The Alchemists: Cinta Abadi

Caspar dan Finland yang Kesepian



Caspar dan Finland yang Kesepian

0Kit tidak dapat menahan kesal di sepanjang perjalanannya menuju New York. Ia masih tidak terima tadi Nicolae bersikap sama sekali tidak mengingatnya di bandara Reykjavik. Dan gadis menyebalkan itu juga ada di sana bersama anak-anaknya!     

Ugh... anak angkat ayah Nicolae yang tidak tahu diri itu ikut liburan bersama Nicolae dan tadi memanggilnya dengan panggilan Sayang? Arrggghhh...     

Ia membuka tas tangannya dan membaca berita tentang Ritz Gala yang akan diadakan tiga hari lagi. Ada begitu banyak pria tampan yang akan hadir dan tentu saja penghargaan para bujangan paling diidamkan di dunia yang akan menjadi puncak acara yang ditunggu-tunggu.     

Ia akan mencari pria lain yang jauh lebih baik daripada Nicolae. Hmm.. Terrence Chan, Presiden Schneider Group diperkirakan akan hadir, karena acara bergengsi itu diadakan di hotelnya. Kit ingat pemuda itu juga hadir di pesta Nicolae. Ia akan menjadi target ideal, pikir Kit.     

Terry adalah seorang alchemist, dan ia sangat berkuasa karena memimpin Schneider Group yang begitu besar. Kalau Kit dapat mendekatinya, tentu ia tidak akan kalah dari Nicolae.     

Ia melihat juga sosok misterius yang tiba-tiba saja tahun ini masuk nominasi karena memuncaki daftar Most Influential Men versi Forbes 100. Pria bernama Elios Linden yang memimpin Group perusahaan terbesar di dunia saat ini. Sejak kemunculannya beberapa bulan lalu dengan berbagai gebrakan dan inovasi, namanya langsung melejit di dunia dan di kalangan atas.     

Kit tidak dapat menemukan fotonya, tetapi pria yang demikian berkuasa, tentu jauh lebih menarik daripada pria tampan yang tidak memiliki tingkat pengaruh dan kekuasaan yang sama, pikir Kit. Hmm.. ia akan melihat apakah ia juga akan dapat menggunakan pesonanya untuk memikat Elios Linden.     

Huh... lihat saja. Aku tidak peduli lagi kepada Nicolae Medici. Masih banyak laki-laki lain yang jauh lebih hebat darinya, Kit terus mengomel dalam hati.     

***     

"Telingamu masih belum kembali seperti semula," omel Finland ketika melepas London yang akan berangkat ke New York. "Kalau sampai bulan depan kau masih memiliki telinga seperti peri rumah, Mama akan membunuh Aldebar."     

London hanya tertawa. Wajahnya yang tampan selalu dihiasi sepasang lesung pipi setiap ia tersenyum. Tetapi bahkan lesung pipinya yang manis tidak dapat membuat perhatian orang teralihkan dari telinganya yang runcing akibat menjadi tikus percobaan pamannya. "Tidak apa-apa, Ma. Aku akan bilang orang-orang bahwa aku ini sebenarnya adalah manusia peri dari Rivendell."     

Finland memperhatikan totol-totol di wajah Rune sudah sangat berkurang. Ia hanya menemukan tiga totol di lehernya. "Hmm... ini bisa ditutupi dengan syal. Semoga tiga hari lagi saat pestanya tiba kalian sudah benar-benar pulih."     

Rune mengangguk.     

"Baiklah. Kalian silakan bersenang-senang. Salam untuk Terry ya."     

Setelah kedua anak lelakinya berangkat dengan mobil menuju bandara, Finland masih berdiri termenung setelah beberapa lama.     

Ia tak mengira waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin ia melahirkan Aleksis, lalu London, dan kemudian Rune. Kini anak bungsunya sudah berusia 21 tahun. Semuanya sudah dewasa!     

Caspar yang memperhatikan istrinya merenung, mengerti apa yang dipikirkan gadis itu. Dengan tanpa suara ia menghampiri Finland dan memeluknya dari belakang.     

"Hmm... anak-anak cepat sekali, sudah besar ya?" bisiknya lembut. Hembusan napasnya di telinga Finland membuat gadis itu menjadi geli. "Sebentar lagi mereka semua akan meninggalkan rumah. Pasti akan sepi sekali."     

Finland mengangguk tanpa dapat berkata apa-apa.     

Caspar mencium cuping telinga istrinya lalu menurunkan ciuman-ciumannya ke leher Finland dan kemudian menggigitnya lembut. "Kita buat anak lagi, yuk.. Aku tidak rela melihat rumah ini menjadi sepi."     

Finland menoleh sambil tersenyum mendengar keterusterangan suaminya. Sejak dulu Caspar selalu menginginkan mereka punya banyak anak, tetapi Finland yang lebih rasional tahu bahwa tiga adalah jumlah yang pas. Kehidupan mereka sekarang sudah sangat sempurna.     

"Sepi dari mana? Ada Altair dan Vega yang selalu bikin ribut." kata Finland.     

"Tidak akan lama lagi," bantah Caspar. "Sekarang saja mereka sudah sering bepergian bersama Nicolae. Tinggal tunggu waktu saja, sebentar lagi mereka akan keluar dan tinggal bersamanya. Aku memperkirakan Aleksis dan Nicolae akan menikah beberapa tahun lagi."     

Finland merenung kembali. Ia sangat menyukai Nicolae. Pemuda itu banyak mengingatkannya akan suaminya sendiri. Ia tentu akan menjadi suami yang ideal untuk Aleksis. Mereka tampak sangat serasi dan Nicolae pun tidak pernah malu-malu menunjukkan rasa cintanya kepada Aleksis.     

Ia ikut yakin bahwa dalam beberapa tahun lagi Aleksis dan anak-anaknya akan pergi meninggalkan rumah untuk tinggal bersama Nicolae.     

Ah.. rumah mereka akan terasa sangat sepi.     

"Jadi?" Caspar bertanya lagi. Ia memutar tubuh istrinya sehingga kini mereka berhadapan. Dengan lembut ia menyentuh dagu Finland dan mendekatkan bibirnya untuk mencium bibir gadis itu. "Kita buat anak lagi?"     

"Kau ini..." omelan Finland seketika terhenti karena bibirnya telah dilumat oleh Caspar dan membuatnya tak dapat berbicara apa-apa lagi. Ciumannya panas dan penuh gairah dan sebentar saja mereka sudah terhanyut dalam perasaan euphoria yang selalu timbul saat keduanya bermesraan. Bahkan setelah menikah 27 tahun, mereka masih sama mesra dan bergairah seperti saat pertama.     

"Hmmm... Ini bukan berarti aku setuju kita punya anak lagi, ya." omel Finland ketika akhirnya Caspar melepaskan bibirnya.     

Caspar tidak menjawab. Ia telah membopong tubuh istrinya ke kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.