The Alchemists: Cinta Abadi

May Festival



May Festival

0Akhirnya pelan-pelan London menceritakan apa yang telah terjadi dan Rune tampak membutuhkan waktu beberapa lama agar bisa memahami dengan baik apa yang diceritakan kakaknya.      
0

"Hari ini kau bisa melihatnya," kata London menutup ceritanya. "Ia akan tampil di festival."     

Rune mengangguk. "Selamat. Aku tidak tahu harus berkata apa.... selain itu."     

"Terima kasih."     

Keduanya tidak berkata apa-apa lagi. Rune sebenarnya kasihan kepada kakaknya. Ia bisa membayangkan tentu tidak mudah menjadi orang tua tunggal, namun ia juga tidak mau melihat kakaknya menikah dengan seorang gadis yang hanya menginginkan kekayaannya, apa pun alasannya.     

Ketiganya berangkat ke festival pukul 5 sore dan langsung menuju ke bagian VVIP. Dari tiga panggung pertunjukan yang diadakan di Taman Hyazinthe, panggung di bagian tengah adalah yang paling besar dan disiapkan untuk pertunjukan utama.     

Di bagian depan panggung ada bagian khusus VVIP yang disediakan untuk tamu undangan terhormat seperti walikota, para pejabat pemerintah dan pejabat-pejabat dari Schneider Group yang mensponsori festival ini selama 10 tahun terakhir.     

Mereka masuk ke bagian VVIP dari belakang panggung dan segera duduk di tempat yang disediakan. Kedatangan tiga orang paling penting di Schneider Group itu mengundang banyak perhatian karena selama ini keluarga Schneider terlalu sibuk untuk menghadiri festival.     

MC dengan antusias mengumumkan kehadiran mereka setelah penampilan kelompok dance Starlight dan semua penonton yang hadir segera bertepuk tangan gembira.     

Mereka sangat berterima kasih, berkat dukungan Schneider Group masyarakat kota Berlin setiap tahunnya dapat menikmati pertunjukan seni dan musik kelas dunia secara gratis.     

"Kalian sedang menjadi  trending di Splitz," komentar Jan sambil memeriksa ponselnya. "Kau mau aku memblokir beritanya? Jangan kuatir, wajah kalian tidak dapat dikenali."     

London menggeleng. "Tidak usah."     

Ia sudah memeriksa beberapa berita yang memuat foto dan video kehadirannya di May Festival dan puas melihat penampilannya di sana tidak mirip sama sekali dengan Killian Makela.     

Pakaiannya sangat modis dan terlihat mahal. Ia juga mengenakan kaca mata hitam keren, dan rambutnya diatur dengan gel hingga terlihat licin dan rapi. Berbeda dengan Killian Makela yang sederhana, rambut acak-acakan dan memakai kaca mata baca yang kebesaran.     

Satu persamaan yang kentara hanyalah warna bibirnya yang kemerahan, tapi ia tidak terlalu mengambil pusing. Semua pria di keluarganya memiliki bibir yang merah seperti perempuan dan ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menutupinya.     

"Wahhh... kau menjadi terkenal," komentar Rune sambil mengamati beberapa berita tentang mereka. "Banyak yang bilang kau tampan... ck ck ck..."     

London hanya tertawa mendengar kata-kata adiknya yang diucapkan dengan nada agak sarkastis. Mereka berbincang-bincang tentang berbagai pertunjukan yang mengisi festival sambil menikmati sampanye yang disediakan panitia.     

Pukul enam sore tibalah waktunya penampilan L. London segera menyikut Rune dan Jan yang sedang mengobrol agar diam dan memperhatikan panggung. Matahari sudah mulai tenggelam dan suasana sore itu terasa romantis dengan latar belakang langit jingga dan petikan gitar akustik yang mengawali penampilan L.     

Satu persatu penari dan penyanyi latar naik ke atas panggung diiringi para pemain musik yang mengambil tempat masing-masing. London sangat puas melihat para penari dan musisi yang mendampingi L memang terlihat gemuk sehingga ketika L masuk, ia terlihat sangat langsing dan mempesona. Senyum bahagia menghiasi wajahnya sambil melantunkan You Are Enough.     

Melihat senyum gadis itu terkembang sambil menyanyikan lagu favoritnya, London ikut merasa senang. Ia merasa semua yang ia lakukan berhasil membuat L bahagia, dan itu saja yang penting baginya.     

L terlihat cantik sekali dengan gaun berwarna merah muda yang jatuh hingga ke mata kaki dan langkahnya anggun menuju ke tengah panggung. Suaranya seperti biasa menghipnotis siapa pun yang mendengarnya. Suasana menjadi hening sama sekali karena perhatian setiap orang tertuju padanya.     

Rune menoleh ke kiri dan melihat kakaknya menatap ke atas panggung dengan mata yang hampir tidak berkedip.      

"Dia boleh juga," komentar Rune.     

"Ssssh..." Tanpa sadar London membekap mulut adiknya. "Jangan bicara kalau L sedang menyanyi."     

Rune gelagapan karena kesulitan bernapas dan segera melepaskan diri dari tangan kakaknya. "Kau ini sudah terobsesi."     

Tetapi ia tidak berkata apa-apa lagi selama L menyanyikan tiga buah lagunya. Ia  mengakui dalam hati bahwa L memang seorang penyanyi berbakat, mungkin bakatnya sama seperti Billie Yves sendiri yang selama puluhan tahun menjadi legenda di dunia.     

"Rune, tolong bantu aku, berikan bunga ini kepadanya. Bilang bunga ini dariku, lalu beri tahu aku bagaimana reaksinya," pinta London saat L hampir menyelesaikan lagu ketiganya. Ia menunjuk karangan bunga mawar yang tadi sudah dimintanya agar disiapkan panitia untuknya.     

Mereka  sudah membicarakan hal ini di penthouse dan Rune bersedia membantu kakaknya. Mereka sama-sama ingin tahu bagaimana sikap L kalau London Schneider menunjukkan kekaguman kepada L.     

"Baiklah..." Rune mengangguk. Ia mengambil karangan bunga dari kursi di sampingnya lalu bersiap berjalan ke tangga menuju panggung. Begitu L menutup lagunya, ia akan naik ke atas panggung lewat akses VVIP dan menyerahkan bungnya kepada L. Ini juga merupakan rencana London untuk meningkatkan popularitas L.     

Media akan heboh membicarakan L jika sebagai artis pendatang baru ia terlihat mendapatkan perhatian langsung dari keluarga Schneider. Besok, saat ia diumumkan sebagai ambassador Virconnect yang baru, popularitas L akan meroket sangat jauh. Impiannya menjadi artis sangat terkenal akan segera menjadi kenyataan.     

Lima bulan lagi, setelah ia melahirkan dan siap untuk kembali ke dunia hiburan, akan sangat mudah baginya untuk menjalani kariernya.     

"Terima kasih...." L menutup lagu ketiganya dengan diiringi tepuk tangan sangat meriah dari para penonton yang terpesona. Ia membungkuk hormat dan hendak masuk ke belakang panggung ketika tiba-tiba terdengar sorakan riuh penonton dan ketika ia mengangkat wajahnya, tampak seorang pria tampan berambut pirang panjang naik ke atas panggung dari seksi VVIP sambil menggotong rangkaian bunga yang besar sekali.     

Seketika dada L berdebar. Ia melihat Pammy dari samping panggung tampak terkejut dan menekap bibirnya. MC dan para penari yang mengiringinya juga tampak terkesima. Semua orang tahu siapa pemuda tampan yang barusan naik dari seksi VVIP ini.     

Rune Schneider! Tadi MC dengan bersemangat telah mengumumkan kehadiran Jan Van Der Ven dan kedua bersaudara Schneider di festival kali ini.     

Tidak ada yang menyangka Rune Schneider akan naik ke atas panggung dan menyerahkan rangkaian bunga demikian besar untuk seorang penyanyi pendatang baru seperti L!     

"Selamat, pernampilanmu bagus sekali," kata Rune sambil tersenyum hangat. Ia menyerahkan bunga di tangannya kepada L. "Ini bunga dari kakakku. Ia adalah penggemarmu nomor satu."     

Ia menunjuk ke arah London dan kakaknya itu mengangkat tangannya sambil tersenyum. L tampak termangu tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya ia hanya mengangguk dan menerima bunga itu dengan canggung.     

Suasana sore yang mulai gelap dan penampilan London yang sangat berbeda membuat L tentu saja tidak dapat mengenali pemuda itu sebagai Killian Makela yang tinggal di sebelah kamarnya, memberikannya bunga setiap hari, dan memasakkan makan malam untuknya.     

Untuk sesaat L tampak kaget dan bingung bagaimana ia harus bersikap. Ia tidak mengira seorang pria yang demikian kaya dan berkuasa menunjukkan kekaguman kepadanya secara terbuka seperti ini, padahal bisa dibilang saat ini ia masih berstatus sebagai artis pendatang baru.     

Akhirnya ia hanya membungkuk sedikit ke arah London dan kemudian masuk ke belakang panggung.     

"Wahh... tidak diduga, ternyata Tuan Rune Schneider sampai naik ke atas panggung untuk memberikan sendiri bunga kepada L! Sungguh luar biasa. Tadi penampilan L memang sangat memikat. Layak mendapatkan hadiah bunga secantik ini..." komentar MC dengan antusias.     

Rune sudah turun kembali ke kursinya dan memukul bahu kakaknya.     

"Sudah kuberikan bungamu kepadanya. Heran.. bilang terima kasih saja tidak," omelnya.     

London hanya tersenyum tipis. Ia tidak perlu ucapan terima kasih dari L.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.