The Alchemists: Cinta Abadi

Aleksis dan Nicolae



Aleksis dan Nicolae

Nicolae memelanai seekor kuda jantan yang gagah dan membawanya ke tempat Aleksis berdiri. Dengan sigap gadis itu naik ke atas kuda dan kemudian Nicolae menyusulnya.     

"Kita jalan-jalan sampai ke gerbang timur saja ya, kalau lebih jauh dari itu aku takut kita akan bertemu singa," kata Aleksis sambil menghentakkan kendali kuda.     

"Terserahmu saja, kau lebih tahu daerah ini daripadaku," kata Nicolae santai sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Aleksis. Ia membiarkan Aleksis yang mengendalikan kuda mereka sementara ia memeluk gadis itu dan memastikan mereka tidak diganggu nyamuk atau debu dan dedaunan yang terbang menghinggapi tubuh keduanya.     

"Kau ini lucu ya," kata Aleksis tiba-tiba. "Sejak kita berkuda pertama kali, kau selalu membiarkanku memegang kendalinya. Aku perhatikan laki-laki lain biasanya akan mengambil kendali dan yang perempuan hanya mengikuti."     

Nicolae tertawa mendengarnya.     

"Ah, itu karena laki-laki lain tidak punya istri yang jago berkuda sepertimu. Di antara kita berdua, menurutku kau lebih hebat mengendalikan kuda, jadi aku akan dengan senang hati mengikutimu. Kemana pun kau akan membawa kita aku akan menemani. Aku hanya akan memastikan bahwa kau selalu aman dan tidak diganggu siapa pun." Nicolae mengeratkan pelukannya di pinggang Aleksis, "Sama seperti nanti kehidupan kita berumah tangga, aku akan selalu menuruti keinginanmu. Your wish is my command."     

[[Author meleleh dengar Bang Nic romantis begini... Hadeuh, jadi males kan bawa Bang Alaric ke Grosseto. Atau Aleksis kita kloning aja ya? Kasih kloningannya ke Alaric, kan dia nggak suka manusia? wkwkwk]]     

Wajah Aleksis memerah saat mendengar kata-kata romantis Nicolae. Pemuda itu selalu tahu bagaimana membuatnya merasa menjadi perempuan paling cantik, paling hebat, paling penting di dunia.     

Aleksis menoleh dan menatap Nicolae dengan senyum simpul di wajahnya. Nicolae adalah sahabatnya selama empat tahun terakhir dan ia merasa lega karena akhirnya bisa mengambil keputusan untuk menerima lamarannya. Pasangan suami istri sejatinya adalah teman hidup dan ia merasa Nicolae akan menjadi teman hidup yang baik baginya.     

Aleksis sadar bahwa ia termasuk beruntung karena dapat menikahi sahabatnya sendiri. Selama ini, Nicolae telah terbukti selalu ada untuknya dan mencintainya tanpa syarat. Cintanya kepada Aleksis dan si kembar sedalam lautan yang tanpa batas.     

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Nicolae dengan nada jahil. "Kau baru sadar betapa tampannya suamimu?"     

Aleksis mencubit tangan Nicolae yang ada di pinggangnya dan pura-pura tidak mendengar. Tentu saja ia mengakui betapa tampannya Nicolae. Terbukti sangat banyak gadis yang ingin menjadi kekasihnya saat ia diperkenalkan di pesta Medici empat tahun lalu.     

Ah, jangankan itu, saat Nicolae masih menjadi mahasiswa di Universitas St. Mary ia pun menjadi calon suami idaman menurut polling bersama gadis-gadis di kampus, dan bahkan setiap kali Aleksis dan Nicolae berjalan bersama saat liburan atau sekadar turun ke kota untuk makan siang bersama, ia pasti akan menarik perhatian sangat banyak wanita.     

Namun, penampilan fisik seseorang tidak pernah penting bagi Aleksis. Dulu pun saat ia menikahi Alaric, semata-mata bukan karena penampilan fisiknya. Malah saat itu Aleksis mengira pria yang ia cintai itu adalah seorang lelaki yang terlihat lebih tua dan memiliki wajah yang rusak. Ia jatuh cinta kepada Alaric karena kebaikan hatinya dan kecocokan mereka saat bersama.     

Walaupun Alaric berkali-kali mengatakan bahwa ia adalah Raja Iblis, Aleksis mampu melihat kedalaman hatinya dan menemukan hati yang tulus dan idealis yang tidak pernah mengalami kasih sayang keluarga. Aleksis tahu yang dibutuhkan Alaric hanya cinta dan Aleksis siap memberikan itu untuknya.     

Sayang sekali, nasib tidak berpihak kepada mereka. Keduanya hanya diberikan waktu sebentar untuk bersama dan kini Aleksis harus siap menyimpan kenangannnya bersama Alaric jauh di dalam hatinya dan membuka kenangan baru bersama Nicolae dan keluarga baru mereka.     

"Apa yang kau pikirkan?" Suara lembut Nicolae menggugah Aleksis dari lamunannya. Gadis itu hanya menghela napas dan menggeleng.     

"Kita sudah tiba di dekat Gerbang Timur, sekarang kita harus berbalik." jawabnya dengan nada menyesal.     

"Oh... begitu ya? Tapi kita kan tidak harus pulang sekarang? Cuacanya cerah sekali, bulan purnama juga membuat sekeliling kita terlihat sangat cantik. Kita bisa duduk-duduk di atas batu besar itu dan mengobrol. Siapa tahu nanti kita bertemu hewan lain. Tadi di sebelah sana aku melihat segerombolan rusa sedang mengarah ke sini," jawab Nicolae.     

Aleksis melayangkan pandangnya ke sekeliling dan melihat kawanan rusa yang dimaksud Nicolae. "Ah... di sana juga ada kawanan jerapah."     

"Iya, selama kita tidak keluar pagar, kita akan aman dari singa," kata Nicolae. Tanpa menunggu jawaban Aleksis ia telah melompat turun dan berdiri di samping kudanya sambil mengangkat kedua tangannya untuk membantu Aleksis turun.     

"Hei, aku kan bisa turun sendiri," cetus Aleksis.     

Tetapi Nicolae tetap tidak menurunkan tangannya. "Aku tahu kau bisa turun dan naik kuda sendiri, tapi aku tetap mau membantumu. Biarkan aku membantumu..."     

Karena Nicolae tetap tidak menurunkan tangannya, akhirnya Aleksis memutar bola matanya namun turun ke pelukan pemuda itu sambil tertawa kecil. Ia tahu Nicolae hanya mencari alasan untuk memeluknya, maka ia menawarkan diri membantu Aleksis turun dari kuda.     

Bukannya membiarkan Aleksis turun dengan baik, Nicolae malah menggendong gadis itu dalam pelukannya, beberapa sentimeter dari tanah. "Hmm... aku suka wangi tubuhmu, sedari dulu."     

Wajah Aleksis memerah mendengar pujian Nicolae. Ia hanya dapat tersenyum simpul dan mengusap rambut Nicolae yang panjang acak-acakan persis seperti ayahnya, namun justru membuatnya tampak sangat mempesona.     

"Terima kasih. Sssh.. sekarang turunkan aku," bisik Aleksis. "Aku malu diperhatikan puluhan jerapah."     

Akhirnya Nicolae menurunkan Aleksis dan menggenggam tangannya menuju batu besar yang dimaksudnya. Dengan sigap ia membantu Aleksis naik ke puncak batu dan duduk di atasnya mengamati alam liar liar di sekitar mereka yang tampak sangat hidup walaupun sedang malam hari.     

Beberapa puluh rusa bersantai di sebelah kiri mereka, lalu ada gerombolan jerapah yang beristirahat di padang rumput di sebelah kanan mereka, belasan kelinci yang melompat ke sana dan kemari, dan burung hantu yang berkoak-koak di kejauhan.     

Baik Nicolae maupun Aleksis, keduanya sama-sama menyukai alam. Aleksis telah sering bertualang bersama Lauriel sejak ia masih kecil, dan Nicolae memperoleh kecintaannya pada alam saat ia bertualang keliling dunia selama 5 tahun lebih, ketika ia berusaha menyembuhkan patah hatinya.     

Kini setelah penantian sepuluh tahun, ia akhirnya berhasil mendapatkan gadis idamannya. Sepuluh tahun lalu, Nicolae tidak pernah bermimpi bahwa pada suatu ketika ia akan dapat menikmati suasana yang demikian romantis dan khimad bersama Aleksis di alam terbuka seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.