The Alchemists: Cinta Abadi

Mengakui perasaan



Mengakui perasaan

0Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat dan entah kenapa suasana yang romantis dan kata-kata mereka barusan yang diucapkan dengan suara pelan dan mesra membuat keduanya terhanyut.     

London menaruh cangkirnya di rumput diikuti L, dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan saat kedua cangkirnya diletakkan bersamaan. Ketika tangan L menyentuh tangannya, London merasa berdebar-debar karena kulit gadis itu halus sekali.     

Pemuda itu tidak melepaskan tangannya, membiarkannya di rumput seperti itu. L juga sepertinya tidak menariknya lepas. Dan selama beberapa detik keduanya duduk seperti itu, dengan menahan debaran di dada masing-masing.     

Akhirnya, karena merasa mendapat persetujuan, London lalu memajukan wajahnya untuk mencium L dan gadis itu tanpa sadar memejamkan matanya. Menunggu sentuhan bibir London menyentuh bibirnya.     

Mereka berciuman lama sekali.     

Saat bibir mereka bersentuhan, tanpa dapat ditahan London kembali teringat peristiwa satu setengah bulan yang lalu ketika tubuhnya dan tubuh L menyatu dalam permainan cinta yang sangat menyenangkan.     

Bayangan demi bayangan peristiwa itu kembali ke dalam benaknya dan aroma rambut L yang sama seperti waktu itu benar-benar menggoda indra penciumannya. Tangannya lalu bergerak naik dan membelai rambut gadis itu dengan penuh kasih sayang.     

Baiklah... ia akhirnya mengaku dan tidak lagi berusaha menyangkal perasaannya.     

Sepertinya Jan benar. London memang sangat menyukai gadis ini.     

Karena L menyambut ciumannya dan tidak menolak tangannya yang membelai rambutnya, London menjadi semakin berani. Tangannya perlahan-lahan turuh ke bahu gadis itu, lalu ke punggungnya dan kemudian memeluk pinggangnya.     

Tubuh L sangat lembut dan feminin, dan pinggangnya sangat kecil, pikir London. Kalau mereka tidak di tempat umum, mungkin ia sudah membopong gadis itu dan mencari tempat sepi untuk mencumbunya.     

Tetapi akal sehatnya masih bekerja dengan baik dan ia tidak ingin L masuk pemberitaan buruk di media kalau sampai mereka terpergok netizen yang mengenali gadis itu ataupun oleh jurnalis. Akhirnya dengan berat hati, setelah beberapa lama, ia menghentikan ciumannya dan melepaskan pelukannya dari pinggang gadis itu.     

"Aku... sangat menyukaimu," kata London kemudian sambil menatap L dalam-dalam. "Kalau satu-satunya cara untuk mendapatkan hatimu adalah dengan menjadi orang kaya, maka aku akan menjadi orang kaya bagimu. Tunggu aku. Saat kau sudah menjadi terkenal, aku akan menjadi orang yang cukup kaya untukmu."     

Suaranya terdengar sangat bersungguh-sungguh hingga L menjadi terkesima. Gadis itu kemudian mengangguk.     

"Baiklah."     

London sudah memutuskan. Ia akan membuka identitasnya kepada L setelah gadis itu berhasil memenuhi impiannya untuk menjadi artis terkenal.     

Mereka duduk berdampingan di tepi sungai tanpa bicara apa-apa lagi, hingga hari menjadi gelap.     

"Kuantar pulang?" tanya London saat mereka kemudian membereskan peralatan makan mereka dan bersiap untuk pulang. L mengangguk.     

Mereka naik taksi ke apartemen L dan sebelum gadis itu masuk ke dalam gedung, London buru-buru meminta nomor teleponnya.     

"Aku boleh menghubungimu, kan?" tanya London. "Aku sudah punya nomor teleponmu, tetapi aku mau minta izin untuk menghubungimu, sebelum aku sembarang menelepon..."     

"Boleh," jawab L sambil tersenyum.     

"Terima kasih. Aku akan ke Singapura selama seminggu, mengantar keponakan-keponakanku bertemu orang tuanya. Aku akan meneleponmu dari sana."     

"Aku tidak tahu kau punya keponakan," komentar L.     

"Ah, aku punya dua keponakan. Mereka kembar. Suatu saat nanti aku akan membawa mereka bertemu denganmu. Kau akan menyukai mereka."     

"Ah, oke. Aku suka anak-anak." kata L sambil tersenyum. "Aku akan senang bertemu mereka."     

Tenang saja, kita akan punya anak-anak yang lucu setelah kita menikah, pikir London saat mendengar kata-kata L. Seulas senyum tersungging di bibirnya.     

Di titik ini, London sudah tidak lagi menyangkal perasaannya. Ia memang sangat menyukai L dan pelan-pelan ia mulai memikirkan bagaimana hidupnya bila dihabiskan bersama gadis itu.      

"Kau tidak pergi? Malah senyum-senyum sendiri... Aku mesti naik ke atas," L melambaikan tangannya ke depan wajah London yang sedang sibuk memikirkan menikah dengan L dan punya anak-anak darinya.     

"Eh.. iya, aku pergi sekarang." Dengan canggung London segera beranjak mundur. L masuk ke dalam gedung apartemennya dan menutup pintu di belakangnya.     

London lalu berjalan satu blok ke kiri dan kemudian berhenti. Tidak lama kemudian mobil BMW yang dikemudikan Dave berhenti dan Marc keluar membukakan pintu belakang untuk bosnya.     

London masuk ke dalam mobil dan melanjutkan lamunannya di sepanjang perjalanan.     

Interaksinya dengan L sudah menjadi sangat baik. Bahkan tadi mereka sudah berciuman dan berlaku seperti kekasih, walaupun L masih belum mengetahui bahwa London adalah seorang pria dari keluarga sangat kaya.     

Itu berarti, sebenarnya L sudah mulai berubah dan mau memberinya kesempatan. Ah... ia tidak sabar ingin menceritakan tentang L kepada kakaknya saat mereka bertemu nanti di Singapura.     

Sudah lima bulan ia tidak bertemu Aleksis karena kesibukannya di Jerman, sementara Aleksis dan suaminya Alaric sudah beberapa bulan terakhir ini berdiam di Singapura. Ia sudah sangat merindukan kakaknya. Maka ketika diminta untuk menemani Altair dan Vega untuk bertemu orang tua mereka di Singapura, dengan senang hati ia menyannggupi.     

London tahu walaupun kedua anak itu sekarang tinggal bersama Nicolae, saudara kembar Alaric itu masih belum merasa nyaman berangkat ke Singapura mengantar sendiri Altair dan Vega dan bertemu Aleksis yang kini sedang hamil anak ketiganya bersama Alaric. Bagaimanapun Nicolae sangat mencintai gadis itu selama hampir sepuluh tahun dan beberapa bulan lalu hampir menikahinya.     

Perasaannya pasti masih sangat sedih bila ia harus melihat gadis yang ia cintai kini bersama lelaki lain dan sedang menantikan kelahiran anak mereka, walaupun lelaki itu adalah saudaranya sendiri yang sangat ia sayangi.     

Dalam hati London merasa sangat bersyukur ia dan Rune tidak bertemu dan mencintai gadis yang sama.     

Ah, L baru berusia 19 tahun sementara Rune berusia 25 tahun, sementara ia sendiri 27  tahun. Secara umur, Rune juga sudah matang dan mungkin bisa jatuh cinta, seperti yang dialami London sekarang. Kalau sampai Rune bertemu L dan juga jatuh cinta kepadanya, London akan kalang kabut.     

Hmm... ia tidak boleh membiarkan Rune bertemu L sama sekali. Gadis itu terlalu cantik, dan siapa pun yang melihatnya bisa dengan mudah jatuh cinta kepadanya.     

Huh... apalagi kalau Rune langsung mengaku sebagai Rune Schneider yang kaya raya, London menjadi kuatir L akan berpaling kepada adiknya.     

Karena pemikiran seperti itu, ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Rune.     

"Hei, kau sedang di mana?"     

"Aku masih di rumah Paman Aldebar menyelesaikan mesin penerjemah tangis bayi untuk Kak Aleksis. Kenapa?"     

"Jangan ke Berlin selama seminggu ke depan."     

"Kenapa?'     

"Karena aku tidak ada," jawab London.     

"Lho? Kok aneh."     

"Pokoknya jangan ke Berlin selama tidak ada aku. Titik."     

Ia lalu menutup teleponnya. Ia tidak mau Rune datang ke Berlin dan secara tidak sengaja bertemu L dan jatuh cinta kepadanya. Pokoknya apa yang terjadi antara Alaric dan Nicolae tidak boleh terulang kepadanya dan Rune.     

London kemudian memijit kepalanya. Ia tidak mengerti kenapa tiba-tiba ia separanoid ini, bahkan sampai tidak mengizinkan adiknya ke Berlin karena takut ia bertemu L dan merebut gadis itu darinya.     

Astaga... aneh sekali.     

Apa memang begini rasanya jatuh cinta?     

Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Ia belum pernah mengalami ini sebelumnya.     

Kepada siapa ia bisa bertanya? Kakaknya, Terry?     

Ah, Terry sendiri belum pernah jatuh cinta.     

Bertanya kepada Kak Nicolae?     

Gila! Sama saja dengan mengungkit luka lamanya. Nicolae sudah cukup menderita, pikir London.     

Lalu, bertanya kepada ayahnya, Caspar Schneider?     

Bahahahaha... ini sama saja dengan bunuh diri. Ia tidak boleh membiarkan ayahnya tahu. Nanti London akan habis diceramahi.     

Lalu kepada siapa ia bisa bertanya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.