The Alchemists: Cinta Abadi

Menulis Undangan



Menulis Undangan

0"Heii... kau melamunkan apa?" tanya Nicolae yang muncul tiba-tiba dari dalam kastil. Ia membawa setumpuk kartu dan menaruhnya di meja di depan Aleksis. Ia lalu mencium pipi gadis itu.     

Gadis itu memejamkan mata ketika bibir Nicolae menyentuh pipinya dan tersenyum manis, "Aku sedang memperhatikan anak-anak. Tidak terasa, mereka sudah besar."     

"Kau benar.. Astaga... waktu aku pertama bertemu mereka empat tahun lalu, keduanya masih selututku," tukas Nicolae.     

"Ah.. kau berlebihan. Mereka lebih tinggi dari lututmu," seru Aleksis geli, "Tapi ya sekarang mereka sudah lebih tinggi. Ngomong-ngomong kartu apa saja ini?"     

Nicolae menghela napas panjang sebelum akhirnya mengeluarkan pulpen dan sebuah kertas berisi daftar yang sangat panjang.     

"Ini daftar tamu undangannya...." Nicolae menjelaskan. Ia lalu melanjutkan dengan suara jahil. "Iya, aku tahu banyak sekali. Ini salahmu karena ayahmu Ketua Klan. Kita harus mengundang semua anggota klan dari seluruh dunia."     

Aleksis memukul bahu Nicolae dan tertawa. "Kita bisa kawin lari kalau kau tidak mau ada pesta."     

Nicolae hendak mengatakan sesuatu tetapi suaranya tidak jadi keluar. Ia langsung ingat bahwa dulu Aleksis dan Alaric menikah diam-diam dan menimbulkan banyak masalah bagi keluarga Aleksis dan mereka berdua.     

Ia tak mau membuat Aleksis mengalami hal yang sama, menikah tanpa restu orang tua. Walaupun ia tidak menyukai pesta pernikahan yang meriah, tetapi Nicolae setuju dengan Caspar bahwa kali ini pernikahan Aleksis harus diadakan besar-besaran dan meriah.     

Aleksis juga tiba-tiba teringat akan hal yang sama, dan ia menjadi terdiam. Masih segar dalam benaknya saat-saat impulsif ketika ia meminta Alaric menikah dengannya di Sky Bar dan malam itu juga mereka menikah di kapel di Sentosa.     

Saat itu ia sama sekali tidak mengira hanya akan menjadi seorang istri selama kurang dari satu bulan. Dan kini sudah hampir 10 tahun ia hidup sendiri setelah Alaric meninggal.     

Bulan depan ia akan menikah dengan Nicolae, tetapi lagi-lagi hari ini ia kembali teringat akan Alaric. Matanya menunduk tidak berani menatap Nicolae karena ia merasa bersalah, memikirkan pria lain di depan calon suaminya. Nicolae yang melihatnya menjadi canggung segera mengalihkan perhatian gadis itu dengan mencium rambutnya.     

"Hmm.. istriku cantik sekali hari ini." Ia lalu duduk di samping Aleksis seolah tidak terjadi apa-apa. "Jadi, kita bagi tugas. Aku yang membacakan, kau akan menulis nama undangan di kartu."     

Aleksis tersenyum melihat sikap Nicolae yang sangat pengertian lalu mengangguk. "Baiklah... Tapi aku yang membaca, dan kau yang menulis. Tulisan tanganmu jauh lebih bagus dariku."     

"Kok aneh? Aku ini dokter, lho.. Tulisan tanganku terkenal jelek." Nicolae garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Aleksis menggeleng-geleng lalu mengambil pulpen dan kertas untuk membuktikan bahwa tulisannya memang lebih jelek dari tulisan Nicolae.     

Keduanya saling pandang.     

"Astaga, tulisanmu memang jelek," komentar Nicolae. "Aku juga. Aku takut para undangan ini akan merasa tersinggung kalau mereka tidak bisa membaca nama mereka sendiri di undangan ini."     

Walaupun zaman sudah modern dan kebanyakan orang memilih untuk mengirimkan undangan elektronik atau email, keluarga Schneider selalu memilih menggunakan undangan tradisional yang ditulis tangan karena menunjukkan prestise keluarga mereka.     

Keluarga kalangan atas dan sangat kaya memelihara tradisi mengirim undangan seperti ini karena terlihat personal, berkelas, dan mewah.     

Karena itulah kini keduanya juga mengikuti tradisi lama di keluarga Aleksis ini dan menuliskan sendiri undangan untuk pesta pernikahan mereka bulan depan. Tapi sayangnya baik Aleksis maupun Nicolae sama-sama tidak berbakat menulis.     

"Bagaimana kalau kita suruh Vega dan Altair saja. Tulisan mereka jauh lebih bagus dariku," komentar Aleksis, "Kita bisa beri mereka upah."     

Nicolae tertawa mendengar saran Aleksis lalu mengangguk, "Baiklah. Mereka dari kemarin merengek meminta anak anjing. Aku bisa memberikan itu sebagai upah untuk mereka mengurusi undangan ini."     

"Anak anjing?" Aleksis tertegun. Ia tiba-tiba merindukan anjingnya yang sudah lama meninggal. Pangeran Siegfried Kecil meninggal karena usia tua dua tahun yang lalu dan ia serta anak-anaknya merasa sangat kehilangan.     

Ah... ya, sudah dua tahun berlalu, mungkin memang sudah saatnya memberikan anjing baru untuk Altair dan Vega.     

"Baiklah, ide bagus." Aleksis mengangguk. Ia lalu memanggil Altair dan Vega yang sedang menggali sesuatu di halaman. "Hei... anak-anak, kemarilah. Kalian sedang apa?"     

"Sedang mengejar kelinci, Ma," jawab Vega antusias. "Barusan kami melihat ada dua!"     

"Oh... kalian mau punya anak anjing baru tidak?" tanya Aleksis kemudian.     

"Apa? Anak anjing???" Kedua bocah itu bertukar pandang, lalu sesaat kemudian sudah menghambur ke arah Aleksis, meninggalkan buruan mereka begitu saja.     

"Kalian akan Papa belikan anak anjing apa pun yang kalian mau, kalau kalian duduk di sini selama satu jam dan membantu Papa menulis sesuatu." Nicolae menjelaskan ketika kedua anak itu sudah tiba di depannya.     

"Benarkah???" Aku mauuu!!!" Vega sudah melompat dan menghambur gembira kepada Nic yang baru tiba. "Aku mau anjing Great Dane yang besar!!"     

"Aku mau anjing mini bulldog seperti Pangeran Siegfried Kecil," kata Altair sambil bergelayut di tangan Nicolae.     

"Kenapa? Kau merindukan Pangeran Siegfried Kecil?" tanya Nicolae dengan penuh perhatian. Altair mengangguk. Nicolae mengusap kepala anak itu lalu balas menganggguk. "Baiklah. Nanti kita akan cari anjing yang mirip Pangeran Siegfried Kecil. Tapi kalian harus membantu Mama dan Papa untuk mengurusi undangan pernikahan ini. Kami berdua tulisannya jelek sekali."     

Si kembar tidak pikir panjang langsung mengiyakan. Mereka mengambil pulpen dan kartu undangan lalu mulai bekerja menulis sambil Nicolae membacakan nama-nama undangan.     

Aleksis hanya memandangi ketiganya sambil tersenyum. Anak-anaknya telah mulai memanggil Nicolae dengan sebutan Papa sejak Aleksis akhirnya menerima lamaran Nicolae musim panas yang lalu, setelah empat tahun memikirkannya.     

Ia masih ingat betapa gembiranya Altair dan Vega ketika ia dan Nicolae mengajak mereka makan malam bersama dan memberi tahu mereka bahwa akhirnya Mama Aleksis dan Paman Nic akan menikah, dan Nicolae akan segera resmi menjadi ayah mereka.     

Vega bahkan sampai berlinangan air mata saat ia menghampiri Nicolae dan menangis terisak-isak di dadanya, sementara Altair yang lebih bisa menahan diri hanya memeluk Nicolae lama sekali.     

"Mulai sekarang, kalau kalian tidak keberatan, aku minta kalian panggil aku Papa Nic saja... Bagaimana?" tanya Nicolae sambil mengusap-usap rambut kedua anak dalam pelukannya.     

Suara tangis Vega semakin terdengar keras mendengar permintaan Nicolae dan seluruh kemeja depan pemuda itu menjadi basah oleh airmatanya.     

Saat itulah Aleksis yakin bahwa keputusannya menerima lamaran Nicolae adalah keputusan yang terbaik, karena ia dapat melihat betapa anak-anaknya sangat bahagia menerima Nicolae ke dalam kehidupan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.