan hidup. Anggap saja tidak pernah ada Alaric Rhionen.     

Kalau Lauriel tidak tahu, Aleksis tidak tahu, dan semua kembali melanjutkan kehidupan mereka dengan baik, maka masalah ini suatu saat akan menghilang seperti angin.     

"Kami akan datang," kata Marion setelah bergumul dengan perasaannya sendiri selama beberapa saat. Jean merasa terkejut mendengar kata-kata istrinya.     

"Kau serius? Jangan memaksakan diri kalau kau tidak mau datang," katanya lembut. "Tidak akan ada yang menyalahkanmu."     

Marion menggeleng pelan, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum, "Aku senang melihat Aleksis menemukan kebahagiaannya. Aku dan suamiku akan datang bersama Jean-Marie untuk memberikan restu kepada kalian."     

"Oh... baiklah.." Nicolae tidak mengira akan semudah ini. Tadinya ia mengira akan perlu mengandalkan Terry untuk membujuk-bujuk ayahnya. Ternyata Jean menyerahkan semua keputusan ke tangan istrinya, dan saat Marion setuju untuk datang, maka semuanya menjadi beres.     

Mungkin Marion pun sudah pulih setelah menanggung rasa trauma selama sepuluh tahun, pikir Nicolae.     

"Kami harus datang tanggal 2 di acara keluarga atau tanggal 3 di hari pernikahan?" tanya Jean sambil membaca jadwal dalam kartu yang ia pegang.     

"Kami akan sangat senang kalau kalian datang tanggal 2. Kami akan merayakan ulang tahun Aleksis sekaligus acara kecil yang intim untuk keluarga. Tanggal 3 adalah hari pernikahan dan akan sangat banyak tamu yang hadir, akan sulit untuk mencari waktu kumpul keluarga di situ."     

Jean mengangguk senang, "Baiklah. Kami akan datang."     

Ia bertukar pandang dengan istrinya dan ia sangat senang melihat Marion tersenyum membenarkan.     

Ah... ia sungguh bahagia. Marion akhirnya mau kembali bertemu dengan teman-temannya. Jean sangat merindukan sahabatnya, dan anak-anak Finland. Mereka pasti sekarang sudah besar-besar!     

Ia ingat dulu saat terakhir bertemu London dan Rune, keduanya masih remaja.     

Suasana di rumah Jean dan Marion menjadi hangat dan menyenangkan. Mereka berbincang-bincang selama beberapa jam sebelum akhirnya Terry dan Nicolae minta diri untuk kembali ke Grindelwald mengunjungi Aleksis.     

Pukul 5 sore keduanya tiba di halaman mansion keluarga Schneider, disambut Aleksis yang baru saja bereksperimen membuat kue.     

"Heii... selamat sore, kalian datang tepat waktu. Aku baru saja membuat tiramisu," komentar Aleksis saat melihat mobil Nicolae memasuki halaman. Ia menunggu pria itu keluar dari mobil untuk memeluknya.     

"Aku punya hadiah untukmu," Nicolae keluar dengan membawa seikat besar bunga lavender di tangannya. "Aku berhasil menemukan sisa-sisanya di padang. Musim gugur sudah hampir tiba dan sudah sulit menemukan bunga lavender liar seperti ini."     

Lavender adalah bunga kesukaan Aleksis dan ia sangat gembira melihat Nicolae membawakan satu ikat besar untuknya.     

"Terima kasih. Aku akan menaruhnya di vas. Kalian duduklah..." Aleksis mencium pipi Nicolae dan mengambil bunga dari tangannya. Sesaat kemudian ia sudah kembali dengan vas bunga besar berisi bunga lavender di dalamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.