The Alchemists: Cinta Abadi

Pembicaraan Dua Pria



Pembicaraan Dua Pria

1Setelah makan malam, Nicolae minta diri untuk pulang ke apartemennya di Robertson Road. Walaupun ia jarang datang ke Singapura, ia masih memelihara apartemennya di sana. Kini ia pun memutuskan untuk mengajak Altair dan Vega untuk tinggal bersamanya.     

"Besok kita bisa berlayar kalau kalian mau. Mama sudah terlalu besar dan tidak bisa terlalu aktif. Jadi kalian ikut Papa Nic saja," katanya sambil membantu membereskan barang-barang kedua anak itu di kamar mereka.     

Altair dan Vega tampak saling pandang dan tersenyum penuh rahasia. Nicolae tidak memperhatikan bahwa kedua anaknya berkomplot untuk merencanakan sesuatu dan dengan senang hati ia membawa tas Vega di bahunya dan menggandeng Altair di tangan kanannya.     

Ketiganya pamit kepada Aleksis dan Lauriel lalu berangkat ke Robertson Road dengan diantar Alaric.     

Alaric sengaja ikut karena seperti biasa ia ingin membacakan cerita sebelum tidur kepada anak-anaknya, dan ia sendiri ingin menghabiskan waktu bersama saudaranya tanpa Aleksis.     

"Aku senang kau datang kemari. Terima kasih," komentar Alaric saat mereka tiba di apartemen Nicolae. Ia membantu anak-anaknya merapikan barang-barang mereka di kamar lalu menyuruh mereka membersihkan diri sebelum tidur.     

"Aku takkan melewatkan ini untuk apa pun," jawab Nicolae sambil tersenyum dan menepuk punggung adiknya.     

Secara fisik kedua pria ini sangat mirip, hanya berbeda wajah dan warna rambut saja, hingga untuk sesaat Vega dan Altair yang baru keluar dengan sikat gigi di tangan tampak terkesima. Mereka jarang melihat kedua ayah mereka bersama seperti ini.     

"Sayang sekali Papa dan Ayah sama-sama mencintai Mama," bisik Vega kepada Altair. "Kita harus segera melakukan rencana kita untuk mencarikan Papa kekasih baru. Biar mereka bisa sering bersama seperti ini."     

Walaupun baru berumur 10 tahun, Vega dan Altair sangat pintar. Mereka tahu apa yang terjadi di antara orang tua mereka, dan mereka juga bisa melihat bahwa Nicolae dan Alaric saling menyayangi, dari interaksi mereka ini, tetapi sayangnya kedua pria itu tidak dapat sering-sering bertemu karena masih ada rasa sungkan yang ditimbulkan akibat kehadiran Aleksis dalam hidup mereka.     

Dalam hati Vega dan Altair yang sangat menyayangi Papa Nic mereka, keduanya sangat ingin melihat Nic bahagia. Mereka juga ingin Nicolae pelan-pelan melupakan rasa cintanya kepada ibu mereka dan mencari wanita baru untuk dicintai.     

"Hei... kalian sudah selesai sikat gigi dan cuci muka?" tegur Alaric melihat kedua anaknya berdiri terkesima di depan pintu. Altair dan Vega buru-buru menggeleng dan kabur ke kamar mandi.     

Nicolae hanya tertawa melihat interaksi mereka. Ia sungguh merindukan kedua anak itu.     

"Kau sudah menyiapkan nama untuk anak kalian berikutnya?" tanya Nicolae sambil mengambil sebotol wine dari kabinet. "Oh... aku lupa, kau tidak minum selama kehamilan Aleksis."     

Ia tampak canggung dan hendak mengembalikan botol wine ke kabinet, namun Alaric mencegahnya.     

"Tidak apa-apa... aku akan minum sekali ini. Ini peristiwa khusus. Lagipula aku perlu menenangkan diri. Beberapa hari ke depan akan sangat menegangkan..."     

"Oh... begitu ya?" Nicolae mengambil dua buah gelas dan menuang wine untuk mereka. "Ini bukan anak pertama, jalan lahir sudah pernah terbuka sehingga tidak akan sesulit kelahiran pertama."     

"Hmm... aku tidak mengerti. Ini sudah tahun 2050 dan manusia sudah memiliki peradaban selama ribuan tahun, tetapi hingga kini perempuan masih harus mengalami sakit melahirkan. Penyakit seperti kanker saja sudah sembuh, tetapi kenapa proses kelahiran tidak bisa menjadi ringan dan tidak menyakitkan?" keluh Alaric. "Aku tidak tega membayangkan Aleksis melalui proses yang menyakitkan itu..."     

Nicolae hanya bisa mendesah. Sepuluh tahun lalu ketika Aleksis melahirkan si kembar, ia pun tidak ada untuk menyaksikan peristiwa itu. Saat itu ia masih sangat patah hati dan memilih bertualang keliling dunia. Dari yang ia dengar, memang proses kelahiran Altair dan Vega cukup lama dan menyakitkan, ia pun tidak tega bila Aleksis harus mengalaminya lagi.     

"Aku merasa egois sekali. Hanya karena aku menginginkan anak dari Aleksis, ia harus mengalami rasa sakit begitu berat.." Alaric meneguk wine-nya sampai habis. Ia jelas terlihat frustrasi memikirkan peristiwa kelahiran yang diperkirakan akan terjadi beberapa hari lagi.     

"Hmm.. ada beberapa prosedur kelahiran yang tidak terlalu sakit, seperti melahirkan di dalam air. Dan aku yakin kalau kau menemaninya dari awal hingga akhir, menenangkannya, memegang tangannya, dan mendukungnya, ia tidak akan terlalu merasakan sakit," kata Nicolae menenangkan. "Lagipula, anak ini bukan keinginanmu seorang diri. Aleksis juga menginginkannya..."     

"Hmmm..." Alaric hanya mendesah panjang. "Aku rasa satu anak saja sudah cukup. Aku tak mau Aleksis mengalami kehamilan dan kelahiran lagi..."     

Nicolae tahu bahwa salah satu penyebab Alaric sangat menginginkan anak dari Aleksis adalah karena dua anaknya yang pertama harus dibaginya bersama Nicolae, karena Alaric tidak ada dalam sepuluh tahun kehidupan mereka. Ia melewatkan masa-masa kelahiran dan pertumbuhan anak-anaknya karena mereka terpisah selama sepuluh tahun.     

Dengan penuh simpati Nicolae hanya merangkul bahu adiknya dan mengangguk. "Baiklah.. kalian sudah menyiapkan nama?"     

Alaric mengangguk. "Alaris kalau perempuan dan Aleric kalau laki-laki..."     

Nicolae hampir ingin memutar bola matanya mendengar kedua nama itu tetapi ia berhasil menahan diri. Ia tahu kedua anak pertama Alaric dan Aleksis dinamai sesuai rasi bintang favorit keduanya, yang kebetulan sama-sama diawali dengan huruf A. Altair dan Alpha Lyrae (nama Latin dari Vega). Kini rupanya sepasang suami istri itu ingin memberi nama anak mereka dari gabungan nama keduanya.     

Alaris atau Aleric adalah gabungan nama Alaric dan Aleksis.     

"Nama yang bagus," komentar Nicolae sambil batuk-batuk kecil.     

Alaric melihat reaksi saudara dan mengerutkan keningnya. "Menurutmu kami terlalu berlebihan?"     

"Uhmm... tidak, tidak kok. Sudah sepantasnya anak kalian diberi nama gabungan nama kalian, bagaimanapun dia adalah hasil buah cinta kalian," jawab Nicolae buru-buru. Ia lalu menunjuk ke kamar si kembar dan menyuruh adiknya segera membacakan dongeng untuk anak-anaknya. "Altair dan Vega sudah mau tidur. Kau tidak mau membaca untuk mereka?"     

Alaric mengangguk. Ia meletakkan gelasnya lalu masuk ke dalam kamar dan membawa buku cerita. Ketika pintu kamar ditutup di belakangnya, Nicolae masih terus memandang ke arah kamar tersebut dan menggeleng-geleng.     

"Alaris... dan Aleric," gumamnya. Ia lalu menghabiskan wine di gelasnya dan berjalan ke balkon dan menatap langit.     

Alaric membacakan cerita untuk anak-anaknya dan menunggu mereka tidur, baru ia kembali menemui Nicolae.     

"Kau sungguh akan membawa mereka berlayar?" tanyanya.     

Nicolae mengangguk. "Aku boleh pakai kapalmu, kan?"     

"Tentu saja. Aku titip anak-anakku. Jangan lupa kembali lusa. Ayah dan Ibu serta adik-adik iparku akan tiba juga. Mereka pasti ingin bertemu si kembar."     

"Tentu saja," Nicolae masuk kembali ke ruang tamu dan menuangkan wine kembali untuk mereka. "Duduk dulu di sini. Kau tidak buru-buru pulang kan? Ada ayah di mansion yang menemani Aleksis."     

"Tidak." Alaric menerima wine dari Nicolae dan mendentingkan gelasnya ke gelas kakaknya.     

Untuk sesaat mereka duduk minum dalam diam, hingga akhirnya Alaric buka suara.     

"Nicolae... aku belum sempat berterima kasih kepadamu, karena selama ini kau menjaga Aleksis dan anak-anakku."     

"Hmm?" Nicolae mengangkat wajahnya dan menatap Alaric. Mereka memang belum pernah bicara dari hati ke hati tentang Aleksis sejak kedatangan Alaric yang tiba-tiba sehari sebelum pernikahan Aleksis dan Nicolae dan membatalkan segalanya.     

"Aku tahu kau sangat mencintainya..." Alaric menghela napas panjang. "Seandainya aku bisa merelakan Aleksis untukmu, aku akan melakukannya... Tetapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa hidup lagi kalau dia tidak ada dalam hidupku."     

Nicolae tidak menjawab. Ia sangat mengerti apa yang dirasakan Alaric. Ia pun, selama empat tahun terakhir telah merasakan hal yang sama. Hidupnya berputar untuk Aleksis dan ia telah menganggap gadis itu sebagai istrinya, dan ia melakukan apa pun untuk kebahagiaan Aleksis. Sayang takdir berkata lain.     

Walaupun ia dengan sukarela menjauh dari Aleksis, tetapi perasaannya yang hancur membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa pulih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.