The Alchemists: Cinta Abadi

Rencana London



Rencana London

3Ia menunjuk beberapa foto di monitor dan menoleh kepada Nick. "Kau tidak akan menggunakan foto-foto ini? Aku sangat menyukai posenya. Kalau kau tidak pakai, aku mau menggunakan pose yang sama untuk pemotretan outdoor nanti."     

"Kau mengalihkan pembicaraan," kata Nick sambil tersenyum. Tetapi kemudian ia menggeleng. "Aku tidak pakai pose yang itu, kau bisa menggunakannya."     

"Terima kasih," kata London. Ia mencatat sesuatu di buku catatannya lalu berbicara dengan beberapa staf studio dan membahas sesi berikutnya yang akan bertempat di taman tidak jauh dari gedung itu.      

"Maaf aku tidak bisa ikut," kata Nick kemudian. "Dokter bilang aku tidak boleh banyak terkena matahari."     

"Tidak apa-apa," kata London sambil memberi tanda jempol. Eddie yang akan menemaninya dalam sesi outdoor karena London belum pernah melakukan tugas pemotretan profesional untuk majalah sebelumnya.     

Ketika semua sudah siap dan mereka tinggal berangkat ke taman, Nick mengumpulkan semua orang dan memberi beberapa petunjuk. Tidak lupa ia juga memuji L yang menurutnya sangat profesional.     

"Baiklah, terima kasih atas kerja samanya, L. Kau sangat menyenangkan. Pekerjaan kita bisa selesai lebih cepat," komentar Nick sambil menepuk bahu L. Ia lalu mengunjukkan dagunya ke arah London. "Sesi berikutnya adalah sesi outdoor, dengan konsep yang sudah dibahas di rapat tadi. Killian yang akan mengurusimu. Aku harus beristirahat."     

L tampak tertegun mendengar kata-kata Nick. Ia tidak mengira Killian akan bekerja sendiri di sesi berikutnya. Tetapi gadis itu tidak protes, hanya mengangguk pelan.     

***     

Rombongan mereka tiba di taman dengan tiga mobil. London dan para asisten pemotretan dan Eddie di satu mobil, L dan manajernya serta sang stylist di mobil kedua, dan para pengawal London yang mengikutinya diam-diam di mobil ketiga.     

Konsep pemotretan outdoor ini adalah Menyambut Musim Semi. Ada begitu banyak bunga yang mulai bermekaran menyambut musim semi di taman itu dan London tidak tahu mana yang lebih cantik, bunga-bunga itu atau L.     

Gadis itu kali ini hanya mengenakan riasan ringan sehingga penampilannya lebih alami dan gaun pendeknya membuatnya terlihat lebih santai dan menyenangkan. London merasa sangat senang karena menurutnya L terlihat paling cantik kalau ia terlihat alami.      

Setelah perlengkapan di pasang, mereka segera mulai bekerja.     

London merasa sangat bersyukur ia memilih penyamaran dengan profesi sebagai fotografer, karena membuatnya bisa berada dekat-dekat L dan mengarahkan gayanya. Kadang-kadang dengan sengaja ia menyentuh dagu gadis itu dan mengarahkannya agar menoleh ke sudut tertentu, atau memegang tangannya dan memintanya untuk memegang bunga, atau meluruskan bahunya.     

L bukan gadis bodoh, ia tahu sang fotografer sangat menikmati pekerjaannya dan berkali-kali gadis itu memutar matanya sambil menuruti perintah London untuk menoleh ke sini, menaruh tangannya ke pinggang, atau menyibakkan rambutnya...     

Eddie sampai mengernyitkan kening melihat wajah sang fotografer selalu dipenuhi senyum dan terlihat begitu bersemangat bekerja.     

"Kau sangat berbakat, semua foto yang kuambil bagus sekali," puji London setelah sesi foto berakhir. "Kau mau melihat hasilnya?"     

L menggeleng, "Tidak, terima kasih. Aku harus pergi. Aku percaya pada kemampuanmu."     

"Oh..." London mengangguk, sambil tersenyum, walaupun dalam hati ia kecewa. "Baiklah. Terima kasih atas kerja samanya."     

L membalas anggukannya dan segera berlalu dengan manajernya yang bernama Pammy. London memerintahkan para asisten pemotretan untuk membereskan peralatan mereka dan membawanya kembali ke kantor Luxe sementara ia beralasan hendak mencari kopi sebelum pulang dan memisahkan diri dari mereka.     

"Sekalian bawa kameranya ke kantor dan serahkan foto-foto yang kuambil kepada Nick, ya, biar dia yang memilih hasil foto dari sesi ini. Aku mau menghangatkan badan dulu dengan minum kopi," katanya sebelum berlalu.     

Sebenarnya mencari kopi hanya menjadi alasan bagi London karena ia ingin pulang bersama kedua pengawalnya yang sudah menunggunya di mobil. Setelah berjalan ke ujung taman dan memastikan tidak ada yang melihatnya, London buru-buru masuk ke dalam mobil BMW yang dikemudikan Dave.     

"Ayo kita pulang," katanya setibanya di dalam mobil dan duduk di kursi belakang sambil menikmati air minum dingin.     

Dave mengangguk dan mengemudikan mobilnya ke arah penthouse London di Hotel St. Laurent.     

"Aduh...kenapa wajahku sakit begini," keluh London setelah meneguk airnya. Ia mengelus rahangnya di sebelah kiri dan kanan dan menyadari dari tadi ia tak henti-hentinya tersenyum hingga tanpa sadar kini rahangnya menjadi sakit.     

Astaga... apa yang terjadi kepada diriku? pikirnya keheranan. Ia kembali teringat kata-kata Jan  dan Nick yang menuduhnya menyukai L dan berkali-kali ia sangkal.     

Apakah sebenarnya ia memang menyukai gadis itu?      

TIdak mungkin ah... Mereka baru bertemu dua kali, dan L selalu bersikap ketus kepadanya. Memang sih tadi akhirnya gadis itu pelan-pelan mengurangi sikap judesnya, tetapi faktanya tetap sama, L sangat materialistis dan London harus melindungi dirinya dari perempuan yang hanya menginginkan hartanya.     

Kalau memang ia sampai menyukai L, sudah saatnya London bangun dan melihat kenyataan bahwa gadis itu memang tidak cocok untuknya dan jangan pernah bertemu dengannya lagi.     

Lagipula, kalaupun memang ia merasa bertanggung jawab kepada L karena telah menidurinya, ia telah membalasnya dengan memberikan apa yang menjadi keinginan L, yaitu membuatnya menjadi sangat terkenal.     

Toh, L ingin menjadi terkenal untuk memikat hati lelaki super kaya. Dengan memberikan apa yang menjadi cita-cita gadis itu, tentu London sudah tidak perlu bertanggung jawab apa-apa lagi.     

***     

Keesokan harinya seperti yang dijanjikannya, Jan mengadakan konferensi pers dan mengumumkan bahwa Schneider Group telah membeli Brilliant Mind Media dan secara tidak langsung segera mematikan gosip di antara para karyawan BMM bahwa artis baru yang dikontrak perusahaan mereka adalah artis yang merupakan simpanan bos mereka dulu.     

Reputasi keluarga Schneider yang demikian terhormat dan selalu menjaga privasinya membuat tidak seorang pun berani menuduh hal yang tidak-tidak antara keluarga Schneider dengan seorang artis mana pun.     

Orang-orang belajar dari pengalaman ketika selama bertahun-tahun menghembuskan gosip antara Elios Linden, bos RMI dan seorang ambassador Virconnect dulu, Elien Mikhailova, padahal ternyata beliau telah sepuluh tahun menikah dengan putri sulung keluarga Schneider. Sekarang mereka tidak berani mencoba menggosipkan pemilik Schneider Group dengan L.     

"Sudah beres, Tuan. Sekarang orang-orang tahu BMM adalah anak perusahaan Schneider Group." kata Jan saat makan siang bersama London di kantornya. "Tadi sempat heboh di acara konferensi persnya. Pembelian BMM memang cukup mengejutkan banyak kalangan."     

"Hmm..." London mengangguk. "Setelah ini jangan lupa memasukkan L ke dalam beberapa acara internasional yang kita sponsori."     

"Sudah kusiapkan. Ia akan menjadi pembuka konser Rainfall di beberapa negara mulai bulan depan. Anna sudah mengatur semuanya," kata Jan sambil mencomot buah strawberry terakhir dari piring buah di depannya. "Sementara ini kami sudah menyiapkan tim terbaik untuk menyiapkan album perdananya. Kita akan buat L menjadi Billie Yves kedua."     

London teringat Bibi Billie yang kini menikmati waktu pensiunnya di Australia mengurus kedua anaknya bersama Neo. Ah, ya... tidak ada penyanyi lebih terkenal dan legendaris daripada Billie Yves. Kalau L bisa menikmati popularitas seperti Billie, barulah London akan puas dan menganggap upayanya menolong L sudah cukup.     

Sampai saat itu tiba, ia akan terus memantau dan memastikan L akan mendapatkan apa yang ia cita-citakan.     

Lalu pelan-pelan ia akan mundur dan membiarkan gadis itu mengikuti jalan hidupnya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.