The Alchemists: Cinta Abadi

Menyiapkan Pernikahan



Menyiapkan Pernikahan

0Aleksis balas memejamkan mata dan menikmati rasa bibir Nicolae pada bibirnya. Walaupun mereka telah bersama selama bertahun-tahun, dan Aleksis telah menerima lamaran Nicolae untuk menjadi istrinya, pemuda itu belum pernah menciumnya seperti ini, baru sekarang.     

Mungkin Nic teringat kata-kata Lauriel yang menasihatinya untuk menghargai momen dan menikmati kebersamaan sebaik-baiknya, maka malam ini Nicolae memutuskan untuk mencurahkan cintanya secara terbuka kepada Aleksis.     

Ia telah menyatakan isi hatinya kepada gadis itu, mengadakan perdamaian antara dirinya dan masa depan mereka dengan Alaric Rhionen dan masa lalu Aleksis. Ia tahu Alaric memiliki tempat di hati Aleksis yang tidak akan pernah dapat dan tidak pernah ingin ia gantikan.     

Bahkan demi rasa cintanya kepada Aleksis dan anak-anaknya ia sudah memutuskan untuk tidak memiliki anak biologis bersama Aleksis, karena ia tidak ingin membagi kasih sayangnya yang ingin ia curahkan bagi Altair dan Vega saja.     

Ciuman yang lembut berubah perlahan menjadi semakin antusias dan sebentar saja keduanya sudah berpagutan dengan penuh keharuan. Aleksis tahu, tidak ada orang yang lebih memahaminya daripada Nicolae dan ia merasa berterima kasih atas pengertian calon suaminya. Ia pun menyambut curahan cinta Nicolae dan menerimanya dengan hati terbuka.     

Aleksis merasa langkahnya akan menjadi lebih ringan, bila Nicolae menggenggam tangannya saat mereka berjalan bersama, tanpa ia harus melupakan kenangannya bersama Alaric.     

Keduanya baru melepaskan diri ketika seekor anak jerapah menghampiri mereka dan menggosok-gosokkan kepalanya ke bahu Nicolae.     

"Uhm... sebaiknya kita pulang, malam sudah sangat larut," bisik Nicolae sambil melonggarkan pelukannya. Ia mencium kening Aleksis dan kemudian menggenggam tangannya kembali ke kuda mereka.     

Perjalanan kembali ke bungalow berlangsung dalam keheningan.     

***     

Persiapan pernikahan berlangsung dengan sangat cepat dan efisien. Pasangan pengantin hanya perlu mengurusi undangan dengan menuliskan sendiri nama tamu di kartu yang sudah disiapkan, dan untuk itu mereka meminta bantuan Altair dan Vega yang belajar kaligrafi pada Paman Aldebar. Tulisan mereka jauh lebih bagus daripada tulisan orang tuanya walaupun keduanya masih kecil.     

"Ahh.. Mama bangga sekali, kalian tulisannya sangat bagus," puji Aleksis setelah 30 kartu selesai ditulis. Masih tersisa lebih dari 100 lagi. Ia hanya dapat memijit keningnya sambil membaca daftar nama yang masih panjang.     

"Hmm... berikutnya undangan untuk Paman Jean." Ia saling pandang dengan Nicolae, "Apakah menurutmu mereka akan datang? Sudah sepuluh tahun mereka tidak pernah kemari. Aku yakin ibuku sangat merindukannya."     

Nicolae mengangguk, "Aku akan tanyakan kepada Terry. Semoga ia bisa membujuk ayahnya untuk datang. Aku dengar Paman Jean punya anak perempuan yang hampir seumuran dengan anak-anak kita. Pasti akan sangat menyenangkan kalau mereka bisa bertemu.. Kau tahu sendiri sangat jarang ada anak kecil di keluarga Alchemist yang datang."     

Aleksis selalu merasakan hatinya bergetar dengan hangat setiap kali Nicolae menyebut Altair dan Vega sebagai anak mereka atau anaknya. Selama empat tahun ini ia sudah melihat betapa pria itu berlaku sangat kebapakan kepada kedua anak kembarnya, dan hubungan mereka sudah sangat dekat dan tak terpisahkan.     

"Aku sungguh-sungguh berharap Marion datang," kata Aleksis pelan.     

Ia ingat Marion adalah orang terakhir yang melihat Alaric dalam keadaan hidup dan ia berharap suatu hari nanti Marion mau duduk dan berbicara kepadanya tentang peristiwa yang terjadi malam itu, agar Aleksis dapat perlahan-lahan merelakan semuanya dan melanjutkan hidup.     

"Aku juga berharap begitu, Sayang." Nicolae mengangguk. Ia mengambil ponselnya dan dengan cepat menelepon Terry.     

Aleksis melihat Nicolae bangkit dan menjauh untuk menelepon Terry. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa Nicolae tidak bicara kepada Terry di depannya.     

"Mama, aku capek. Aku istirahat dulu ya.." Altair mengebas-kebaskan tangannya dan meletakkan pena kaligrafinya. Vega mengikuti. Mata keduanya yang berkilauan seperti sepasang anak anjing membuat Aleksis menjadi tidak tega dan akhirnya mengangguk.     

"Kapan kita akan mengambil anak anjingnya?" tanya Vega kemudian.     

"Wah... nanti ya, tunggu semua kartu undangannya beres," jawab Aleksis sambil tersenyum. Ia kembali memperhatikan Nicolae yang tampak bicara serius di telepon. Apakah yang membuatnya tampak seserius itu? Aleksis hanya dapat bertanya-tanya.     

Ia melanjutkan menulisi nama tamu di kartu undangan dan berusaha membuat tulisannya sebagus mungkin walaupun dengan susah payah.     

Akhirnya Nicolae selesai menelepon dan kembali kepada Aleksis yang menatapnya keheranan.     

"Kenapa menelepon sembunyi-sembunyi seperti itu?" tanya Aleksis blak-blakan. "Kau merencanakan sesuatu dengan Terry?"     

Nicolae hanya tersenyum dan mengangguk. "Kalau kau dengar, kejutannya tidak seru lagi."     

Aleksis memukul bahunya, "Kau merencanakan kejutan untukku tapi sengaja melakukannya di depanku supaya aku penasaran, kau ini sungguh keterlaluan."     

Nicolae hanya mengangkat bahu dan tersenyum misterius. Ia memeluk Aleksis dari belakang lalu tangannya memegang pena yang ada di tangan kanan Aleksis, "Aku akan membantumu menulis. Siapa tahu kalau menulisnya pakai dua tangan hasil tulisan kita yang jelek bisa jadi sedikit lebih bagus."     

"Hahaha... mana mungkin,"     

Nicolae tidak mendengarkan protes Aleksis telah menggoretkan nama tamu berikutnya dengan mengarahkan pena di tangan Aleksis.     

"Sophia Meier... siapa ini?" tanyanya sambil membaca nama di kartu undangan.     

Wajah Aleksis seketika memerah karena marah dan tanpa sadar ia melempar kartu itu jauh-jauh. "Aku tidak mau perempuan ular ini diundang! Dia membuatku terpisah dari ayah karena kebohongannya dan kakaknya dulu meracuniku hingga hampir mati. Ayahmu hampir mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku."     

"Oh... benar," Nicolae ingat siapa Sophia yang dimaksud Aleksis. Ia sudah pernah mendengar cerita tentang apa yang terjadi ketika Aleksis berusia dua tahun dan sepuluh tahun yang lalu ia hendak membalaskan perbuatan keluarga Meier kepada Aleksis, tetapi kemudian Aleksis mengalami kecelakaan hingga koma dan perhatiannya teralihkan.     

Ia baru ingat kembali bahwa dulu ia pun berencana untuk menghukum Sophia dan Alexei. Kini ia tidak akan membiarkan mereka bebas begitu saja.     

"Aku tidak mau melihat wajah perempuan ular itu di pernikahan kita," dengus Aleksis.     

"Tidak, tentu saja tidak." Nicolae mengangguk lalu mencoret nama itu dari daftar. Dalam pikirannya ia membuat catatan mental untuk mengurus Sophia dan Alexei serta keluarga Meier setelah pernikahannya.     

Berikutnya ada nama Ned Lewis dan Portia Baden. Ia ingat Lauriel secara spesifik memintanya mengundang kedua orang itu.     

"Ini sepupu ibuku. Aku harus mengundang mereka," kata Nicolae kemudian.     

Aleksis mengangguk, "Tentu saja."     

Mereka kembali meneruskan menulis nama-nama undangan sementara Altair dan Vega kembali mengejar kelinci.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.