The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Malam Dua Keluarga



Makan Malam Dua Keluarga

0Alaric bertemu Rune di pintu keluar. Anak muda itu baru datang bersama London setelah menjelajah daerah di sekitar hotel mereka dengan dua orang pengawal yang tampak seperti pemuda seumuran mereka.     

"Hei... Eli, kan? Cepat sekali pulangnya?" tanya Rune keheranan. Ini baru jam 4.40 sore, menurutnya acara minum teh seharusnya belum selesai sehingga ia akan bisa bertemu Elios Linden setelah ayahnya selesai berbincang-bincang dengannya. Rune tidak menyangka Alaric keluar demikian cepat.     

"Hallo, Rune. Apa kabar?" Alaric tersenyum ke arah pemuda itu.     

Ia membandingkan London yang berdiri di sampingnya dan menyadari bahwa London sangat mirip ayahnya dan Rune tidak mirip siapa pun, tidak juga mirip ibunya. Mungkin itu yang membuat Rune sangat menyenangkan, pikirnya.     

"Baik. Kami habis membeli oleh-oleh dan menjelajah daerah sini." Rune menoleh kepada kakaknya, "Aku kemarin bertemu Eli dan bercakap-cakap tentang banyak hal."     

"Hai, namaku London." London mengangkat topinya, menyapa Alaric. "Aku kakaknya Rune."     

"Hallo London, senang bertemu denganmu." Alaric mengangguk ke arah London. "Aku harus pergi. Selamat tinggal."     

Mobilnya telah tiba dan Alaric segera masuk, meninggalkan kedua pemuda itu yang memandangnya keheranan.     

Alaric memejamkan matanya di sepanjang perjalanan saat mengingat kembali percakapannya dengan Caspar yang tidak berakhir baik. Caspar Schneider sempat menyinggung bahwa Lauriel sangat terpukul akibat kematian Luna dan kemudian mengasingkan diri selama puluhan tahun.     

Seandainya tadi pembicaraan mereka tidak berakhir panas, ia hendak meminta Caspar untuk memberitahunya di mana ia dapat menemukan Lauriel, bahkan mungkin ia akan memberi tahu identitasnya yang sebenarnya. Ia ingin bertemu Lauriel walau sekali saja untuk mengetahui apakah benar ayahnya merasa sangat menderita ketika ibunya meninggal.     

Tetapi kini sudah terlambat. Ia tak mungkin kembali ke sana untuk meminta itu. Ia dan Caspar sama-sama keras dan tidak mau mengalah. Pandangan mereka berdua terlalu berbeda.     

Alaric tidak mengerti mengapa Caspar demikian lunak. Sebagai ketua klan ia punya kekuasaan begitu besar untuk menentukan kemana klan akan dibawa.     

Mengapa begini terus, menikmati hidup di balik bayang-bayang, harus menyembunyikan diri dan mengambil identitas baru setiap beberapa puluh tahun? Mengapa harus repot-repot merahasiakan kaum mereka seolah kaum Alchemists adalah penjahat?     

Manusialah penjahatnya di bumi ini. Mereka yang merusak alam karena perbuatan mereka yang semena-mena. Kini sudah sepertiga bagian bumi menjadi tanah kosong yang tidak dapat diselamatkan lagi. Hutan Amazon yang dulu menjadi paru-paru dunia hanya bersisa 10 persen saja. Dan pulau-pulau kecil yang dulu jumlahnya ratusan ribu, sekarang hanya tinggal belasan ribu saja.     

Semua karena kerakusan manusia. Kaum Alchemist ikut bertanggung jawab atas perbuatan jahat manusia karena selama ini tidak mengambil tindakan aktif menghentikannya.     

Namun hal itu akan segera berubah, pikir Alaric.     

"Nama kedua anak tadi rasanya familiar," gumam Alaric. "Kau tahu di mana aku pernah mendengarnya, Aleksis?"     

"Tentu saja familiar karena minggu lalu mereka datang ke Ritz Gala dan diperkenalkan sebagai pewaris keluarga Schneider," jawab Aleksis dari jam tangannya.     

"Hmm... pasti itu." Alaric mengangguk. "Kau hubungi Luna dan minta ia mencari keberadaan Lauriel Medici. Aku ingin informasi di mana ia dapat ditemukan."     

"Baik, Tuan."     

Empat belas tahun yang lalu, saat Aleksis berumur 12 tahun dan diselamatkan oleh Alaric di Singapura, gadis itu pernah menyebutkan nama kedua adik laki-lakinya yang unik, tetapi Alaric tidak ingat hal itu.     

Empat belas tahun adalah waktu yang sangat lama, dan kondisinya setelah bangun dari koma selama hampir 6 tahun belum pulih 100 persen dan ia masih membutuhkan waktu untuk mengembalikan semua ingatannya selama hidup 100 tahun.     

Maka ketika Aleksis mengatakan ia pasti mendengar kedua nama itu dari Ritz Gala, Alaric tidak terlalu memikirkannya kembali.     

Mobilnya melaju mulus ke istana keluarga Lewis dan setelah tiba di sana ia segera melangkah masuk ke Sayap Barat tempat ia berdiam.     

"Tuan, Nyonya Portia meminta Anda bergabung di ruang makan setelah Anda kembali. Kita kedatangan tamu yang menginap di Sayap Timur." Butler istana menyambutnya di depan pintu. "Sepertinya mereka teman baik Tuan Ned."     

"Terima kasih, Butler Han, aku akan ke sana."     

Alaric bukan orang yang senang keramaian ataupun berbasa-basi, tetapi ia mengerti bahwa Portia dan Ned sedang mengupayakan agar ia bertemu sebanyak mungkin orang dari kaum Alchemist agar mengalirkan dukungan kepadanya saat ia mengajukan diri sebagai kandidat ketua baru.     

Demi menghargai upaya orang tua angkatnya dan karena mereka yang mengurusi semua komunikasi dengan orang-orang itu, ia tentu tidak keberatan untuk sekadar hadir dan bertemu mereka.     

Lagipula... inilah kaumnya, inilah keluarganya di dunia ini. Mungkin ia memang harus berusaha lebih membuka diri karena bagaimanapun orang-orang inilah yang paling mengerti dirinya.     

"Selamat malam, Eli. Senang bertemu lagi denganmu," Kit Blue yang tampak sangat cantik dalam gaun kasual pendek yang memamerkan kaki jenjang dan kulitnya yang semulus salju segera bangkit dari meja makan dan menyambut kehadiran Alaric sambil tersenyum. Ia akhirnya mendengar bahwa Alaric tidak suka disentuh dan sekarang sudah tahu bagaimana bersikap.     

Alaric mengangguk ke arahnya. "Selamat malam."     

Ia senang karena Kit Blue sepertinya cepat belajar dan tahu bersikap. Gadis itu tidak tampak tersinggung dengan sikap Alaric yang dingin dan tetap bersikap manis kepadanya.     

Dengan gembira ia duduk di seberang pemuda itu, di samping ayah ibunya dan sepanjang makan malam tampak sangat cerdas mengikuti berbagai pembicaraan para orang tua di meja makan tentang berbagai topik dunia.     

Ini bukan tanpa latihan. Kit Blue telah dipersiapkan oleh ibunya untuk memberikan kesan terbaik di acara makan malam penting ini. Ia harus dapat membuat Portia terkesan, dan tentu saja Alaric, agar pembicaraan perjodohan antara Ned dan Lex nanti dapat berlangsung tanpa mendapat tentangan dari keduanya. Karena itulah Kit tampil sebaik mungkin.     

"Hm... Eli, karena kalian sudah selesai makan, tolong ajak Kit berjalan-jalan keluar untuk melihat-lihat taman kita. Dia belum pernah kemari," kata Portia setelah makan malam. "Aku yakin obrolan orang-orang tua seperti kami sangat membosankan bagi kalian."     

Sebelum Alaric dapat menjawab, Kit telah bangkit berdiri dan mengembangkan tangannya. "Cuaca sangat cerah untuk ukuran musim dingin seperti sekarang, tentu ini pertanda baik."     

Alaric mengangguk dan ikut berdiri. Ia tahu orang tua angkatnya dan keluarga Blue hendak membicarakan sesuatu tanpa kehadirannya, maka ia segera bergerak ke arah luar.     

Langit malam musim dingin kali ini memang secara mengejutkan tampak cerah. Ia bahkan bisa melihat bulan purnama menghias di angkasa. Hmm...     

"Kau suka astronomi?" tanya Kit tiba-tiba. Ia telah memperhatikan dari kemarin betapa seringnya Alaric menatap langit.     

Alaric mengangguk tanpa menoleh ke arahnya.     

"Maka kau harus datang ke Islandia. Di sana kau bisa melihat langit dengan sempurna, bahkan kalau beruntung kau juga bisa melihat aurora. Indah sekali," Kit melanjutkan ucapannya. Ia sama sekali tidak tersinggung dengan sikap dingin Alaric.     

Ia tahu ia harus memainkan kartunya dengan benar. Berbaik-baik kepada pria ini dan mendapatkan kepercayaannya jauh lebih penting daripada sekadar harga dirinya yang terluka, pikir Kit.     

Ia kembali teringat Nicolae Medici yang telah mempermalukannya di bandara, dan ia bersama gadis tidak tahu malu itu! Kit harus dapat membalaskan sakit hatinya kepada mereka dengan mendapatkan Alaric yang jauh lebih baik daripada Nicolae.     

Biar saja Elios Linden bersikap dingin, Kit tidak keberatan. Toh sikap dinginnya ditunjukkan kepada semua orang tanpa kecuali, sehingga Kit tidak perlu memasukkannya ke hati. Ini tidak personal.     

Yang penting, kalau orang tuanya bisa meyakinkan Ned dan Portia akan perjodohan mereka, Kit yakin Elios tidak akan menolak selama Kit tidak melakukan hal-hal yang membuatnya kesal.     

Pria itu sepertinya tidak memiliki kemampuan untuk mencintai seorang wanita dan ia tidak akan peduli dengan hubungan romantis, asalkan keluarga Kit bisa memberikan dukungan yang ia butuhkan.     

"Kalau kau datang ke Islandia untuk mengamati langit, aku akan membawamu ke tempat terbaik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.