The Alchemists: Cinta Abadi

Jangan sampai tertangkap



Jangan sampai tertangkap

0London bangun oleh suara alarmnya yang sudah ia pasang selama tiga bulan terakhir, yaitu suara L menyanyikan lagu terkenal milik Billie Yves berjudul "You Are Enough" yang ditemukannya di website gadis itu.     

Astaga...!     

Ia buru-buru bangun dan mematikan alarm di ponselnya ketika kesadarannya sudah pulih dan ia ingat bahwa sang pemilik suara asli tinggal di kamar sebelahnya.     

Tentu memalukan sekali jika L sampai tahu bahwa suaranya menjadi bunyi alarm bagi London. Sial. Ia harus mengganti alarmnya.     

London mengucek-kucek matanya dan masuk ke setting ponselnya untuk mengganti alarm tersebut, tetapi ia segera menyadari bahwa sebenarnya bukan alarmnya yang berbunyi.     

Ia mengatur alarm untuk jam 8 pagi, dan sekarang baru setengah delapan.     

Kepalanya spontan menoleh ke arah pintu kamarnya dan telinganya terangkat berusaha mendengarkan suara nyanyian dari luar.     

Ah... rupanya sang empunya suara yang sedang menyanyi live di ruang tamu apartemen ini. London memejamkan matanya dan menikmati suara indah bagaikan siren itu selama sepuluh menit. Ia sangat terpukau, persis seperti saat pertama ia melihat gadis itu menyanyi di pesta Stephan.     

Ketika L berhenti menyanyi, London akhirnya bangun dari tempat tidurnya dan bergegas keluar.     

"Selamat pagi," sapanya kepada L yang sedang berdiri di depan balkon dan menikmati udara pagi. Gadis itu menoleh ke arahnya dan tampak tersipu.     

"Apakah aku membangunkanmu? Maaf... aku terlalu gembira. Aku baru membaca email dari Pammy. Ia mengatakan bahwa perusahaan menguatirkan kesehatanku dan memberiku waktu istirahat selama beberapa bulan. Jadwal tampilku dikurangi banyak sekali dan aku hanya perlu muncul satu dua kali selama dua bulan ke depan. Penampilanku yang paling dekat adalah Festival Menyambut Musim Panas minggu depan. Jadi aku harus berlatih..."     

London tertegun mendengar L bicara demikian antusias tentang pekerjaannya. Ia belum pernah mendengar gadis itu bicara sedemikian banyak sebelumnya. Rupanya hatinya memang sedang senang.     

"Semoga sukses," katanya akhirnya.     

"Terima kasih," kata L. "Eh.. aku tidak mengganggu tidurmu, kan? Aku tidak akan menyanyi pagi-pagi lagi... agar tidak menganggumu."     

Tepat saat itu alarm di ponsel London berbunyi keras sekali. Sudah tepat pukul 8.00, dan terdengar suara merdu L menyanyikan You Are Enough mengisi ruang tamu mereka.     

L membelalakkan matanya keheranan. "Apa itu?"     

London tidak menjawab. Ia buru-buru mematikan alarmnya dan masuk ke dalam kamar.     

L perlu waktu beberapa detik untuk menyadari apa yang terjadi. Ia menekap bibirnya sambil menatap pintu kamar London yang barusan ditutup pemiliknya.     

Seulas senyum tersungging di wajahnya. Ia baru mengetahui bahwa suara nyanyiannya dipakai sebagai alarm oleh pemuda tampan itu. Sungguh menggemaskan!     

Ia berjalan ke dapur dan membawa bunga yang dibawa London tadi malam untuknya dan menaruhnya di vas besar di ruang tamu. Seketika kecerahan akhir musim semi terasa begitu nyata di ruang tamu mereka.     

***     

Sementara itu di dalam kamarnya, London buru-buru mengganti setelan alarmnya dan menghilangkan lagu L dari ponselnya. Ia sangat malu, tadi L mengetahui bahwa ia menggunakan suara gadis itu untuk membangunkannya dari tidur.     

Rasanya ia tak bisa menunjukkan wajahnya lagi di depan gadis itu.     

Ugh... sial. Sudah hampir jam 9  pagi dan ia harus berangkat ke kantor, tetapi ia tidak mau keluar dari kamarnya dan bertemu L. Ia masih malu dan belum dapat menemukan alasan untuk peristiwa tadi.     

Pukul 9 tepat, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk L.     

"Kau belum menyiapkan sarapan untukku. Aku lapar," kata gadis itu. "Aku tidak bisa menggunakan kompor kuno di apartemen ini."     

Ugh...!      

Tentu saja, pikir London sebal. Ia lalu keluar kamar dan segera masuk ke dapur dan menyiapkan sarapan sederhana, telur, sandwich dan salad. Semuanya organik dan hanya produk terbaik.     

Sepuluh menit kemudian ia sudah menyajikan semuanya di meja makan. L datang ke ruang makan dan duduk di sebelahnya lalu menyeduh teh.     

"Eh, kau mau apa? Jangan menyentuh air panas!" seru London kuatir. Ia buru-buru mengambil teko dari tangan L dan menggantikannya menyeduh teh. "Aku saja."     

"Aish... aku ini hanya hamil, bukan menjadi cacat," kata L sambil mengerucutkan bibinya. "Kau sudah menyiapkan sarapan, biar aku yang bikin teh."     

"Tidak usah.. aku masih bisa." kata London dengan keras kepala.      

Tidak lama kemudian keduanya sudah bertengkar tentang siapa yang harusnya membuat teh dan berbagi tanggung jawab, hingga masalah alarm tadi terlupakan.     

Akhirnya London yang menang. Ia membuatkan dua cangkir teh untuk mereka dan keduanya lalu sarapan bersama.     

"Kau masih bekerja di Luxe?" tanya L tiba-tiba. London keheranan melihat L seolah tertarik pada pekerjaannya.     

"Memangnya kenapa?" London balik bertanya.      

"Gaji di sana pasti tidak cukup untuk menyewa apartemen di sini. Memang apartemennya sederhana, tetapi lokasinya di pusat kota. Sewanya pasti mahal," komentar L.     

"Oh, aku bekerja di Luxe hanya sebagai part time. Aku punya pekerjaan lain," London mengangkat bahu. "Kau yang mengajariku untuk bekerja keras dan punya ambisi. Bukan hanya kau yang ingin menjadi kaya."     

"Lalu apa pekerjaanmu sekarang?" tanya L sambil menatap London dengan tajam. "Kalau kau terlibat dengan mafia atau melakukan kejahatan, aku perlu tahu agar aku bisa menyiapkan alibi kalau kau sampai ditangkap."     

London tertegun mendengar kata-kata L barusan. Terlibat dengan mafia? Melakukan kejahatan?     

"Eh, memangnya aku ada tampang penjahat?" tanya London gusar. "Kenapa kau bisa menuduhku begitu?"     

"Di bawah gedung ini ada mobil BMW hitam yang terus-terusan mengawasi. Aku ingat pernah melihat mobil itu saat kau mengajakku makan ke restoran di Hotel St. Laurent. Aku bukan orang bodoh... Ada orang-orang misterius yang mengawasimu, dan kau juga punya uang lebih besar dari sekadar gaji fotografer freelance di Luxe, untuk bisa menyewa apartemen di sini. Tidak mungkin pekerjaanmu legal."     

London tercengang. L ini ternyata sangat sulit ditipu.     

"Kenapa kau mengira aku berhubungan dengan penjahat?" tanyanya keheranan.     

L mengangkat bahu, "Karena kau kelihatan sangat bertekad ingin menjadi kaya, dengan segala cara. Di zaman ini, cara cepat mendapatkan uang hanyalah dengan kegiatan tidak halal."     

London menghela napas. Ia tak mengira nilai dirinya di mata L begitu rendah, hingga gadis itu mengira ia bekerja dengan penjahat untuk mencari uang cepat.     

"Ugh.. aku pergi dulu." London berusaha mengalihkan percakapan. Ia kemudian menyudahi sarapannya dan mencuci peralatan makannya lalu beranjak pergi. Ia harus menghadiri beberapa rapat penting hari ini. "Makan siang ada di kulkas, kau tinggal hangatkan di microwave. Aku akan pulang sebelum makan malam."     

"Hati-hati," L ikut bangkit berdiri dan mengantarnya hingga ke pintu. Gadis cantik itu tampak ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian ia menepuk bahu London dan berbisik lembut, "Jangan sampai tertangkap."     

London mengangkat sebelah alisnya. "Kau menguatirkanku?"     

L tidak menjawab dan menutup pintu. London hanya bisa terkesima melihat pintu tertutup di depannya, tanpa mendengar jawaban.     

Jadi, apa maksud ucapan L barusan? Ia mengira London bekerja dengan penjahat untuk mendapatkan uang banyak dan menyuruhnya berhati-hati agar tidak ditangkap polisi?     

Ini berarti L menguatirkannya, kan?     

Ini kemajuan.     

Kecil sih, tapi tetap saja kemajuan, dibandingkan kemarin, pikir London.     

Tanpa sadar seulas senyum tersungging di bibirnya saat ia memencet tombol lift untuk turun ke lobi.     

Oh ya... ia harus menyuruh Dave dan Marc segera pindah ke dua apartemen di sebelah unitnya agar dapat melindunginya dengan lebih dekat, dan mereka juga harus mengganti mobil sialan itu.     

Masakan seorang perempuan biasa seperti L bisa mengetahui mereka mengawasinya? Dave dan Marc terlalu gegabah.     

Atau L memang yang terlalu pintar.     

Dalam hati, London merasa senang. Ia membaca bahwa kecerdasan seorang anak menurun dari ibunya. Ini berarti anak mereka nanti akan pintar juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.